Perkembangan zaman yang semakin modern, menjadikan pola pikir manusia untuk mengembangkan industri perunggasan khususnya ayam menjadi modern baik broiler ataupun layer. Untuk mencapai keberhasilan dari target pemeliharaan ayam modern, tentu manajemen adalah kuncinya. Ayam broiler modern memilki kelebihan yaitu mampu mencapai bobot badan yang besar dalam waktu singkat dan target FCR (Feed Conversion Ratio).

Sedangkan ayam layer modern memiliki kelebihan yaitu mampu mencapai puncak produksi dan persistensi puncak produksi bisa bertahan lama. Namun disisi lain ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh peternak ayam modern tersebut. Diantaranya ayam modern lebih peka terhadap kondisi lingkungan seperti perubahan cuaca atau musim dan mudah mengalami stres. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terjadinya penurunan performa ataupun produktivitas.

Untuk mencapai target performa pemeliharaan ayam modern, maka manajemen harus didukung dengan nutrisi yang memadai, penerapan biosecurity dan vaksinasi yang baik serta pemberian suportif guna meningkatkan produktivitas. Pemberian nutrisi harus disesuaikan jumlahnya dengan kebutuhan masing-masing umur ayam. Hal ini bertujuan supaya dapat menghasilkan bobot badan sesuai target dan keseragaman yang baik dalam suatu populasi. Untuk mencapai hal tersebut, harus didukung dengan fungsi organ tubuh yang baik termasuk juga untuk organ hati. Sehingga pada akhirnya dapat mencapai target performa yang diinginkan.

Anatomi dan Fungsi Hati

Nutrisi yang diterima oleh ayam, akan terdistribusi di dalam tubuh dengan baik apabila kondisi sistem organ pencernaan juga baik. Organ tersebut salah satunya adalah hati. Hati atau hepar adalah organ terbesar di dalam tubuh. Organ ini memiliki fungsi yang sangat vital dalam mendukung proses penyerapan dan metabolisme nutrisi dari organ pencernaan. Hampir semua nutrisi, bahan kimia, termasuk komponen toksin dalam pakan dan senyawa kimia dalam obat yang diserap oleh saluran usus selanjutnya akan diproses di hati. Hati memiliki peranan penting dan kompleks dalam proses metabolisme. Menurut Widianingsih (2000), hati berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, zat besi, sekresi empedu yang dapat membantu mengabsorbsi lemak, fungsi detoksifikasi, pembentukan sel darah merah serta metabolisme dan penyimpanan vitamin.

Hati terletak di rongga abdomen bagian atas yang akan terlihat jelas pada saat melakukan bedah bangkai. Hati terdiri dari dua lobus besar, terletak pada lengkungan duodenum dan ampela (gizzard). Secara normal hati ayam berwarna coklat kemerahan, memiliki konsistensi yang lunak dan bagian tepi atau sisinya terlihat lancip atau tidak bengkak.

Menurut Simamora (2001), ayam memiliki hati dengan ukuran relatif besar, berat hati ayam berkisar antara 30-50 gram. Hati ayam yang baru menetas berwarna coklat kekuningan. Hati yang sehat pada DOC (day old chick) berwarna coklat kekuningan sampai umur 10 hari karena penyerapan kandungan kuning telur. Warna hati ini akan berubah menjadi coklat kemerahan setelah bertambahnya umur sekitar dua minggu. Hati ayam dewasa secara normal berwarna coklat kemerahan sampai coklat cerah dengan konsistensi yang lunak.

Penyebab Kerusakan Hati

Perubahan pada warna, bentuk dan konsistensi dapat mengindikasikan adanya gangguan pada hati. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada hati yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati diantaranya sebagai berikut :

Penyakit Infeksius

  • Inclusion Body Hepatitis (IBH)

Penyakit ini disebabkan oleh Fowl Adenovirus grup 1 yang memiliki karakteristik double stranded DNA, berbentuk icosahedral, tidak beramplop, stabil dan tahan lama hidup di lingkungan, peka terhadap desinfektan golongan iodine dan formalin. Penyakit IBH dapat ditularkan secara vertikal atau horizontal. Selain itu penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan langsung pada sistem kerja hati dan bersifat imunosupresi. Perubahan organ hati yang sering ditemui pada kasus IBH diantaranya hati tampak bengkak, pucat, belang disertai hemoragi. Perubahan pada organ lain juga dapat ditemukan seperti gizzard erosi, hydropericardium dan ginjal bengkak. Menurut data lapangan yang dikumpulkan oleh Tim Medion, tingkat kejadian penyakit IBH masih sangat tinggi baik pada ayam broiler (Grafik 1) maupun layer sejak 3 tahun terakhir.

  • Avian Influenza (AI)

Penyakit ini disebabkan oleh virus Avian Influenza dari famili Orthomyxoviridae yang memiliki karakteristik single stranded RNA, beramplop, tidak memiliki proof reading sehingga mudah bermutasi, peka terhadap semua golongan desinfektan dan memiliki protein penting sebagai penentu subtipe virus yaitu protein H (hemagglutinin) dan protein N (neuraminidase). Di Indonesia, subtipe virus AI yang beredar adalah AI H5N1 dan H9N2. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ seperti pernapasan, organ kekebalan, sistem reproduksi, ginjal, jantung, dan sistem pencernaan termasuk hati, namun perubahan yang paling sering ditemukan atau khas dari penyakit AI adalah adanya dilatasi pembuluh darah otak pada ayam yang dibedah. Menurut data lapangan yang dikumpulkan oleh Tim Medion, tingkat kejadian penyakit AI masih sangat tinggi baik pada ayam layer (Grafik 2) maupun broiler sejak 3 tahun terakhir.

  • Chicken Anemia Virus (CAV)

Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Circoviridae yang memiliki karakteristik single stranded DNA, berbentuk icosahedral, tidak beramplop, relatif stabil di lingkungan dan peka terhadap desinfektan golongan iodine dan formalin. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu tampak bengkak dan belang, namun perubahan yang sering ditemui pada kasus CAV diantaranya jengger dan pial tampak pucat, sumsum tulang berwarna pucat kekuningan serta atropi pada organ limfoid.

  • Limfoid Leucosis (LL)

Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Retroviridae yang termasuk virus RNA, beramplop dan peka terhadap semua golongan desinfektan. Penyakit ini dapat ditularkan secara vertikal maupun horizontal. Limfoid leucosis termasuk jenis penyakit tumor, karena perubahan yang ditemukan pada kasus LL yaitu adanya tumor pada berbagai organ seperti limpa, jantung, bursa fabrisius, sistem pencernaan termasuk hati. Jika dilakukan bedah bangkai sering ditemukan perubahan khas yaitu hati menjadi sangat besar sehingga seluruh rongga abdomen terisi oleh hati.

  • Mareks Disease (MD)

Penyakit ini disebabkan oleh Herpesvirus grup B yang merupakan virus DNA rantai ganda dan beramplop. Virus dapat tahan di luar tubuh ayam dan menyebabkan penularan ke ayam sehat karena virus yang ada pada folikel bulu bereplikasi dan terjadi shedding virus lewat kulit dan bulu tersebut.

Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ termasuk hati. Perubahan pada hati tampak membesar atau bengkak dan disertai benjolan berupa tumor. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan membeli DOC yang telah divaksin Marek oleh perusahaan pembibitan, penerapan manajemen dan biosecurity yang baik.

  • Colibacillosis

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, termasuk bakteri Gram (-), tidak tahan asam, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Mengenai habitatnya, bakteri ini hidup normal di dalam saluran pencernaan ayam dan bisa tahan hidup di luar tubuh ayam selama beberapa minggu tetapi tidak tahan terhadap kekeringan dan desinfektan.

Kejadian penyakit Colibacillosis di lapangan masih sangat tinggi baik pada ayam broiler ataupun layer (Grafik 1 dan Grafik 2). Penyakit ini dapat menyebabkan perubahan pada beberapa organ yang ditandai dengan adanya perkejuan pada organ termasuk hati. Perubahan pada hati tampak dilapisi oleh massa perkejuan atau diselimuti oleh selaput fibrin pada lapisan permukaan hati (perihepatitis).

  • Fowl Cholera

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida, yang merupakan bakteri Gram (-), berbentuk batang, non motil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat tahan hidup di dalam tanah, litter atau bahan-bahan yang membusuk selama beberapa bulan. Walaupun demikian, bakteri ini mudah dirusak oleh berbagai desinfektan baik golongan iodine, oxidizing agent ataupun formalin, selain itu bakteri juga mudah rusak oleh sinar matahari langsung, maupun perlakuan panas. Kejadian penyakit Fowl Cholera di lapangan masih sangat tinggi terutama pada ayam layer (Grafik 2). Penyakit ini dapat menyebabkan perubahan pada beberapa organ seperti pembengkakan pada jengger dan pial, perdarahan di lemak jantung dan kerusakan hati. Perubahan pada hati ditandai dengan adanya bintik-bintik nekrosa (kematian jaringan) berwarna putih kekuningan dan hati tampak membesar atau bengkak.

  • Fowl Typhoid

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella gallinarum yang berbentuk batang pendek, tidak membentuk spora, tidak berkapsul dan bersifat Gram (-). Bakteri ini akan bertahan hidup selama 20 hari di dalam air atau pada tempat gelap, tetapi akan mati dalam waktu 24 jam jika kontak dengan sinar matahari. Penularan dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal. Penyakit Fowl Typhoid dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ seperti saluran pencernaan termasuk hati. Perubahan pada hati tampak membesar, berwarna bronze (hijau keabu-abuan) dan ditemukan adanya nekrosis.

  • Pullorum

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum, yang merupakan bakteri Gram (-), berbentuk batang dengan ujung sedikit membulat, bersifat non motil, dan tidak membentuk spora. Penyakit ini disebut juga berak kapur karena gejala yang ditimbulkan berupa diare putih seperti kapur. Gejala klinis pada ayam muda akan terlihat jelas yaitu adanya kotoran yang menempel di kloaka dan menyebabkan kematian yang tinggi. Salmonella pullorum dapat hidup di sepanjang saluran pencernaan termasuk hati, limpa, jantung dan organ lainnya. Perubahan pada hati ayam yang terserang penyakit pullorum ditandai dengan kebengkakan, berwarna kuning dan konsistensi menjadi keras.

Penyakit Non Infeksius

  • Fatty Liver Syndrome

Penyakit ini diakibatkan oleh kondisi berlebihnya kadar lemak dalam hati pada ayam produktif. Asupan energi yang berlebihan dalam ransum dan tidak sesuai kebutuhan merupakan faktor penyebab utama perlemakan hati pada ayam. Perbandingan antara energi dengan protein yang tinggi menyebabkan tingginya pembentukan lemak. Defisiensi kalsium juga menyebabkan asupan energi dan protein tinggi serta menstimulir penimbunan lemak. Dalam hal ini terjadi peningkatan bobot badan dan bobot hati yang disertai penurunan produksi telur. Konsumsi pakan yang berlebihan juga mengakibatkan asupan nutrisi berlebihan dan akan disimpan menjadi lemak. Bobot badan ayam petelur perlu diperhatikan karena seringkali bobot tersebut tidak sesuai dengan umur dan fase produksi, hal ini terutama disebabkan oleh kelebihan akumulasi lemak dalam rongga perut. Apabila dilihat saat bedah bangkai menunjukkan hati bengkak dan berwarna pucat kekuningan. Di dalam rongga perut akan ada akumulasi lemak dalam jumlah yang besar.

  • Mikotoksikosis

Penyakit ini disebabkan oleh racun jamur (mikotoksin). Mikotoksin merupakan metabolit sekunder hasil metabolisme

jamur yang tumbuh pada ransum. Jenis mikotoksin yang sering menyerang unggas dan berbahaya adalah aflatoksin, fusariotoksin dan okratoksin. Berbagai mikotoksin tersebut dapat ditemukan dalam produk pertanian (jagung, bekatul, kedelai) dengan jumlah/konsentrasi yang bervariasi. Bahan baku ransum dengan kadar air lebih dari 14%, yang disimpan pada suhu 10-42°C dan kelembaban lebih dari 70% akan sangat mudah terkontaminasi jamur. Dan saat jamur tumbuh, mikotoksin akan segera diproduksi (dihasilkan). Serangan mikotoksikosis pada ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, kondisi fisik, status nutrisi, kadar dan jenis mikotoksin, konsumsi ransum, lama serangan, manajemen pemeliharaan dan infeksi penyakit lainnya. Mikotoksikosis bersifat imunosupresif sehingga dapat memicu munculnya penyakit lain. Reaksi mikotoksin dengan DNA/RNA akan menghambat sintesis protein. Sedangkan jika bereaksi dengan membran sel akan menghambat pengangkutan nutrisi di dalam sel. Mikotoksin dapat menurunkan ketersediaan enzim-enzim pencernaan pada ayam sehingga dapat berpengaruh pada gangguan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Kejadian penyakit mikotoksikosis di lapangan masih sangat tinggi baik pada ayam broiler ataupun layer (Grafik 1 dan Grafik 2). Penyakit ini dapat menyebabkan perubahan pada beberapa organ seperti gizzard erosi, ginjal bengkak dan organ lainnya termasuk adanya kerusakan pada hati. Perubahan pada hati ditandai dengan warna pucat kekuningan, bengkak dan konsistensinya menjadi rapuh.

Pencegahan Gangguan dan Kerusakan Hati

Tindakan pencegahan pada gangguan dan kerusakan hati ayam dapat dilakukan sebagai berikut :

  • Penerapan manajemen ransum yang baik seperti penggunaan alas/pallet pada saat penyimpanan ransum, kontrol suhu, kelembapan dan sirkulasi udara di gudang pakan, terapkan prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO), lakukan pemeriksaan kualitas ransum secara rutin, pemberian toxin binder seperti Freetox/Fungitox untuk mencegah mikotoksikosis dan berikan jumlah ransum sesuai porsi dan umur ayam untuk mencegah kasus Fatty Liver Syndrome.
  • Penerapan biosecurity yang ketat seperti isolasi pada ayam sakit, pembatasan lalu lintas baik personal, barang ataupun kendaraan, kontrol vektor, sanitasi air minum ayam menggunakan Desinsep dan semprot kandang secara rutin menggunakan desinfektan seperti Neo Antisep pada kandang isi dan Sporades pada kandang kosong.
  • Lakukan vaksinasi pada ayam menggunakan Medivac IBH Emulsion untuk mencegah kasus IBH, Medivac AI untuk mencegah penyakit AI, vaksinasi CAV dan Marek, vaksinasi untuk mencegah Fowl Cholera menggunakan Medivac Fowl Cholera.
  • Berikan multivitamin seperti Fortevit atau imunostimulan seperti Imustim untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Berikan Heprofit secara rutin untuk melindungi fungsi hati tetap optimal.
  • Memilih DOC yang sudah bebas dari penyakit infeksius terutama penyakit yang bisa menyebabkan neoplasia (tumor) seperti LL dan Mareks.

Penanganan Gangguan dan Kerusakan Hati

Tindakan penanganan pada gangguan dan kerusakan hati ayam dapat dilakukan sebagai berikut :

  • Berikan antibiotik pada kasus penyakit bakterial (Colibacillosis, Fowl Typhoid, Fowl Cholera, Pullorum) menggunakan Neo Meditril/Tinolin.
  • Berikan toxin binder (Freetox) untuk menangani kasus mikotoksikosis.
  • Tambahkan suportif untuk hati guna membantu memperbaiki fungsi hati menggunakan Heprofit yang merupakan hepatoprotektor herbal.

Berdasarkan uraian di atas, banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan hati yang dapat berakibat pada menurunnya fungsi hati. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menjaga fungsi hati tetap optimal, salah satunya dengan pemberian herbal suportif untuk hati secara rutin. Jika fungsi hati baik, maka performa ayam akan semakin optimal.

Hati Sehat, Performa Optimal

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin