Infectious bursal disease
atau yang sering dikenal dengan nama Gumboro oleh masyarakat adalah penyakit yang mengakibatkan kerugian besar bagi peternak karena selain mortalitas dan morbiditasnya yang cukup tinggi, penyakit ini juga bersifat imunosupresan sehingga penyakit lain akan mudah menginfeksi.

Nama Gumboro diambil dari tempat pertama kali penyakit ini ditemukan pada tahun 1962 di daerah Gumboro, negara bagian Delaware, Amerika Serikat, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini. Dahulu penyakit ini dikenal dengan nama Avian Nephrosis karena selalu ditemukan pembengkakan ginjal pada ayam yang terinfeksi, namun setelah diselidiki lebih lanjut organ utama yang diserang adalah sistem kekebalan tepatnya bagian bursa Fabricius.

Penyebab Gumboro

Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Birnaviridae dan genus Avibirnavirus. Virus ini memiliki 2 serotipe yaitu serotipe I dan II, namun hanya serotipe I-lah yang bersifat patogen pada ayam. Struktur virus Gumboro merupakan virus tidak beramplop, single stranded RNA dan berbentuk ikosahedral.

Struktur virus Gumboro tidak beramplop. Maksudnya, tidak memiliki selubung lipida (lemak) di permukaan tubuhnya. Virus tak beramplop lebih sulit dihancurkan oleh desinfektan karena terhalang oleh lapisan protein (bukan lapisan lemak). Ini berbeda dengan virus lain yang sering menginfeksi ayam seperti AI, ND, dan IB, yang beramplop atau berselubung lemak di luar tubuhnya. Karena cara kerja sebagian besar desinfektan dalam membunuh mikroorganisme adalah dengan meluruhkan lemak sehingga virus ini tahan terhadap berbagai jenis bahan kimia seperti ether, chloroform dan kondisi lingkungan yang panas. Virus ini tahan sensitif terhadap iodin dan aldehid.

Virus Gumboro bersifat sangat stabil di lingkungan. Virus Gumboro di dalam feses masih infektif hingga 122 hari setelah diekskresikan (dikeluarkan) oleh ayam. Di dalam air minum dan ransum ayam diketahui pula masih infektif hingga 52 hari setelah dieksresikan.

Penularan Penyakit Gumboro

Tidak ada penularan secara vertikal atau dari induk ke anak pada penyakit Gumboro. Penyakit ini menular dari ayam yang sakit melalui leleran tubuh atau kotoran ayam yang terinfeksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara tidak langsung dapat melalui media seperti litter, tempat air minum dan ransum, perlengkapan peternakan, alat transportasi atau pekerja yang terkontaminasi feses mengandung virus Gumboro. Media-media tersebut merupakan tempat berbagai vektor penyakit Gumboro berkembang biak. Salah satu vektor utamanya adalah kumbang hitam (Alphitobius diaperinus).

Bahkan menurut Tabbu (2000), cacing, lalat, nyamuk dan tikus pun bisa ikut berperan sebagai vektor Gumboro. Vektor tersebut umumnya sudah terbiasa hinggap pada feses dan sesaat kemudian berpindah ke tempat ransum atau air minum. Sehingga kemudian dapat menyebarkan virus Gumboro.

Perjalanan Penyakit Gumboro

Penyakit Gumboro biasanya menyerang ayam berumur 3-6 minggu pada saat bursa Fabricius berkembang optimal karena target utamanya adalah sel limfoid bursa Fabricius yang sudah matang. Infeksi pada umumnya melalui oral bersama pakan yang terkontaminasi virus dan masuk ke dalam sistem pencernaan dan dalam waktu yang relatif singkat kurang lebih 5 jam pasca infeksi secara oral, virus dapat dideteksi pada sel-sel makrofag dan limfoid di jaringan caecum, usus halus (duodenum dan jejunum), dan hati. Kemudian dari hati akan terjadi viremia (yakni virus menyebar melalui darah) kemudian menuju sel target untuk bereplikasi (memperbanyak diri) dan menyebabkan kerusakan berupa kematian jaringan. Setelah 16 jam post infeksi terjadi viremia kedua dan replikasi sekunder pada organ lainnya yang dapat menimbulkan kematian. Infeksi virus Gumboro yang ganas menyebabkan kerusakan yang parah hingga terjadi deplesi sel limfoid pada folikel bursa Fabricius sehingga ukuran bursa terlihat mengecil, hingga 1/4 – 1/5 dari ukuran bursa Fabricius pada ayam normal (Wahyuwardani, 2011). Bila tidak terjadi penyembuhan pada bursa Fabricius ayam, akan menyebabkan hambatan produksi antibodi yang dibentuk oleh sel B. Selain itu, pada infeksi Gumboro banyak sel makrofag dan sel heterofil yang mengalami nekrosis dan apoptosis menyebabkan fungsi fagositosis yang menurun (LAM, 1998). Kedua kondisi tersebut menyebabkan ayam yang terinfeksi Gumboro menjadi mudah terserang penyakit lain.

Dikenal 2 bentuk infeksi Gumboro yakni klinik dan subklinik. Infeksi klinik biasanya menyerang ayam dengan umur di atas 3 minggu. Tanda-tanda klinis muncul 3-4 hari setelah infeksi dan penyakit akan membaik setelah 5-7 hari. Sedangkan infeksi subklinik menyerang ayam umur kurang dari 3 minggu. Ayam yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sakit namun kurang memberikan respon yang baik terhadap vaksinasi yang lain seperti Marek’s, ND, IB dll. Hal ini dikarenakan ayam tidak memiliki kemampuan membentuk antibodi (imunosupresi) akibat kerusakan organ limfoid bursa Fabricius yang dominan menghasilkan sel B. Kasus pertama pada peternakan biasanya adalah bentuk klinik. Infeksi dini pada anak ayam jarang terjadi tergantung dari kualitas antibodi maternal yang berasal dari induknya.

Gejala klinis yang sering muncul ketika ayam terserang Gumboro berupa diare putih, bulu kusam, gemetar, nafsu makan menurun dan ayam tampak lesu. Tingkat kematian bervariasi antara 20-30% pada ayam pedaging dan 30-40% pada ayam petelur. Angka mortalitas lebih tinggi pada waktu musim dingin. Hal ini dapat dipahami karena suhu udara yang ekstrem (terlalu dingin atau terlalu panas) menyebabkan ayam mudah stres, sehingga mudah terinfeksi oleh virus.

Ayam yang bertahan hidup, pertumbuhan menjadi terhambat dan sering kali ditemukan infeksi sekunder (Muller dkk., 2003). Hal ini didukung dengan data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education and Consultation (TEC) Medion yang tertuang dalam grafik dibawah. Penyakit yang seringkali menyerang bersama Gumboro bervariasi baik dari penyakit bakterial seperti CRD, CRD komplek, Colibacilosis, coryza, bahkan penyakit viral seperti ND dan penyakit yang disebabkan oleh parasit seperti koksidiosis.

Perubahan organ ayam yang terserang Gumboro ketika dilakukan bedah bangkai antara lain adanya radang pada bursa Fabricius, pada perbatasan proventrikulus dan ventrikulus, perdarahan tipe garis pada otot paha ayam dan pembengkakan ginjal disertai dengan timbunan asam urat.

Kejadian Gumboro di Lapangan

Penyebaran penyakit Gumboro sampai ke Indonesia pada tahun 1983, ketika ditemukan kasus di Sawangan, Bogor (Partadiredja dkk., 1983). Pada periode tahun 1990-an, penyakit Gumboro telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan hasil isolasi dan identifikasi menunjukkan bahwa hampir semua isolat yang diperoleh berkerabat dekat dengan virus very virulent infectious bursal disease (vvIBD) (Parede dkk., 2003). Hal ini juga selaras dengan data yang masuk di tim Research and Development (R&D) Medion yang setelah diteliti dan dianalisis, 90% isolat lapang yang diteliti ditemukan strain very virulent infectious bursal disease (vvIBD) yang bersifat sangat menular dan akut, menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyakit ini berdampak ekonomis karena menyerang organ pertahanan ayam sehingga merugikan peternak.

Berdasarkan data yang masuk di tim TEC Medion mulai tahun 2016 sampai bulan Mei 2018, kejadian penyakit Gumboro di tahun 2017 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2016 baik pada ayam pedaging maupun petelur. Sedangkan di tahun 2018 sampai bulan Mei, kasus Gumboro masih terjadi.

Apabila dilihat dalam urutan penyakit yang menyerang ayam di Indonesia di tahun 2016 – Mei 2018, penyakit Gumboro masuk dalam 10 besar penyakit yang paling sering menyerang pada ayam pedaging. Sedangkan pada rangking penyakit ayam petelur, penyakit ini masuk ke dalam 15 besar yang harus diwaspadai.

Pada sepanjang tahun 2017 dapat kita lihat kejadian Gumboro yang menyerang ayam pedaging dan petelur tidak terlalu tinggi di awal tahun, bahkan sempat mengalami penurunan kasus di bulan April, kemudian naik di bulan Mei dan mengalami penurunan kembali di bulan Juni. Setelah itu kejadian Gumboro mulai berangsur meningkat dan yang paling tinggi terjadi pada bulan Desember, yakni saat musim penghujan.

Jika dilihat lagi lebih rinci pada umur serangan penyakit Gumboro pada ayam pedaging pada tahun 2016 – Mei 2018. Jumlah kasus Gumboro paling sering menyerang pada umur 22-28 dan 15-21 hari. Sedangkan pada ayam petelur umur paling rawan terserang gumboro adalah 22-28 hari, diurutan berikutnya umur rawan serangan gumboro adalah 29-35 dan 15-21 hari. Range umur tersebut merupakan waktu dimana organ kekebalan primer berkembang dan aktif bekerja yakni 3-6 minggu. Oleh karena itu, kita harus tetap waspada terhadap serangan penyakit Gumboro ini.

Tindakan Pencegahan Kasus Gumboro

  1. Proses kosong kandang yang optimal

Virus penyebab Gumboro memiliki sifat yang sangat stabil di lingkungan. Oleh karena itu, proses kosong kandang harus dilakukan dengan optimal. Dimulai dengan mengeluarkan tempat pakan dan minum untuk dicuci serta sekam (kandang postal) kemudian kandang dicuci menggunakan detergen agar semua virus Gumboro hilang. Perhatikan sampai bagian sela-sela kandang, jika bagian ini terlewat dan masih mengandung kotoran yang terkontaminasi virus Gumboro akan menjadi media penularan pada periode selanjutnya.

Setelah selesai, kandang dibilas dengan air bersih dan jika diperlukan bagian lantai dan dinding kandang dilakukan pengapuran. Tempat pakan dan minum dimasukkan kembali kemudian disemprot dengan desinfektan.

Struktur virus Gumboro sangat khas karena tidak memiliki amplop, sehingga dalam pemilihan desinfektan harus tepat. Virus ini sangat peka terhadap desinfektan yang mengandung formalin (Formades dan Sporades) dan iodium (Neo Antisep dan Antisep). Tempat pakan dan minum dicuci sampai bersih kemudian didesinfeksi dengan Neo Antisep atau Sporades. Sedangkan saat kosong kandang dapat menggunakan Formades setelah kandang dicuci. Waktu kosong kandang yang disarankan adalah 14 hari terhitung sejak kandang bersih.

Pada saat proses kosong kandang jangan lupa untuk memperhatikan lingkungan sekitar kandang, semak dan rumput sebaiknya dibersihkan agar tidak menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit Gumboro. Jika di kandang terlihat ada kutu Franky pada lokasi-lokasi tertentu, bisa disemprotkan Delatrin yang merupakan insektisida berbentuk cair untuk membunuh kumbang hitam, kutu Franky, dan ektoparasit lainnya (kutu, tungau, caplak) yang menyerang tubuh ternak.

  1. Terapkan biosecurity

Salah satu langkah untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit Gumboro ke dalam peternakan ayam dapat dilakukan dengan penerapan biosecurity yang tepat. Beberapa peternakan telah menggunakan sistem 3 zona yakni merah untuk area kotor, zona kuning untuk transisi dan zona hijau untuk area bersih.

Biosecurity memiliki peranan penting sebagai pagar pelindung utama sebelum suatu penyakit ini masuk ke dalam peternakan. Kita mengenal 3 konsep dasar dalam biosecurity. Konsep pertama adalah biosecurity konseptual meliputi pemilihan lokasi peternakan yang tepat seperti jauh dari pemukiman dan tidak bercampur dengan jenis ternak lain. Berikutnya adalah biosecurity struktural meliputi bentuk bangunan kandang yang sesuai seperti arah kandang yang baik yakni membujur dari barat ke timur. Konsep terakhir adalah biosecurity operasional meliputi kegiatan rutin yang dilakukan dalam manajemen pemeliharaan ternak seperti semprot kandang secara rutin, manajemen litter, desinfeksi mobil transportasi sebelum memasuki area kandang, dan desinfeksi operator ataupun pengunjung yang akan masuk ke dalam kandang. Hal-hal tersebut diatas dapat dilakukan untuk mencegah masuk dan berkembangnya virus Gumboro ke dalam peternakan.

  1. Lakukan vaksinasi

Program vaksinasi Gumboro umumnya diaplikasikan satu kali pada ayam pedaging serta dua kali pada ayam petelur menggunakan vaksin aktif. Penentuan umur vaksinasi Gumboro pertama dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni yang pertama dengan menggunakan rumus Deventer untuk menghitung antibodi maternal pada ayam umur 0-4 hari. Cara berikutnya dengan menyesuaikan riwayat penyakit Gumboro pada periode sebelumnya. Misalnya pada pemeliharaan yang lalu terjadi outbreak Gumboro pada ayam umur 21 hari, maka vaksinasi dilakukan pada umur 7 hari. Umumnya vaksinasi Gumboro pada ayam pedaging adalah pada umur 7 hari. Sedangkan pada ayam petelur di umur 7 atau 14 hari dan diulang pada umur 28 hari.

Pemilihan vaksin Gumboro harus disesuaikan dengan kasus yang terjadi di lapangan. Gunakan Medivac Gumboro A jika kasus Gumboro muncul pada ayam umur <21 hari atau >21 hari dengan tingkat kematian tinggi (>5%). Sedangkan jika kasus Gumboro muncul pada ayam umur >21 hari dengan tingkat kematian rendah (<5%), gunakan Medivac Gumboro B. Berikan juga Imustim 3 hari sebelum dan setelah vaksinasi untuk membantu pembentukan antibodi lebih optimal.

Teknik vaksinasi Gumboro harus diperhatikan. Disarankan aplikasi vaksinasi pertama Gumboro melalui cekok/tetes mulut pada ayam umur < 7 hari, alasannya tidak lain agar virus vaksin secara langsung dapat menuju ke bursa Fabrisius yang berada di ujung saluran pencernaan (kloaka). Selain itu, karena pada umur tersebut konsumsi air minum belum optimal, sedangkan jika pada ayam umur >10 hari vaksinasi dapat diberikan melalui air minum.

Penanganan Saat Terjadi Kasus Gumboro

Penyakit Gumboro merupakan penyakit viral yang sampai saat ini belum ada obatnya. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan jika terjadi outbreak adalah isolasi ayam yang sakit, karena ayam-ayam ini dapat menjadi media penularan utama bagi ayam lain yang masih sehat. Kemudian berikan air gula 2-5% untuk memberikan energi karena ayam yang terserang Gumboro biasanya lemah, lesu dan badannya gemetar, kemudian berikan vitamin (Fortevit atau Vita Stress) untuk meningkatkan kondisi tubuh ayam.

Jika terjadi outbreak Gumboro tidak disarankan untuk melakukan revaksinasi, karena ayam sedang dalam kondisi imunosupresif sehingga pembentukan antibodi tidak optimal dan akan memperparah kondisi ayam. Berikan Gumbonal 1 g/L air minum selama 3-5 hari untuk mengurangi kondisi gangguan pada ginjal yang sering terjadi pada ayam yang terserang Gumboro.

Penyakit ini bersifat imunosupresif dan sering terjadi bersamaan dengan penyakit sekunder yang lain. Oleh karena itu, berikan antibiotik namun selain golongan aminoglikosida dan sulfonamida. Kedua golongan antibiotik tersebut akan memperparah gangguan ginjal yang biasanya nampak pada penyakit Gumboro. Contoh antibiotik yang dapat diberikan adalah Neo Meditril, Doctril, dan Proxan S. Langkah berikutnya adalah dengan menurunkan jumlah agen infeksi di lapangan dengan melakukan desinfeksi baik kandang maupun peralatan menggunakan Neo Antisep dan Antisep.

Untuk pemeliharaan berikutnya, lakukan kosong kandang yang optimal untuk memutus siklus penyakit dan evaluasi program vaksinasi dengan memperhatikan riwayat umur serangan penyakit pada periode sebelumnya, serta handling vaksin dari tempat penyimpanan sampai ketika akan digunakan di kandang. Seluruh aspek manajemen pemeliharan sangat mempengaruhi keberhasilan pengendalian penyakit Gumboro ini. Manajemen pemeliharaan dan kesehatan yang baik akan menjaga ternak aman dari serangan bibit penyakit.

Waspada, Gumboro Masih Menyerang
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin