Industri perunggasan mengalokasikan sebagian besar biaya produksinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternaknya. Terhitung 70-85% dari total pengeluaran adalah biaya pakan dan tentunya akan menjadi masalah yang lebih besar ketika harga bahan pakan terus meningkat. Sebagian besar dari biaya pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan protein. Dengan mengurangi tingkat protein kasar dalam pakan, memungkinkan untuk mencapai penghematan biaya yang signifikan. Selain mengurangi biaya pakan, menurunkan protein kasar dalam pakan juga dapat menurunkan ekskresi nitrogen (Namroud dkk., 2008), peningkatan kemampuan mengatasi stres akibat panas, dan memungkinkan penggunaan berbagai jenis bahan pakan yang lebih besar (Kidd et al., 1996), sehingga lebih fleksibel dalam pemilihan bahan pakan yang tersedia.

Hal yang perlu diperhatikan bukan hanya sekadar memberi pakan untuk mencapai standar pertumbuhan tertentu, melainkan bagaimana mencapai pertumbuhan optimal dengan biaya paling efisien. Atau dengan kata lain menemukan biaya terendah per unit bobot badan atau per kg telur yang dihasilkan. Hal ini bisa dicapai melalui penerapan konsep protein ideal, formulasi dengan biaya termurah (least cost formulation), formulasi dengan memperhitungkan nilai asam amino yang dapat dicerna.

Protein dan Asam Amino

Pakan yang berkualitas memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak. Protein adalah komponen penting dari pakan unggas, sama halnya dengan nutrisi lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Protein adalah polimer yang terdiri dari asam α-amino dalam hubungan kovalen dengan ikatan peptida, dan struktur masing-masing asam α-amino meliputi gugus amino dan gugus karboksil yang dihubungkan dengan α-karbon, serta rantai samping yang berbeda untuk setiap asam amino (Perry et al., 2003).

Protein utuh dipecah melalui hidrolisis selama proses pencernaan untuk menghasilkan asam amino kemudian digunakan dalam tubuh. Fungsi protein (asam amino) adalah sebagai komponen struktural kulit, bulu, dan otot, serta berperan dalam metabolisme penting seperti protein plasma darah, enzim, hormon, dan antibodi yang semuanya secara individual terlibat dalam fungsi spesifik dalam tubuh (Pond dkk., 1995).

Konsep Protein Ideal

Aplikasi penambahan asam amino secara langsung adalah suatu program menuju formulasi pakan berdasarkan protein ideal. Mitchell dan Scott mengembangkan konsep protein ideal dimana tujuan utamanya adalah untuk memberikan kombinasi asam amino yang secara tepat memenuhi kebutuhan ternak. Formulasi asam amino esensial yang tidak tepat baik kelebihan ataupun kekurangan akan mengakibatkan ketidakseimbangan asam amino dan juga menjadi racun bagi tenak. Pada akhirnya mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan produktivitas ternak.

Jenis pola ini akan memungkinkan semua asam amino menjadi saling membatasi yang akan membantu mengurangi tingkat kelebihan asam amino. Mitchell dan Block pertama kali mengembangkan metode kimia untuk mengevaluasi kualitas protein dengan membandingkannya terhadap protein referensi. Dalam hal ini protein telur utuh, data komposisi karkas, profil asam amino dari daging ayam sebagai model untuk pakan yang akan memenuhi kebutuhan ayam. Kemudian peneliti menggunakan rasio tersebut untuk formulasi pakan dan diukur efek pada performanya.

Untuk menggunakan konsep protein ideal dalam formulasi pakan, semua asam amino yang diperlukan dinyatakan sebagai rasio ideal. Metode ini diterapkan dengan menggunakan lysine sebagai pembanding terhadap asam-asam amino esensial lainnya. Alasan lysine dijadikan sebagai acuan karena lebih banyak literatur tentang kandungan lysine dalam bahan pakan dan kebutuhannya untuk ternak dari berbagai umur dibandingkan asam amino lainnya. Selain itu, lysine juga berfungsi sepenuhnya dalam sintesis protein.

Penggunaan konsep protein ideal membantu mencegah formulasi berlebih yang akan meminimalkan ekskresi nitrogen dalam feses. Pertimbangan yang harus diperhatikan ketika menggunakan konsep protein ideal untuk formulasi pakan adalah kebutuhan lysine harus sangat akurat. Karena, itu merupakan dasar untuk kebutuhan semua asam amino lainnya yang sangat diperlukan, sehingga setiap kesalahan dalam persyaratan lysine akan menjadi kesalahan untuk semua asam amino lainnya.

Low Protein Diets

Pakan rendah protein (low protein diets) telah digunakan oleh para peneliti untuk berbagai tujuan. Beberapa diantaranya adalah untuk memaksimalkan penggunaan asam amino, penurunan pencemaran lingkungan, penurunan persyaratan untuk asam amino pembatas dan pengurangan biaya pakan. Menurunkan protein kasar tanpa suplementasi asam amino dapat merusak performa ayam pedaging, tetapi protein kasar dapat berhasil dikurangi sampai titik tertentu dengan suplementasi asam amino sintetis dan menghasilkan performa yang mirip dengan standar.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengaplikasikan low protein diets, yaitu :

  • Akan terjadi perubahan keseimbangan elektrolit pakan (K + NaCl) atau tingkat kalium dalam pakan. Low protein diets akan menurunkan penggunaan bungkil kedelai dan digantikan dengan asam amino sintetik. Hal ini akan menyebabkan pengurangan K dan peningkatan kadar Cl¯ yang disuplai oleh asam amino tambahan dan menurunkan keseimbangan elektrolit sehingga dapat menyebabkan penurunan performa (Aftab dkk., 2006).
  • Kekurangan nitrogen non-spesifik untuk sintesis asam amino non essensial. Pengurangan protein kasar pada pakan mengakibatkan penurunan kualitas karkas, peningkatan lemak perut, dan penurunan hasil daging dada.
  • Ayam pedaging cenderung mengalami penurunan feed intake ketika mengonsumsi low protein diets. Hal ini karena adanya peningkatan amonia darah sebagai akibat tingginya kadar asam amino kristal (Namroud dkk., 2008), perubahan keseimbangan elektrolit sehingga water intake meningkat dan perubahan rasio energi (Aftab dkk., 2006).
  • Defisiensi glisin. Peningkatan performa telah diamati pada ayam yang mengonsumsi low protein diets ketika tingkat glisin meningkat, menunjukkan bahwa glisin mungkin memiliki peran yang lebih spesifik. Formulasi low protein diets menyebabkan penurunan sumber protein utuh seperti bungkil kedelai yang mengandung kadar glisin yang relatif tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Jadi mungkin penting untuk mempertimbangkan kadar glisin secara spesifik, daripada hanya kadar asam amino non essensial total, ketika memformulasikan low protein diets.

Demikian sekilas informasi terkait protein dan asam amino dalam nutrisi ternak, konsep protein ideal dan low protein diets. Semoga dapat menambah wawasan kita semua.

Mengenal Konsep Low Protein Diets
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin