Dalam beberapa tahun terakhir, sektor peternakan Indonesia sedang diguncang dengan berbagai permasalahan seperti harga komoditi yang anjlok serta harga bahan baku pakan yang melambung tinggi. Selain itu, peternakan kita juga dilanda oleh merebaknya berbagai penyakit. Penyakit yang mewabah saat ini berupa penyakit-penyakit baru (emerging diseases) dan ada pula penyakit yang sebelumnya sudah pernah di Indonesia kemudian dinyatakan bebas namun kemudian muncul kembali (re-emerging diseases).

Pada sektor peternakan ayam, saat ini peternak sedang dibayang-bayangi mewabahnya kembali flu burung atau Avian Influenza (AI). Dimana pada tahun 2022 pemerintah telah melaporkan adanya kejadian wabah penyakit AI kepada organisasi kesehatan hewan dunia atau World Organisation for Animal Health (WOAH). Wabah yang dilaporkan adalah adanya kemunculan AI subtype H5N1 clade 2.3.4.4b yang belum pernah ditemukan di Indonesia sebelumnya.

Seperti dilansir dalam laman resmi WOAH, wabah AI subtype H5N1 clade 2.3.4.4b yang dilaporkan pemerintah kita telah menyebabkan kasus kematian tinggi pada peternakan itik di Provinsi Kalimantan Selatan (Sumber: https://wahis.woah.org/). Pelaporan wabah tersebut tentu menjadikan kewaspadaan kita bersama terhadap adanya penyebaran di wilayah lain di Indonesia.

Kejadian munculnya wabah berbagai penyakit di sektor peternakan baik babi, ruminansia, maupun ayam ini menjadi perhatian dan tanggungjawab kita bersama selaku insan peternakan Indonesia. Kita harus berbenah dan berkontribusi secara aktif untuk membantu mensukseskan penanggulangan dan pemberantasan penyakit-penyakit tersebut.

Lalu, kita sebagai peternak ayam, apa yang dapat kita upayakan agar ayam yang kita pelihara dapat terhindar dari penyakit, baik penyakit emerging maupun re-emerging diseases? Salah satu strategi pencegahan penyakit adalah dengan mengombinasikan 3 upaya pencegahan berikut : program vaksinasi, penerapan biosekuriti, dan program suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan pemberian multivitamin atau imunostimulan.

Selain dalam rangka pencegahan penyakit, penerapan biosekuriti juga mutlak dilakukan oleh pelaku peternakan ayam untuk memperoleh sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Sertifikat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan.

Tata cara untuk memperoleh sertifikat NKV tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan dan berlaku selama 5 tahun. Dalam peraturan tersebut disebutkan salah satu persyaratan teknis pengajuan sertifikat NKV adalah prasarana dan sarana telah memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi, penerapan biosekuriti, dan kesejahteraan hewan.

A. Pengertian dan Prinsip Biosekuriti

Biosekuriti berasal dari dua kata, yaitu bio = hidup, dan security = perlindungan. Secara ringkasnya biosekuriti dapat diartikan sebagai perlindungan makhluk hidup. Dalam sektor peternakan, biosekuriti memegang peranan penting untuk melindungi ayam dari luar tubuh. Perlindungan ini akan melengkapi perlindungan dari dalam tubuh yang diperankan oleh sistem kekebalan tubuh ayam.

Hal yang perlu diingat adalah selama ayam hidup, agen penyebab penyakit akan selalu berusaha menginfeksi ayam. Maka, disitulah peran penting biosekuriti akan sangat kita butuhkan. Prinsipnya penerapan biosekuriti di suatu peternakan memiliki tiga tujuan :

  1. Mencegah agen penyakit masuk
  2. Mencegah agen penyakit tumbuh dan berkembang
  3. Mencegah agen penyakit menyebar

Lalu, dari mana agen penyebab penyakit dapat masuk ke dalam peternakan? Masuknya agen penyebab penyakit dapat berasal dari berbagai sumber risiko, yaitu segala sesuatu yang dapat berperan sebagai pembawa agen penyebab penyakit. Sumber risiko terdiri dari orang, benda, dan hewan.

B. Tingkat Biosekuriti

Dalam penerapannya, tingkatan biosekuriti kita kenal dengan 3 konsep dasar sebagai berikut :

1. Biosekuriti konseptual

Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi dasar dari seluruh program pengendalian penyakit. Biosekuriti konseptual meliputi pemilihan lokasi yang tepat, penentuan jarak dengan pemukiman warga atau peternakan ayam lain, akses transportasi dan sumber daya yang mudah, pembatasan kontak dengan hewan ternak lain atau hewan liar yang dapat berperan menekan rantai penularan penyakit.

Pemilihan lokasi kandang yang tepat menjadi fondasi awal untuk membangun peternakan yang baik. Tentunya membutuhkan beberapa pertimbangan seperti kondisi suhu dan kelembapan yang cocok untuk pemeliharaan ayam, topografi dan tekstur tanah serta sumber air. Selain itu, luas lahan untuk peternakan harus disesuaikan dengan skala usaha yang akan dibangun.

Kebutuhan akses transportasi dan instalasi listrik juga menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi peternakan dengan memikirkan jarak dari pemukiman warga. Seperti yang dipersyaratkan jarak antara peternakan ayam dengan pemukiman minimal 500 m – 1 km.

2. Biosekuriti struktural

Biosekuriti struktural merupakan biosekuriti tingkat kedua. Biosekuriti struktural terkait dengan penentuan tata letak bangunan dan struktur kandang, pembuatan saluran pembuangan limbah, penyediaan peralatan dekontaminasi, serta pembangunan ruang penyimpanan hingga ruang ganti pakaian. Idealnya dalam suatu peternakan, terdapat kandang, pos jaga, tempat parkir, kantor gudang penyimpanan pakan, mess pegawai, dan bangunan pendukung lainnya.

Penentuan letak atau posisi kandang maupun bangunan pendukung tersebut hendaknya dilakukan dengan tepat agar alur distribusi ternak, personal (manusia), pakan maupun peralatan bisa berjalan efektif. Kandang ayam juga sebaiknya membujur ke arah barat-timur sehingga intensitas sinar matahari yang masuk ke kandang tidak berlebih dan mencegah stres pada ternak. Jika kandang yang akan dibangun lebih dari satu, maka jarak antar kandang idealnya minimal 1x lebar kandang.

3. Biosekuriti operasional

Biosekuriti operasional berupa prosedur atau protokol yang dilakukan setiap saat atau secara rutin di peternakan untuk mencegah masuk atau tersebarnya penyakit. Contoh penerapan biosekuriti operasional adalah pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang baik disertai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) di setiap kegiatan pemeliharaan ternak, serta SOP lalu lintas ternak, alat, dan manusia. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), pada pelaksanaan biosekuriti operasional ini terdapat 3 elemen biosekuriti yaitu isolasi, pengaturan lalu lintas dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi).

C. Elemen Biosekuriti

Elemen biosekuriti merupakan implementasi dari tingkatan biosekuriti operasional dan beberapa didukung tingkatan biosekuriti struktural. Dalam praktiknya pelaksanaan elemen biosekuriti harus selalu dilakukan secara tertib sesuai dengan SOP yang berlaku di masing-masing peternakan.

Kemudian siapa yang berkewajiban untuk patuh dan melakukan SOP biosekuriti tersebut? Jawabannya adalah semua pihak atau stakeholder yang terlibat dalam peternakan tersebut, mulai dari pemilik, petugas kandang, tenaga medis veteriner, supplier pakan atau obat, maupun tamu yang berkunjung tanpa terkecuali.

Elemen biosekuriti dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut:

1. Isolasi

Elemen biosekuriti berupa isolasi ini dimaksudkan untuk membatasi kontak ternak dengan sumber risiko (orang, benda, hewan) yang menjadi pintu masuknya agen penyakit ke dalam peternakan. Contoh implementasi dari tindakan isolasi adalah

  • Penerapan manajemen pemeliharaan all-in-all-out, misalnya pada pemeliharaan ayam pedaging. Maksudnya adalah ayam pedaging yang kita pelihara dalam satu lokasi kandang hendaknya memiliki umur yang seragam, sehingga periode pemeliharaannya akan sama dan kemudian di panen dalam waktu yang serentak.
  • Pemisahan lokasi peternakan sesuai dengan jenis ternak. Misalkan apabila kita akan membangun kandang sapi perah, hendaknya tidak bercampur dengan hewan ternak lain, seperti babi atau ayam. Begitu pula ketika kita akan memelihara ayam petelur, hendaknya di dalam lingkungan kandang kita tidak memelihara unggas lain seperti bebek, itik, atau ayam kampung. Dimana kehadiran ternak jenis lain di dalam satu lokasi peternakan dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit antar spesies ternak.
  • Pengelompokkan ternak berdasarkan umur (muda atau tua) dan ada batas yang jelas diantaranya.

Supaya tindakan isolasi ini dapat berjalan dengan baik, kita dapat mengimplementasikannya dalam penerapan biosekuriti 3-zona. Tujuannya adalah mencegah sumber risiko membawa masuk agen penyakit hingga kontak dengan ternak kita dengan perlindungan berlapis dari zona merah (area kotor), zona kuning (area penyangga/buffer), dan zona hijau (area bersih).

Penerapan 3-zona biosekuriti sebenarnya dapat dimulai sejak tingkatan biosekuriti yang pertama atau biosekuriti konseptual, yaitu diawali dengan pemilihan lokasi kandang yang jauh dari pemukiman warga. Kemudian tingkat kedua atau biosekuriti struktural, yaitu dengan desain atau layout peternakan yang akan di bangun. Seperti tata letak bangunan dan adanya ruang/bilik desinfeksi khusus yang bisa ditempatkan di tiap-tiap akses masuk antar zona.

Implementasikan biosekuriti 3-zona dengan pembuatan SOP serta aturan-aturan atau tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di masing-masing zona.

2. Pengaturan Lalu Lintas

Tujuan pengaturan lalu lintas adalah menjadi upaya kita untuk menjauhkan kontak antara ternak dengan sumber risiko penularan penyakit hewan. Kontrol lalu lintas ini juga membatasi orang dan benda yang masuk ke dalam peternakan. Jika orang atau benda tersebut memang diharuskan untuk masuk ke dalam lingkungan peternakan maka harus ada SOP dan perlu dipastikan bahwa orang atau benda tersebut mematuhi arahan biosekuriti.

Contoh penerapan pengaturan lalu lintas di peternakan :

  • Pemasangan pagar keliling. Kemudian ditambahkan peringatan di pintu gerbang depan “Selain yang berkepentingan, dilarang masuk!”.
  • Rute perjalanan orang, barang, atau produk ternak juga dibuatkan SOP sehingga dapat searah dari ayam dengan umur yang lebih muda ke ayam yang umurnya lebih tua. Hal ini juga harapannya mengurangi potensi penyebaran penyakit dari ayam-ayam yang telah dipelihara cukup lama (tua) kepada ayam-ayam muda.
  • Misalnya pada pemeliharaan ayam petelur yang beragam umur pada satu lokasi peternakan (multi age), hendaknya dipisahkan masing-masing kandang dengan operator atau penanggungjawab kandang masing-masing, sarana produksi ternak masing-masing, sehingga tidak ada alat peternakan yang dipakai bersamaan.

3. Sanitasi (Pembersihan dan Desinfeksi)

Sanitasi merupakan salah satu kegiatan biosekuriti yang sudah banyak dilakukan peternak. Kegiatan sanitasi terdiri dari dua hal, yaitu pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap peralatan maupun pekerja yang keluar masuk kandang.

Proses sanitasi paling sederhana yang dapat dilakukan oleh peternak adalah mengganti alas kaki khusus untuk ke kandang, menggunakan baju khusus untuk bekerja di kandang, menyikat dan mencelupkan alas kaki di bak desinfektan, serta semprot baju dengan desinfektan.

a. Pembersihan

Pembersihan, pencucian dan penyemprotan kandang serta peralatan kandang menggunakan desinfektan setelah panen/afkir. Saat kondisi kandang kotor, konsentrasi bibit penyakit masih tinggi dan peluang ternak pada periode selanjutnya terserang penyakit akan semakin besar.

Pembersihan terdiri dari pembersihan kering dan pembersihan basah. Pembersihan kering diantaranya adalah menyapu, menyikat, mengeruk menggunakan sekop dengan tujuan menghilangkan material organik yang ada pada lantai, dinding, atau langit-langit kandang.

Sedangkan saat melakukan pembersihan basah kita gunakan air dan detergen. Kemudian kembali dilakukan penyemprotan dengan menggunakan air bertekanan.

b. Desinfeksi

Desinfeksi bertujuan untuk membunuh agen penyakit dengan menggunakan desinfektan. Kegiatan desinfeksi yang tidak dilakukan secara optimal akan menyebabkan tujuan pembersihan dan persiapan kandang dalam mengurangi bibit penyakit menjadi sia-sia.

Desinfeksi kandang hendaknya rutin kita lakukan selama periode pemeliharaan. Kegiatan desinfeksi rutin diharapkan dapat membantu menekan agen penyakit di kandang. Sehingga ternak kita tidak tertular penyakit.

Penggunaan desinfektan pun tidak boleh sembarangan karena harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti jenis desinfektan yang digunakan, materi organik, pH dan tingkat kesadahan pelarut, waktu kontak, serta dosis penggunaan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan penggunaan desinfektan, yaitu:

  • Jenis desinfektan

Pemilihan desinfektan disesuaikan dengan spektrum kerja atau ketahanan agen penyakit terhadap desinfektan.

Pemilihan desinfektan juga dilihat dari kondisi pemeliharaan. Misal pada persiapan kandang disaat kandang kosong dan sedang tidak ada ayam maka dapat menggunakan seperti Formades atau Sporades.

Sedangkan untuk desinfeksi peralatan kandang bisa menggunakan Medisep. Untuk desinfeksi air minum dapat digunakan Desinsep.

  • Dosis dan cara pemberian yang tepat

Dosis desinfektan hendaknya disesuaikan dengan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau kemasan produk. Cara aplikasi desinfektan secara semprot (spray) hendaknya dilakukan sampai permukaannya basah oleh desinfektan.

  • Gunakan air yang berkualitas

Kadar pH air hendaknya netral atau 5-8, serta air tidak bersifat sadah (kandungan ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ sedikit) sehingga desinfektan bekerja optimal. Kadar pH tinggi (≥8) dapat mempengaruhi daya kerja desinfektan, terutama golongan iodine (WHO, 2018).

  • Waktu kontak

Sesaat setelah diaplikasikan, desinfektan mulai mengalami degradasi sehingga efektivitasnya berangsur-angsur menurun. Alhasil, semakin singkat waktu kontak yang dibutuhkan untuk membasmi mikroba maka semakin efisien desinfektan tersebut. Desinfektan golongan QUATS dan oxidizing agent diketahui mempunyai waktu kontak relatif singkat (10-30 menit) dibandingkan fenol sehingga memiliki daya bunuh lebih cepat.

D. Aplikasi Biosekuriti di Peternakan

Keberhasilan penerapan biosekuriti di kandang salah satunya adalah karena komitmen dari semua pihak untuk menjalankannya. Beberapa hal penting dalam melaksanakan biosekuriti di peternakan ayam, diantaranya :

1. Pembuatan jadwal kegiatan harian

Guna memudahkan melakukan kontrol lalu lintas sumber risiko orang (pekerja), barang (pakan, telur, dan lainnya), serta hewan (ayam) dapat kita lakukan dengan pembuatan jadwal kegiatan harian.

2. Pembuatan SOP biosekuriti

Implementasi biosekuriti operasional adalah dengan pembuatan SOP biosekuriti yang disepakati dan dilaksanakan oleh semua pihak tanpa terkecuali. Agar mudah diingat, dipahami, dan dilaksanakan maka dapat di buatkan poster himbauan/ peraturan yang ditempatkan di tiap-tiap zona biosekuriti.

3. Pelatihan dan pendampingan karyawan

SOP yang telah disusun perlu disosialisasikan dan diberikan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan peternakan. Sosialisasi dan pelatihan ini dapat dilakukan oleh manager farm, dinas terkait atau pihak eksternal yang berkompeten dalam bidang biosekuriti.

Setelah SOP dijalankan maka perlu dilakukan adanya pendampingan rutin supaya pelaksanaan biosekuriti dapat berjalan konsisten sesuai dengan komitmen awal.

4. Pengawasan/Audit biosekuriti

Tujuan dari pengawasan adalah untuk memastikan biosekuriti dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak secara rutin dan bertanggungjawab. Untuk itu, perlu ditunjuk satu orang yang bertangggungjawab mengawasi pelaksanaan biosekuriti di kandang. Selain adanya pengawas, diharapkan juga semua pihak dapat saling mengingatkan serta melaporkan jika ada orang lain yang melanggar aturan biosekuriti.

Pelaksanaan biosekuriti juga perlu dilakukan audit oleh pihak lain yang independen. Supaya apabila terdapat temuan-temuan korektif dari tim audit, biosekuriti bisa diperbaiki dan ditingkatkan kembali.

5. Penerapan reward and punishment

Manajemen peternakan perlu memberikan reward atau hadiah (bonus/insentif) kepada karyawan yang menjalankan biosekuriti dengan ketat dan konsisten. Pemberian reward ini akan menjadi motivasi bagi karyawan lain agar lebih proaktif dalam menjalankan SOP biosekuriti.

Disisi lain juga diterapkan adanya punishment (hukuman) untuk pihak-pihak yang melanggar SOP biosekuriti. Sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk tidak melanggar SOP yang telah disepakati bersama.

Banyaknya manfaat dari penerapan biosekuriti sudah sepatutnya bisa menambah semangat bagi peternak untuk terus konsisten dalam menerapkannya. Jika kita pahami, penerapan biosekuriti secara ketat, disiplin, serta konsisten, pasti dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan performa ternak sehingga peternak pun akan mendapat keuntungan. Hal yang perlu ditekankan adalah penerapan biosekuriti ini tidak terbatas hanya untuk peternakan ayam saja tetapi dapat diimplementasikan pada semua jenis ternak yang kita pelihara. Semoga bermanfaat.

Biosekuriti, Konsep Dasar dan Penerapannya Guna Menangkal Penyakit
Tagged on:
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin