Sejak Oktober hingga Desember 2023, beberapa wilayah Indonesia diperkirakan telah memasuki musim penghujan (BMKG, 2023). Salah satu tantangan di musim penghujan yaitu terjadi peningkatan kelembapan lingkungan. Kelembapan lingkungan yang tinggi dapat memicu munculnya penyakit seperti koksidiosis.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Tim Technical Education & Consultation (TEC) Medion dari tahun 2021-2023, koksidiosis menempati peringkat keempat penyakit pada ayam pedaging dan peringkat ketujuh pada ayam petelur (Grafik 1 dan 2). Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan terhadap munculnya penyakit koksidiosis terutama pada saat musim hujan telah tiba.

Penyebab Koksidiosis

Koksidiosis disebabkan oleh protozoa Eimeria sp. yang menyerang saluran pencernaan, terutama usus halus dan sekum (usus buntu). Terdapat 1800 spesies Eimeria yang menyerang berbagai jenis ternak, tetapi hanya 7 spesies yang menyebabkan sakit pada ayam yaitu E. tenella, E. necatric, E. acervulina, E. maxima, E. brunetti, E. mitis, dan E. praecoc.

Siklus hidup Eimeria sp. terdiri atas dua tahap, yaitu :

  • Tahap eksogenus (di luar tubuh ayam)

Ayam yang terinfeksi koksidiosis menghasilkan ookista yang akan keluar bersama feses. Ookista akan bersporulasi di lingkungan dan menjadi infektif dalam waktu 24-72 jam.

  • Tahap endogenus (di dalam tubuh ayam)

Ookista yang termakan akan pecah di ventrikulus (gizzard) dan sporozoit akan dihasilkan oleh sporocyst, selanjutnya sporozoit menembus sel di mukosa usus dan dimulailah siklus reproduksinya. Ada dua tahap perkembangan. Diawali dengan fase aseksual, sporozoit membentuk schizogony dan menghasilkan merogony. Kemudian melanjut ke fase seksual, dimana akan terbentuk mikrogamet dan makrogamet yang menghasilkan zigot. Zigot akan terbungkus lapisan dinding pelindung sehingga disebut ookista. Siklus ini berlangsung selama 4-6 hari tergantung spesies Eimeria.

Faktor Predisposisi

Berikut faktor-faktor yang memicu munculnya penyakit koksidiosis, yaitu:

  • Kepadatan kandang tinggi

Kasus koksidiosis dapat menyerang ayam di semua umur. Pada ayam pedaging, kasus paling sering terjadi pada umur 2-3 minggu. Sedangkan pada ayam petelur kasus paling sering terjadi pada umur 0-8 minggu. Salah satu penyebabnya yaitu kepadatan kandang yang tinggi. Semakin banyak ayam dan berat badan ayam bertambah, maka jumlah feses yang dikeluarkan ayam akan semakin banyak. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah litter yang ada di kandang, sehingga litter cepat lembap dan basah. Kondisi litter yang lembap dan basah tidak akan mampu menyerap feses, sehingga akan terjadi penumpukan feses dan menyebabkan peningkatan amonia di kandang.

  • Kelembapan kandang tinggi

Kelembapan kandang yang tinggi menyebabkan litter mudah lembap. Pada kandang closed house, kondisi kandang lebih mudah untuk diatur. Tetapi untuk kandang open house masih sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca.

  • Kualitas litter

Ookista sporulasi mampu bertahan sekitar 48 jam pada suhu 25-28°C atau lebih lama tergantung suhu, kelembapan, dan ketersediaan oksigen. Jika suhu di dalam kandang rendah dan kelembapan tinggi atau kondisi litter sangat lembap, ookista sporulasi dapat bertahan di lingkungan selama berbulan-bulan. Oleh karena itu, sangat penting menjaga kualitas litter agar tetap kering.

  • Jumlah cemaran ookista

Jumlah cemaran ookista dapat memengaruhi tingkat keparahan penyakit dan penyebaran penyakit. Menurut Swayne et al. (2014), ingesti ookista yang bersporulasi sebanyak 10³, 10⁴, 10⁵, atau 10⁶ menyebabkan koksidiosis yang ringan hingga berat dengan skor lesi 1.1 (ingesti 10³ ookista) dan 4.0 (ingesti 10⁶ ookista).

  • Pembersihan dan istirahat kandang yang kurang optimal

Kandang dengan riwayat koksidiosis berisiko menjadi sumber penularan untuk periode selanjutnya apabila pembersihan dan istirahat kandang kurang optimal. Hal ini karena ookista resisten terhadap desinfektan. Akan tetapi ookista akan mati pada kondisi suhu ekstrem seperti suhu tinggi > 55° C atau kondisi beku.

Gejala Klinis dan Perubahan Anatomi

Gejala klinis dan perubahan anatomi akibat koksidiosis tergantung pada jenis Eimeria yang menyerang. Secara umum, ayam yang terserang koksidiosis menunjukkan gejala mengantuk, sayap terkulai, penurunan nafsu makan dan anemia.

Infeksi E. tenella menyebabkan ayam mengalami berak darah, feses berwarna merah atau oranye pada litter atau di bawah kandang. Infeksi E. maxima menyebabkan feses kental kemerahan bercampur bintik-bintik darah.

Perubahan anatomi yang teramati, pada E. tenella menyebabkan sekum membesar 2-3 kali lipat, dinding menebal berwarna gelap, dan terdapat gumpalan darah di lumen sekumnya. Sedangkan perubahan karena Eimeria yang lain berupa penebalan dinding usus (dapat disertai peradangan, nanah, hingga perdarahan) serta adanya titik-titik berwarna putih di permukaan usus. Akan tetapi, apabila hanya melihat dari gejala klinis dan perubahan patologi anatomi akan sulit untuk membedakan masing-masing spesies Eimeria yang menyerang. Perlu adanya peneguhan uji laboratorium untuk membedakannya.

Perubahan mikroskopis pada pemeriksaan histopatologi yaitu ditemukan adanya ookista, schizon, makrogamet, dan mikrogamet pada jaringan usus.

Dampak Koksidiosis terhadap Kesehatan Ayam

Dampak yang ditimbulkan pada ayam yang terinfeksi koksidiosis yaitu pertumbuhannya terhambat, penurunan efisiensi penggunaan ransum, dan kematian yang dapat mencapai 80-90%.

Penyakit koksidiosis juga memberikan dampak imunosupresif (menekan perkembangan kekebalan tubuh), dengan mekanisme sebagai berikut :

  • Koksidiosis merusak mukosa usus, proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pun tidak optimal sehingga terjadi defisiensi nutrisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan dan pembentukan antibodi.
  • Payer’s patches dan caeca tonsil yang merupakan organ kekebalan tubuh di saluran pencernaan mengalami kerusakan sehingga ayam rentan terserang penyakit.
  • Terdapat jaringan limfoid yang menghasilkan antibodi (IgA) di sepanjang mukosa usus. Kerusakan mukosa usus akan menurunkan jumlah IgA yang berfungsi melindungi mukosa usus dari penyakit lain.

Adanya mekanisme imunosupresif menyebabkan ayam yang terinfeksi koksidiosis rentan terhadap infeksi penyakit lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan tim lapangan Medion, pada tahun 2023 kasus koksidiosis tunggal pada ayam pedaging sebanyak 69.09% sedangkan kasus kombinasi koksidiosis dengan penyakit lainnya sebanyak 30.91% (Grafik 3).

Koksidiosis dapat berkombinasi dengan penyakit bakterial maupun viral. Kasus koksidiosis pada ayam pedaging pada tahun 2023 paling banyak berkombinasi dengan CRD (Grafik 4).

Apabila kelembapan kandang tinggi, kepadatan tinggi, litter basah, serta sirkulasi udara di dalam kandang yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan pernapasan akibat amonia yang tinggi. Amonia tinggi dapat mengiritasi saluran pernapasan menyebabkan rupturnya silia dan peradangan di saluran pernapasan. Kondisi seperti ini lah yang menjadi predisposisi penyakit CRD. Apabila kualitas air kurang baik, contohnya ada cemaran bakteri E. coli, maka penyakit Colibacillosis bisa ikut menyertai menjadi CRD Kompleks. Bakteri E. coli adalah patogen oportunistik. Bakteri patogen akan lebih mudah berkembang apabila mukosa saluran pernapasan maupun saluran pencernaan terjadi kerusakan.

Selain itu, bakteri lain yang mudah berkembang saat terjadi kerusakan di mukosa usus adalah Clostridium perfringens penyebab penyakit NE. Faktor penyebab munculnya penyakit NE disebabkan karena lingkungan yang kurang higienis seperti litter lembap, stres, perubahan iklim dari kemarau ke penghujan, sanitasi dan desinfeksi yang kurang memadai. Perubahan viskositas isi usus (perubahan komposisi ransum yang mendadak, ransum dengan kandungan protein dan energi berlebih), serta adanya infeksi penyakit lain seperti koksidiosis, IBH, Gumboro) juga memengaruhi munculnya penyakit ini.

Peningkatan jumlah populasi bakteri Clostridium perfringens menghasilkan toksin. Toksin inilah yang menyebabkan terjadinya nekrosa pada mukosa usus. Sehingga, apabila terjadi kasus koksidiosis berkombinasi dengan NE menyebabkan perubahan usus yang semakin parah, berdampak pada penyerapan nutrisi yang semakin terganggu.

Pencegahan

Peternak perlu mengantisipasi kasus koksidiosis terutama saat memasuki musim penghujan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu :

a. Persiapan kandang

Persiapan kandang merupakan tahapan yang penting dalam memulai siklus pemeliharaan baru.

  • Mulai dari pengeluaran feses, litter, sisa pakan, dan semua kotoran organik dari area kandang. Jangan biarkan ada tumpukan feses atau litter di dalam area kandang karena dapat menjadi sumber penyakit dari periode sebelumnya.
  • Pemeriksaan dan perbaikan atap, tirai, kandang, dan tempat air minum yang bocor dan berlubang. Kebocoran-kebocoran tersebut dapat menyebabkan peningkatan kelembapan di dalam kandang terutama pada musim penghujan.
  • Pastikan juga semua area kandang termasuk celah-celah kandang dilakukan pencucian kandang. Jangan biarkan sisa-sisa kotoran dari periode sebelumnya masih menempel di dalam kandang. Gunakan air bertekanan tinggi dan deterjen. Setelah pencucian selesai dapat dilakukan desinfeksi dengan desinfektan.
  • Hal yang paling penting dalam memutus siklus penyakit koksidiosis adalah melakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan dengan cara menyiram larutan kapur ke seluruh permukaan kandang. Kebutuhan larutan kapur untuk kandang seluas 100 m²adalah 20 kg kapur tohor dan 500 ml Formades dalam 100 liter air. Ookista tidak akan rusak dengan desinfeksi saja, oleh karena itu perlu adanya proses pengapuran. Kapur merupakan bahan aktif yang bersifat basa. Apabila larut ke dalam air atau media basah, maka akan dihasilkan panas yang tinggi sehingga dapat membunuh ookista.
  • Lakukan istirahat kandang minimal 14 hari, dimulai setelah proses pembersihan dan desinfeksi kandang selesai dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit hingga tidak menemukan ayam sebagai inang untuk tumbuh.

b. Pengaturan kepadatan kandang

Perhatikan kepadatan kandang agar luasan kandang sesuai dengan kapasitas. Standar kepadatan kandang pada kandang open house adalah 15 kg/m² atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m²-nya. Sedangkan untuk kandang closed house kepadatan kandang dapat meningkat hingga 2x, yaitu mencapai 25-30 kg per m²-nya.

c. Manajemen litter

Litter harus terjaga agar tetap kering karena kondisi lembap merupakan tempat yang nyaman bagi ookista. Strategi penanganan litter saat terjadi kasus koksidiosis yaitu :

  • Gunakan litter dengan ketebalan awal sekitar 8-12 cm untuk kandang postal dan 5-8 cm untuk kandang panggung.
  • Pada masa brooding, bolak-balik litter setiap 3-4 hari sekali dari umur 4 hari hingga umur 14 hari.Segera ganti litter yang basah dan menggumpal, jika jumlah litter yang menggumpal sedikit, dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika banyak, lebih baik ditumpuk dengan litter yang baru.
  • Pastikan sistem ventilasi udara baik untuk menjaga kelembapan kandang. Hal ini diperlukan agar litter tidak mudah lembap, sirkulasi udara lancar, tersedia oksigen yang cukup, serta pengeluaran gas metabolisme dan amonia.

d. Manajemen ransum

Berikan ransum dengan kandungan protein dan garam yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Pada sistem pakan self mixing, pastikan kadar protein dan garam tidak berlebihan, karena dapat menyebabkan wet dropping, litter cepat basah, serta peningkatan amonia.

Medion pun memiliki produk Optigrin, feed additive herbal yang dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk menjaga kesehatan usus. Optigrin mengandung ekstrak Origanum vulgare dan Andrographis paniculata yang dapat memperbaiki performa ayam, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, dan mengurangi angka kematian pada ayam. Optigrin bekerja dengan cara menekan bakteri patogen dengan merusak membran sel bakteri, melindungi usus dan menghambat pertumbuhan protozoa seperti Eimeria sp. di dalam usus, bekerja sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, Optigrin dapat digunakan untuk pencegahan terhadap bakteri patogen dan koksidiosis.

e. Vaksinasi

Vaksinasi koksidiosis dapat diberikan pada ayam pembibit (breeder) maupun ayam petelur (layer) menggunakan vaksin live oocysts dengan metode spray cabinet pada ayam umur 1 hari atau melalui ransum untuk ayam umur 4 hari.

Penanganan

Apabila ayam sudah terlanjur sakit, berikut penanganan yang dapat dilakukan :

  • Seleksi ayam. Ayam yang sakit sebaiknya diisolasi untuk meminimalkan penularan ke ayam lain. Untuk ayam yang kondisinya sudah parah dapat di-culling.
  • Jika memungkinkan, buang feses bercampur darah yang ada pada litter untuk menghindari ayam lain mematuknya. Warna merah pada feses akan menarik perhatian ayam lain dan dapat menyebabkan penularan penyakit koksidiosis.
  • Perhatikan kondisi litter/sekam, jangan sampai lembap atau basah, apabila basah dapat ditambahkan sekam yang baru dan dapat dilakukan penaburan kapur diatas sekam atau feses yang basah dan lembap.
  • Pada ayam pedaging dengan kasus umur >25 hari, sebaiknya dipertimbangkan untuk dipanen.
  • Pemberian obat antikoksidia. Terdapat beberapa jenis produk antikoksidia, diantaranya yaitu :
  1. Golongan Sulfonamide. Antikoksidia ini bekerja dengan cara memutus siklus hidup Eimeria sp. dengan mengganggu proses reproduksi aseksual Eimeria. Sporozoit akan dibasmi sehingga tidak dapat memperbanyak diri. Oleh karena itu, pemberian antikoksidia dari golongan sulfonamide ini harus diberikan dengan sistem 3-2-3 (3 hari diberikan antikoksidia – 2 hari berhenti – 3 hari diberikan antikoksidia). Contoh produk Medion dari golongan Sulfonamide yaitu Coxy, Antikoksi, dan Koksidex. Selain sebagai antikoksidia, obat dari golongan sulfonamide seperti Coxy juga berperan sebagai antibiotik, sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit bakterial seperti kolera. Yang perlu diperhatikan adalah, apabila terdapat kondisi ginjal bengkak (kombinasi infeksi dengan penyakit lain) sebaiknya obat golongan sulfonamide tidak digunakan karena dapat memperparah kondisi tersebut.
  2. Golongan Thiamine antagonis. Antikoksidia golongan ini bekerja dengan mengganggu proses reproduksi aseksual dari Eimeria sp. sama seperti golongan sulfonamide. Contoh produk Medion dari golongan ini yaitu Therapy, Koksidex, dan Amprosid. Selain sebagai antikoksidia, Therapy juga dapat dapat digunakan untuk pengobatan terhadap penyakit bakterial dengan dosis 0,2 gram/kg BB diberikan selama 5-7 hari berturut-turut.
  3. Golongan Triazinetrione. Antikoksidia ini bekerja secara efektif mengganggu fungsi mitokondria dengan menghambat aktivitas enzim pada rantai pernapasan sel sehingga menyebabkan kematian pada semua tahap perkembangan Eimeria sp. (reproduksi seksual maupun aseksual). Contoh produk Medion yaitu Toltradex. Pada unggas, Toltradex dapat diberikan dengan dosis 0,14 ml/kgBB diberikan selama 2 hari berturut-turut.
  4. Herbal antikoksidia. Medion telah mengembangkan produk antikoksidia herbal yaitu Fithera yang dapat digunakan sebagai antibakteria maupun antikoksidia. Untuk pengobatan koksidia dapat menggunakan dosis 0.2 ml/kgBB selama 7 hari berturut-turut, sedangkan untuk pengobatan bakteri dapat digunakan dosis 0.4 ml/kgBB selama 7 hari berturut-turut.

Adapun tata cara pemberian antikoksidia yang perlu di perhatikan yaitu :

  • Jangan memberikan antikoksidia bersamaan dengan produk yang mengandung vitamin B atau asam amino karena vitamin B merupakan nutrisi Eimeria sp., sehingga penggunaannya akan memperparah infeksi.
  • Pemberian multivitamin seperti Fortevit dan Vita Stress dapat dilakukan setelah pengobatan. Vitamin A dapat mempercepat regenerasi epitel mukosa usus, sedangkan vitamin K dapat mengurangi perdarahan dan mempercepat kesembuhan luka.

Dengan menerapkan strategi di atas, diharapkan peternak dapat mengendalikan penyakit koksidiosis terutama pada musim penghujan yang akan segera datang. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Strategi Meminimalisir Koksidiosis pada Ayam
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin