Penyakit unggas telah menjadi salah satu gangguan serius dalam usaha budidaya perunggasan. Kerugian yang didapatkan tidak sedikit jika sewaktu-waktu penyakit menyerang peternakan. Berbagai faktor dapat melatarbelakangi mengapa kasus penyakit masih sering terjadi, diantaranya manajemen pemeliharaan yang kurang baik, fluktuasi suhu yang ekstrem, ditambah dampak El Nino yang menimbulkan stres, hingga kurang optimalnya pelaksanaan vaksinasi.

Perubahan suhu yang naik turun ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan ayam dengan timbulnya risiko masuknya penyakit di lingkungan kandang. Banyak kasus dimana peternak kurang persiapan sebelum memasuki masa pergantian musim sehingga memberikan dampak bagi peternakannya.

Review Penyakit Ayam Pedaging Tahun 2023

Serangan penyakit unggas sepanjang tahun 2023 mengalami pasang surut dengan pola hampir sama dengan prediksi tahun sebelumnya. Pada ayam pedaging (Grafik 1), penyakit bakterial masih didominasi penyakit pernapasan CRD, Colibacillosis dan CRD kompleks.

Penyakit CRD erat kaitannya dengan perubahan kondisi lingkungan yang tidak menentu dan bisa muncul di setiap musim. CRD juga membuka peluang masuknya agen infeksi lain seperti E.coli yang menyebabkan kasus Colibacillosis. Terlihat bahwa kasus gabungan penyakit CRD dan Colibacillosis atau dikenal dengan CRD kompleks ini cukup tinggi pada peringkat ke-3 terlihat pada Grafik 1. Jumlah kasus Colibacillosis juga meningkat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (2021-2022). Penyakit CRD, CRD kompleks, dan Colibacillosis banyak ditemukan saat pergantian musim pancaroba, musim hujan dengan curah hujan tinggi, serta musim kemarau panjang dengan suhu dan kelembapan yang fluktuatif pada siang dan malam hari. Perubahan cuaca tersebut memicu sistem imunitas tubuh ayam menurun.

Sedangkan untuk penyakit viral pada ayam pedaging, didapatkan data penyakit yang masih terjadi seperti Gumboro, IBH dan ND. Selain itu, penyakit parasit seperti koksidiosis masih banyak terjadi. Kasus heat stress juga terjadi peningkatan pada ayam pedaging dibanding tahun sebelumnya. Fenomena musim kemarau yang cukup panjang membuat kasus heat stress banyak terjadi pada periode finisher.

Review Penyakit Ayam Petelur Tahun 2023

Sedikit berbeda dengan ayam pedaging, kasus pada ayam petelur akan disorot dari dua periode pemeliharaan yaitu sebelum masa produksi (Grafik 2) dan saat masa produksi (Grafik 3). Pada ayam petelur sebelum memasuki masa produksi didominasi CRD, Coryza dan koksidiosis. Penyakit bakterial yang menyerang pernapasan seperti CRD dan Coryza mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dimana predisposisi penyakit tersebut karena adanya kesalahan manajemen misalnya kandang yang terlalu padat, kadar amonia tinggi, suhu dan kelembapan saat brooding tidak sesuai kebutuhan, dll.

Sedangkan penyakit Gumboro, ND, ILT, Cacar (Fowl Pox) dan AI mendominasi sebagai penyakit viral. Pada ayam petelur, kasus Gumboro berkaitan dengan perkembangan organ kekebalan yang mulai aktif bekerja pada 3-6 minggu. Sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan pada fase pemeliharaan pullet.

Penyakit bakterial Coryza masih menjadi peringkat penyakit tertinggi di ayam petelur produksi, kemudian diikuti penyakit CRD (Grafik 3). Selain itu ditemukan juga kasus penyakit Fowl Cholera yang meningkat dan menempati peringkat 4 dari keseluruhan kasus penyakit. Penyakit bakterial lainnya yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Necrotic Enteritis.

Penyakit viral yang sering menyerang ketika masa produksi adalah AI diikuti ND, Cacar (Fowl Pox), IB dan ILT. Gangguan heat stress terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya.

Kasus cacingan masih sering terjadi dan menempati peringkat 3 besar saat masa produksi. Penyakit parasit cacingan ini juga cukup meresahkan peternakan ayam petelur. Penyakit ini dapat menurunkan kesehatan ayam hingga menurunnya produksi telur. Selain beberapa jenis cacing yang sering menyerang ayam petelur, akhir-akhir ini perunggasan sempat mengalami kasus helminthiasis yang terlihat berbeda yakni kasus Acanthocephala.

El Nino dan Heat Stress

Fenomena El Nino di Indonesia menyebabkan terjadinya musim kemarau panjang dan kondisi cuaca panas. Diketahui suhu harian selama pemeliharaan ayam di kandang bisa melebihi 35°C. Hal ini mempengaruhi situasi di industri perunggasan di mana ayam menjadi tidak nyaman dan mengalami stres. Ternak ayam saat ini semakin peka akan perubahan lingkungan dan mudah stres akibat kondisi perubahan cuaca yang ekstrem, termasuk fenomena El Nino pada setahun terakhir ini. Dampak stres pada ayam tidak boleh disepelekan. Kenaikan suhu dapat mengakibatkan heat stress yang dapat menurunkan produktivitas, rentan sakit, mengakibatkan defisiensi nutrisi hingga yang terburuknya terjadi kematian mendadak.

Heat stress akan mengakibatkan kerusakan keseimbangan elektrolit sel yang disertai dengan efek pada hampir semua sistem tubuh termasuk sindrom gangguan saluran pencernaan. Efek negatif yang timbul yaitu diare yang tidak spesifik atau feses yang dihasilkan lebih encer karena ayam akan lebih banyak minum yang membuat konsistensi feses lebih basah.

Penyakit Cekrek di Berbagai Kondisi Cuaca

Penyakit CRD dan CRD kompleks mendominasi di 3 tertinggi rangking penyakit karena kasusnya sering terjadi berulang-ulang di satu farm yang sama. Penyakit pernapasan ayam seperti CRD dan CRD Kompleks sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Kejadian penyakit ini dapat muncul di setiap musim, baik musim kemarau, musim hujan, dan musim pancaroba (pergantian musim kemarau ke hujan dan sebaliknya). Penyakit-penyakit bakterial ini dapat dipicu keadaan sirkulasi udara di kandang yang kurang baik, kadar amonia yang terlalu tinggi, kepadatan kandang terlalu tinggi dan pemeliharaan dengan berbagai umur dalam satu lokasi peternakan. Untuk mencegah CRD dan CRD kompleks, perlu menerapkan sistem manajemen pemeliharaan yang komprehensif seperti penanganan litter kandang, pengaturan kepadatan kandang, pengaturan ventilasi kandang serta biosekuriti secara ketat.

Munculnya AI Clade Terbaru

Berdasarkan pemantauan tim Technical Education and Consultation (TEC) dan Surveillance Analyst Medion terhadap penyakit perubahan karakter virus AI, didapatkan laporan adanya kemunculan AI subtype H5N1 clade 2.3.4.4b yang belum pernah ditemukan di Indonesia sebelumnya. Seperti dilansir dalam laman resmi WOAH, wabah AI subtype H5N1 clade 2.3.4.4b ini telah menyebabkan kasus kematian tinggi pada peternakan itik di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan November 2022. Tim surveillance Medion juga menemukan AI clade 2.3.4.4b dari peternakan itik di Jawa Tengah. Dampaknya yang sangat tinggi (angka morbiditas mencapai kisaran 70-90% dan mortalitas 40-60% dalam kurun 1 minggu) menyebabkan penyakit ini harus selalu diwaspadai.

Swollen Head Syndrome yang Merebak Kembali

Di lapangan, penyakit pernapasan yang cukup membuat resah yaitu Swollen Head Syndrome (SHS). Jumlah kasus penyakit SHS ini terlihat mulai meningkat walaupun secara rangking penyakit masih rendah jika dibanding dengan penyakit lain. Tahun 2023, Medion menemukan kasus suspect yang mirip dengan coryza. Namun setelah pemberian antibiotik tidak juga memberikan hasil kesembuhan. Kemudian Medion melakukan peneguhan diagnosa dengan uji laboratorium dan ditemukan hasil positif penyakit SHS. Beberapa kasus SHS ditemukan tim Medion yang ditelusuri lebih lanjut dengan PCR test. Kasus terjadi didominasi ayam petelur di masa produksi (Animal & Agriculture Laboratory Testing-Medion, 2023).

SHS disebabkan oleh avian pneumovirus (APV) yang termasuk dalam famili Pneumoviridae. Virus ini beramplop, tidak bersegmen dan merupakan virus single-stranded RNA yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap berbagai golongan desinfektan. Gejala khas yang muncul pada penyakit ini adalah konjungtivitis, mata berair, kebengkakan sinus infraorbitalis, kebengkakan mandibula (sekitar rahang bawah) dan kepala, bersin, ngorok halus, serta dyspnoe (kesulitan bernapas).

Saat bedah bangkai, perubahan yang muncul seperti edema dan radang pada sinus infraorbitalis, laring, trakea, dan daerah subkutan di daerah kepala dan mandibula. Pada kejadian yang sudah berlangsung kronis dan terdapat infeksi sekunder E.coli, akumulasi lendir lama-kelamaan akan berubah menjadi masa perkejuan.

Kondisi yang dapat memicu kejadian penyakit ini sama seperti penyakit pernapasan lainnya yaitu manajemen pemeliharaan yang kurang baik, sirkulasi udara di kandang yang kurang baik dan tingginya kadar amonia di kandang. Kejadian penyakit ini juga dapat meningkat dikarenakan program vaksinasi di peternakan yang belum menyeluruh.

Kasus Kolera Mulai Mengintai

Kolera atau dikenal berak hijau disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang dapat bertahan hidup di dalam tanah atau bahan-bahan yang membusuk selama beberapa bulan namun mudah dirusak atau dimatikan oleh berbagai desinfektan maupun sinar matahari langsung.

Beberapa gejala klinis yang terjadi pada ayam yang terinfeksi kolera yaitu jengger kebiruan, penurunan nafsu makan, lesu, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, kemudian akan berubah berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), kadang ditemukan tortikolis, peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membengkak berisi materi berupa keju dan padat. Setelah ayam dibedah akan terlihat peradangan pada trakea, perdarahan berupa ptechiae (titik-titik) atau echymosis (menyebar/meluas) pada jantung, paru-paru, lemak jantung maupun lemak perut. Hati membesar berwarna belang dan terdapat bintik-bintik putih nekrosa.

Kejadian penyakit kolera dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti kondisi stres akibat cuaca ekstrem, serangan penyakit imunosupresif, serta kondisi kandang kotor dan lembap. Ayam yang pernah terinfeksi penyakit ini dan kemudian sembuh dapat berperan sebagai carrier atau pembawa.

Prediksi Penyakit Unggas Tahun 2024

Secara umum, kemungkinan beberapa penyakit yang akan muncul di tahun 2024 relatif sama dengan penyakit pada tahun-tahun sebelumnya. Penyakit pernapasan dan pencernaan, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus pada ayam petelur dan pedaging masih akan tetap mendominasi. Hal ini terkait dengan kondisi perubahan cuaca yang naik-turun serta lingkungan peternakan yang kualitas udaranya semakin menurun.

  • Penyakit yang menyerang ternak unggas yang berdampak pada produksi telur dapat menimbulkan kerugian yang tinggi bagi peternak. Penyakit-penyakit yang dimaksud seperti ND, AI, IB dan juga yang sedang marak seperti SHS.
  • Perkembangan virus perlu selalu dipantau secara terus-menerus terutama ND, AI dan Gumboro yang mudah mengalami perubahan. Serta pemantauan terhadap bakteri H. Paragalinarum penyebab penyakit Coryza dimana kasus penyakit tersebut meningkat di tahun 2023 terutama pada ayam petelur. Kemudian Gumboro biasanya menyerang saat peralihan musim atau kondisi pancaroba.
  • Ketika musim hujan dan pancaroba, penyakit koksidiosis dan colibacillosis kemungkinan akan terus muncul. Masalah yang harus diperhatikan seperti manajemen litter yang kurang baik dengan kelembapan yang tinggi sehingga pertumbuhan ookista dari Eimeria penyebab koksidiosis semakin meningkat.
  • Waspada peningkatan kasus mikotoksikosis dan jamur terutama pada tempat pakan dan tempat minum.

Langkah Antisipasi Penyakit Unggas

Langkah strategis yang harus dilakukan di peternakan untuk tahun 2024 :

  1. Dukung dengan manajemen pemeliharaan ayam yang baik. Terutama memperhatikan kualitas bibit DOC, memperhatikan manajemen brooding, kelancaran ventilasi, pengaturan kepadatan kandang, dan manajemen litter. Litter sering dibolak-balik dan litter yang basah atau menggumpal perlu dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Sedapat mungkin pemeliharaan dilakukan sistem all in all out. Berikan Grow Chicks di awal pemeliharaan untuk mempercepat penyerapan kuning telur dan membantu perkembangan organ tubuh DOC.
  2. Penerapan kandang sistem closed house akan lebih efektif karena dapat membantu meminimalkan pengaruh kondisi lingkungan yang saat ini sangat fluktuatif dan memicu penyebaran penyakit.
  3. Melakukan vaksinasi secara tepat (ketepatan penentuan jadwal vaksinasi, kualitas vaksin, tatalaksana vaksinasi yang sesuai dan kondisi ayam saat divaksin) untuk memberikan kekebalan terhadap tantangan penyakit. Program vaksinasi dapat menggunakan contoh panduan yang telah Medion susunkan untuk penyakit ND, AI, Gumboro, IB, ILT, Pox (cacar) dan Coryza menggunakan vaksin Medivac.
  4. Memperketat biosekuriti dan sanitasi untuk mencegah penyebaran penyakit.
  • Penerapan biosekuriti model 3 zona (bersih, transisi, kotor) dan membatasi lalu lintas unggas terlebih dari daerah tercemar penyakit
  • Perlu dilakukan pembersihan feses secara rutin dan hindari feses menumpuk dan lembap. Gunakan pengikat amonia seperti Ammotrol untuk mengurangi konsentrasi gas amonia di kandang.
  • Desinfeksi ketat di lingkungan kandang (Neo Antisep/Antisep)
  • Tempat pakan dan minum harus dicuci dan didesinfeksi secara rutin dengan Medisep. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm yang menempel pada pipa saluran air.
  • Batasi kontak antara unggas komersial dengan ayam kampung, unggas air atau hewan liar.
  • Kendalikan hama atau vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat. Gunakan perangkap tikus dan untuk mengurangi populasi lalat dapat menggunakan Flytox.
  • Lakukan sanitasi pada air minum unggas (Desinsep).
  • Cek kualitas air minum secara rutin. Air minum yang diberikan bersumber dari air yang bersih, selalu segar dan aman. Perlu dilakukan pengontrolan dan pemeriksaan sumber air minum secara rutin minimal saat pergantian musim.

5. Monitoring titer antibodi perlu dilakukan secara rutin khususnya untuk ayam petelur dan pembibit untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dan memantau titer antibodi selama masa produksi. Terutama untuk mengendalikan penyakit viral (contoh seperti ND dan AI) maka sebagian peternak bisa rutin melakukan pemantauan titer antibodi melalui uji serologi dan PCR untuk membantu peneguhan diagnosa.

6. Meningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan memberikan multivitamin (Vita Stress/Fortevit) secara rutin. Selain itu, pemberian vitamin C dalam Vita Stress dapat mengurangi dampak stres pada ayam. Terapi suportif (Kumavit, Heprofit) dan imunostimulan (Imustim) dibutuhkan pada kondisi tersebut untuk melindungi hati dari kerusakan serta menjaga kekebalan tubuh ayam sehingga ayam senantiasa sehat dan produktivitas optimal.

7. Perbaikan kualitas dan kuantitas pakan (pakan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah dan kandungan nutrisi) sesuai kebutuhan ternak untuk mendapatkan performa ayam yang baik. Jika memungkinkan, lakukan uji kualitas pakan di laboratorium (MediLab) untuk memastikan nutrisi pakan sudah memenuhi kebutuhan ayam.

8. Tempat penyimpanan ransum perlu dijaga kondisi suhu dan kelembapannya, serta terhindar dari hama seperti tikus dan serangga lainnya. Penggantian ransum juga dilakukan bertahap untuk meminimalkan stres pada ayam. Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum dan melakukan pembolak-balikan ransum secara periodik untuk meningkatkan nafsu makan.

9. Tambahkan mold inhibitor Fungitox untuk menghambat pertumbuhan jamur. Dan yang tak kalah penting saat kondisi lembap, terutama saat musim hujan, sebaiknya gunakan toxin binder Freetox untuk mengikat mikotoksin dalam pakan. Selain itu, berikan pula suplementasi premix seperti Mix Plus untuk mengoptimalkan produktivitas.

10. Pencatatan (recording) di peternakan penting dilakukan untuk dapat monitoring status kesehatan ternak unggas.

11. Peternak bisa mulai mencoba memasukkan produk alternatif selain antibiotik dalam program kesehatan rutin sehingga pencegahan penyakit maupun pengobatan lebih optimal. Produk yang bisa diberikan beberapa diantaranya Ammotrol, Kumavit, Imustim, Gingertol, Eggstima, Fithera, Respitoran, Heprofit, Grow Chicks, dan Fasbro. Selain itu terdapat produk lainnya seperti Asortin yang terbuat dari asam organik untuk membantu meningkatkan performa dan menjaga kesehatan pencernaan ayam. Dan juga Entrozim yang mengandung lysozyme sebagai growth promoter untuk memperbaiki kondisi saluran cerna dan meningkatkan performa unggas.

Kegagalan menyimpan banyak pelajaran berharga. Dari evaluasi penyakit unggas ini diharapkan kita dapat belajar memaksimalkan segala upaya kita dalam mencapai target-target pemeliharaan yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.

Proyeksi Penyakit Unggas 2024
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin