Penyakit Infectious Coryza atau yang dikenal peternak dengan Snot, merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Avibacterium paragallinarum. Penyakit ini sudah tidak asing lagi di kalangan peternak karena kasus coryza sering muncul dan berulang. Hal ini selaras dengan ranking penyakit nasional 2021- triwulan 1 2024 yang dianalisa oleh tim Techincal Education and Consultation Medion, menunjukkan kejadian coryza pada broiler menempati peringkat ke lima dan pada layer menempati peringkat kedua (Grafik 1 dan Grafik 2).

Sering munculnya kasus coryza menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya yaitu:

  • Angka kesakitan/morbiditas pada kasus coryza dapat mencapai 20-50%
  • Angka kematian/mortalitas hingga 5-20%
  • Pada ayam broiler akan menghambat pertumbuhan sehingga sulit mencapai bobot badan standar
  • FCR meningkat dan biaya pakan membengkak
  • Pada ayam layer terjadi penurunan produksi telur hingga 10-40%
  • Peningkatan jumlah ayam afkir
  • Peningkatan biaya kesehatan/ pengobatan.

Perkembangan Kasus di Lapangan

Berdasarkan Grafik 2, dapat diamati bahwa pada tahun 2023 terjadi peningkatan kasus coryza pada layer dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca yang ekstrem di tahun 2023. Bila ditilik lagi, saat ini masih banyak dijumpai sistem pemeliharaan open house sehingga perubahan cuaca yang ekstrem sangat berpengaruh terhadap imunitas ayam.

Berdasarkan Grafik 3, dapat diamati bahwa kasus coryza di layer lebih tinggi dibandingkan broiler. Selain itu, bila dilihat dari pergerakan kasus setiap bulannya, kasus coryza di broiler cukup stabil dari awal hingga akhir tahun. Sedangkan kasus coryza pada layer, pada bulan Mei hingga Desember memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Hal ini dapat pula dipengaruhi cuaca ekstrem baik panas ekstrem akibat adanya El Nino, maupun peralihan ke musim penghujan di akhir tahun.

Avibacterium paragalinarum, bakteri penyebab coryza yang memiliki predileksi utama di sinus infraorbitalis, terbagi menjadi beberapa serovar. Berdasarkan metode page, dibagi menjadi A, B, dan C. Sedangkan berdasarkan metode kume terbagi menjadi lebih detail yaitu A1, A2, A3, A4, B1, C1, C2, C3 dan C4. Antar serovar A, B, C tidak memiliki proteksi silang.Pada serovar A, memiliki proteksi silang yang baik antara A1, A2, A3, A4. Proteksi silang serovar B1 adalah parsial. Sedangkan, antar serovar C memiliki proteksi silang parsial antara C1, C2, C3, C4 dan proteksi paling baik bila homolog. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Medion, saat ini yang paling sering ditemukan adalah serovar A1 dan C4, dengan dominasi C4. Sehingga persebarannya dapat dilihat pada peta berikut (Gambar 1). Kasus coryza di lapangan didominasi oleh infeksi tunggal, tetapi ditemukan juga beberapa kasus kombinasi dengan penyakit lain (co-infeksi). Penyakit lain yang seringmenyebabkan co-infeksi dengan coryza diantaranya adalah Collibacillosis, CRD, CRD Kompleks, Kolera, Cacingan, dll. seperti yang tertera pada Grafik 4.

Perkembangan Kasus di Lapangan

Infeksi coryza seringkali terjadi secara berulang. Beberapa faktor predisposisi yang dapat memicu dan memperparah penyakit coryza antara lain:

  • Tata kelola udara di kandang. Kualitas udara yang kurang baik, kurangnya ventilasi dan sirkulasi udara yang buruk mengakibatkan amonia di kandang meningkat serta kurangnya asupan oksigen yang menurun. Avibacterium paragalinarum merupakan bakteri fakultatif anaerob, artinya bakteri ini dapat hidup pada kondisi yang minim oksigen. Apalagi bila ditambah adanya amonia yang tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan iritasi dan rupturnya pada cilia mukosa saluran pernapasan yang merupakan pertahanan tubuh mekanis (menghasilkan lendir dan menghalau agen infeksi). Sehingga bakteri coryza lebih mudah menginfeksi.
  • Kondisi cuaca yang tidak menentu. Kondisi ini menyebabkan ayam menjadi stres sehingga kondisi dan daya tahan tubuh ayam menjadi menurun. Pada saat kondisi tubuh ayam menurun, penyakit akan lebih mudah masuk dan menyerang tubuh ayam termasuk coryza apalagi bakteri coryza bersifat carrier (pembawa).
  • Sistem pemeliharaan multi age. Sistem ini paling sering diterapkan pada layer. Bakteri coryza dapat ditularkan dari ayam tua yg pernah terinfeksi coryza ke ayam muda yang baru masuk karena bersifat carrier.
  • Pengobatan yang tidak tuntas ataupun sudah terjadi resistensi antibiotik tertentu.

Gejala Klinis dan Patologi Anatomi Coryza

Ayam yang terkena coryza mula-mula menunjukkan adanya leleran berwarna kuning encer yang lambat laun berubah menjadi eksudat atau lendir kental dengan bau khas (amis). Adanya eksudat ini menyebabkan ayam bersin-bersin, sulit bernapas dan ngorok. Pada kasus kronis, ditemukan kebengkakan muka terutama pada daerah sinus infraorbitalis di bawah mata, jika disayat akan ditemukan masa menyerupai keju di dalamnya, mata berair, dan kelopak mata mengalami konjungtivitis. Feed intake menurun, pertumbuhan terhambat, dan terjadi penurunan produksi telur berkisar antara 10-40% pada ayam layer.

Saat dibedah ditemukan peradangan dan akumulasi lendir berbau amis pada sinus hidung, laring dan trakea. Jika penyakit colibacillosis ikut menyerang bersama coryza muka membengkak berisi perkejuan padat berwarna kekuningan.

Pencegahan Coryza

Pencegahan coryza perlu dilakukan dengan melakukan vaksinasi yang tepat, aplikasi manajemen pemeliharaan yang optimal, dan penerapan biosecurity yang ketat.

1. Vaksinasi

Penyakit coryza merupakan salah satu penyakit yang sulit disembuhkan. Sehingga bisa dilakukan tindakan alternatif untuk pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan untuk membentuk kekebalan di dalam tubuh ayam, sehingga frekuensi munculnya kasus coryza dapat ditekan. Vaksinasi tidak menjamin ayam terlindungi 100% dari tantangan penyakit. Akan tetapi bila ayam sudah divaksin dan masih terinfeksi coryza, tingkat keparahan dapat ditekan dan lebih cepat disembuhkan.

Saat ini Medion memiliki produk vaksin Medivac Coryza Q dan Medivac Coryza Q Suspension yang telah berisi isolat lokal C4. Mengingat tingkat protektivitas serovar C4 hanya parsial dan akan baik ketika homolog, maka vaksin Medivac Coryza Q dan Medivac Coryza Q Suspension ini menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan penyakit coryza di Indonesia yang didominasi oleh tantangan serovar C4 karena sudah homolog dengan bakteri lapang. Pada ayam broiler, untuk daerah yg rawan coryza program vaksinasi dapat diberikan minimal 1x. Sedangkan pada layer, program vaksinasi dapat dijadwalkan minimal 2x sebelum umur produksi. Berikut contoh rekomendasi program vaksinasi (Tabel 1), yang dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan masing-masing.

2. Penerapan manajemen yang optimal

Manajemen merupakan faktor terbesar yang menentukan performa ayam. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi tata laksana manajemen pemeliharaan yang diaplikasikan yaitu:

  • Kosong kandang minimal 14 hari setelah kandang dalam keadaan bersih untuk memutus rantai penyakit sebelumnya. Pembersihan kandang dilakukan menyeluruh mulai dari sela-sela kandang, bagian bawah dari kandang panggung juga tidak boleh terlewatkan. Mencuci kandang dengan detergen dan disikat, kemudian disemprot air bertekanan tinggi.
  • Seleksi DOC saat chick in sehingga diharapkan ayam mempunyai kemampuan hidup lebih tinggi dan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan sehat
  • Manajemen masa brooding dan litter harus baik. Tempat makan dan minum cukup dan litter harus selalu kering dan bebas debu. Tambahkan litter kering apabila sudah lembap dan basah. Hal tersebut mencegah risiko terjadinya iritasi saluran pernapasan bagian atas karena tingginya kelembapan dan kadar amonia. Udara bersih di dalam kandang perlu diperhatikan dengan mengatur buka tutup tirai dengan baik serta mengatur kepadatan kandang.
  • Pada pemeliharaan banyak umur pada satu lokasi (one age one site), yang diperhatikan adalah jalur lalu lintas kandang dari ayam muda ke ayam tua. Tempatkan DOC/pullet pada kandang yang berjauhan dengan kandang layer produksi, dan minimalisir kondisi stres pada ayam terutama saat proses pindah kandang.
  • Kontrol sirkulasi udara yang baik di dalam kandang dengan cara pengaturan buka tutup tirai, penambahan kipas pada kandang open house, kontrol kecepatan angin, suhu dan kelembapan di kandang closed house serta kontrol kondisi amonia di kandang untuk mengurangi iritasi terutama pada saluran pernapasan ayam dengan menjaga feses tetap kering/dilakukan pembersihan feses secara teratur. Produk Medion Ammotrol dapat digunakan untuk menekan tingginya amonia di kandang.

3. Memperketat Biosecurity

Penerapan biosecurity secara menyeluruh mulai dari isolasi, pengaturan lalu lintas, dan sanitasi perlu diperhatikan diantaranya:

  • Penerapan 3 zona (bersih, transisi, kotor) supaya bibit penyakit yang masuk ke dalam lingkungan kandang dapat minimalkan sehingga tantangan penyakit menjadi lebih sedikit.
  • Penyemprotan kandang, pencucian, dan sanitasi tempat pakan dan tempat minum tiap 3-4 hari sekali serta celup kaki pada bak desinfektan sebelum masuk ke kandang menggunakan Medisep atau Zaldes.
  • Desinfeksi air minum dengan Desinsep untuk mencegah penularan bakteri lewat air minum.
  • Desinfeksi kendaraan menggunakan Sporades atau Medisep untuk mencegah kontak bibit penyakit masuk ke kandang.

Penanganan Coryza

Apabila coryza menyerang peternakan, berikut hal-hal yang perlu dilakukan:

  • Seleksi dan isolasi ayam sakit

Ayam yang menunjukkan gejala perlu dilakukan seleksi pada ayam yang sakit agar tidak menyebarkan ke ayam lain yang masih sehat, bila kondisi sudah tidak layak sebaiknya dilakukan afkir. Kemudian isolasi ayam yang telah dipisahkan tersebut di kandang isolasi untuk diberikan penanganan.

  • Metode pengobatan yang tepat

Pada kondisi ayam yang masih menunjukkan gejala ringan, aplikasi pemberian obat masih bisa lewat air minum. Pemilihan antibiotik ini adalah yang memiliki daya serap baik di saluran pencernaan. Hal ini bertujuan supaya obat dapat terdistribusi sampai target organ yaitu sinus infraorbitalis. Organ target sinus infraorbitalis memiliki struktur yang miskin pembuluh darah.

Pilihan obatnya bisa menggunakan Neo Meditril, Tinolin, atau Amoxitin. Pada kondisi serangan berat dimana muka terlihat bengkak, aplikasi pemberian obat dilakukan secara injeksi. Hal ini karena pada kondisi muka bengkak, konsumsi air minum akan menurun. Contoh produk antibiotik yang dapat digunakan adalah Tinolin Injection, Gentamin, Vet Strep atau Medoxy-LA. Dalam pemberian obat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal seperti dosis, waktu pemberian dan durasi atau lama pemberian agar pengobatan efektif dan tuntas. Hal ini perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko ayam bersifat carrier.

Untuk kasus kombinasi, dapat ditangani berdasarkan kombinasi kasus yang menginfeksi. Bila coryza berkombinasi dengan penyakit bakterial seperti Collibacillosis, CRD, CRD Kompleks, Kolera ataupun NE, maka dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti Neo Meditril ataupun Tinolin. Bila coryza berkombinasi dengan penyakit parasit seperti koksidiosis, dapat diberikan obat yang mengandung antibakteri dan antiprotozoa seperti, Therapy atau herbal seperti Fithera. Bila coryza berkombinasi dengan penyakit cacingan, maka dapat diberikan pengobatan antibiotik terhadap coryza terlebih dahulu, setelah selesai dapat diberikan Levamid untuk membasmi cacingnya. Bila coryza berkombinasi dengan penyakit viral, maka diberikan antibiotik dan vitamin/ imunomodulator seperti Vita Stress, Fortevit, dan Imustim untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Dalam pemilihan antibiotik perlu memperhatikan resistensi antibiotik (kondisi meningkatnya ketahanan bakteri terhadap daya kerja antibiotik tertentu). Akibatnya, bakteri menjadi tidak sensitif atau kebal terhadap satu jenis antibiotik. Resistensi antibiotik terutama terjadi akibat pemberian dosis yang tidak sesuai, pemilihan antibiotik yang tidak tepat, dan pengobatan yang tidak tuntas. Oleh karena itu perlu dilakukan rolling antibiotik Penggunaannya yaitu memberikan antibiotik dari golongan berbeda setiap interval 3-4 kali periode pengobatan.

  • Pemberian suplementasi dan terapi supportif

Pada kondisi sakit, nafsu makan dan kondisi tubuh ayam akan menurun. Oleh karena itu pemberian multivitamin diharapkan dapat mengembalikan stamina tubuh ayam serta merangsang nafsu makan ayam. Contoh produk yang digunakan yaitu Injekvit B-Plex atau Fortevit. Selain itu dapat diberikan immunostimulan untuk meningkatkan imunitas tubuh ayam menggunakan Imustim. Selain itu bisa menggunakan suportif seperti Respitoran untuk meringankan gejala pernapasan.

  • Evaluasi manajemen pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan menjadi faktor predisposisi terjadinya kasus coryza. Oleh karena itu saat terjadi kasus, sebaiknya lakukan evaluasi terhadap manajemen pemeliharaan. Pengobatan tidak akan tuntas, bisa faktor predisposisi tidak diperbaiki.

  • Pertimbangkan diagnosa banding bila pengobatan dengan antibiotik tidak kunjung sembuh.

Diagnosa banding coryza yang saat ini paling sering bermunculan adalah kasus SHS. SHS disebabkan oleh Avian Metapneumovirus (aMPV). Penyakit ini memiliki gejala yang mirip dengan coryza yaitu adanya pembengkakan pada bagian kepala. Bedanya dengan coryza, SHS tidak menyebabkan timbulnya bau amis. Saat dilakukan pembedahan ditemukan adanya akumulasi cairan subkutan tempurung kepala dan mandibula. Oleh karena itu, dapat dilakukan peneguhan diagnosa lebih lanjut ke arah SHS (uji serologi ELISA/PCR) bila menemukan arahan tersebut.

Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan kewaspadaaan kita terhadap serangan coryza. Selamat bertugas dan sukses selalu. Salam.

Kendalikan Coryza dengan Vaksinasi
Tagged on:             
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin