Pakan memegang peranan penting dalam budidaya ternak unggas karena menempati posisi terbesar dari total biaya produksi yaitu sekitar 70-85%. Pakan juga menyediakan nutrien yang diperlukan unggas untuk melangsungkan hidup (maintenance) dan berproduksi. Manajemen pemberian pakan yang baik sangat diperlukan agar pemberian pakan menghasikan produktivitas ternak yang optimal sekaligus memberikan keuntungan yang tinggi. Selain itu, homogenitas pakan juga memiliki peran yang tidak kalah penting.

Homogenitas Pakan

Homogenitas merupakan parameter untuk melihat efektivitas merata atau tidaknya pencampuran bahan pakan. Uji homogenitas merupakan salah satu uji yang penting dalam melakukan formulasi pakan, tujuannya untuk mengetahui apakah bahan-bahan dalam formulasi tersebut tercampur merata atau tidak (Afianti dan Mimiek, 2015).

Homogenitas pakan sangat memengaruhi produktivitas ayam, seperti puncak produksi telur maupun keseragaman berat badan panen. Maka dari itu, uji homogenitas pakan perlu dilakukan untuk menjamin masing-masing ayam menerima nutrisi yang sama sesuai yang dibutuhkan.

Terdapat beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan guna menghasilkan campuran pakan yang homogen, yaitu :

  • Ukuran partikel bahan baku

Ukuran partikel yang berbeda-beda mengurangi kemungkinan tercampurnya bahan baku secara merata dan menyebabkan campuran pakan terpisah kembali setelah sebelumnya tercampur. Mixer mempunyai ambang batas dimana bahan dengan ukuran yang besar tidak dapat tercampur dengan baik dalam pakan. Solusinya adalah memperkecil ukuran bahan baku pakan supaya partikelnya dapat tersebar secara acak dan merata.

  • Urutan memasukkan bahan baku

Urutan memasukkan bahan menentukan penyebaran bahan baku selama pencampuran. Bahan baku pakan yang memiliki partikel sangat kecil dan jumlahnya sedikit misalnya premiks dilakukan pencampuran pendahuluan secara terpisah (pre-mixing) supaya merata (Putri dkk., 2017). Setelah itu, bahan baku pakan dengan jumlah terbesar dimasukkan terlebih dahulu ke dalam mixer, dilanjutkan dengan bahan lainnya berurutan (dari jumlah yang paling besar ke kecil). Terakhir, baru bahan baku pre-mixing yang sudah dicampurkan sebelumnya.

Cara pencampuran menurut Kartadisastra (2008) adalah :

  • Kapasitas pengisian mixer

Kapasitas pengisian bahan baku ke dalam mixer memengaruhi hasil pencampuran. Pengisian yang terlalu penuh dapat menghambat proses pencampuran pada bagian atas mixer (Suparjo, 2010). Pencampuran akan berjalan efisien jika mixer diisi 60-90% dari kapasitasnya.

  • Durasi pencampuran

Sesuaikan durasi pencampuran pakan. Durasi ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya level bahan cair di dalam campuran, sebab campuran akan menjadi lebih kental dan memperlambat aliran pakan di dalam mixer. Hal tersebut berisiko menimbulkan lapisan-lapisan pada bagian sisi dan screw mixer, sehingga efisiensi pencampuran menurun dan berisiko mengontaminasi batch selanjutnya. Sebaliknya, durasi mixing yang terlalu lama dapat memungkinkan terjadinya segresi (pemisahan partikel). Mixer horizontal (bentuk memanjang) biasanya memerlukan waktu mixing yang lebih singkat (berkisar 3-4 menit) dibandingkan mixer vertikal. Sedangkan mixer tipe vertikal memerlukan proses waktu mixing yang lebih lama, yaitu 10-15 menit. Pekerja harus memiliki sikap disiplin saat melakukan pencampuran pakan. Misalnya waktu yang dibutuhkan untuk mixing adalah 15 menit, maka pekerja harus mengikuti waktu tersebut.

Pengecekan Homogenitas

Pakan hasil pencampuran yang homogen akan bersifat representatif, artinya dapat menggambarkan kualitas hasil mixing secara keseluruhan. Guna menyelidiki apakah pakan yang kita mixing sudah homogen atau belum, bisa dilakukan uji kadar garam (NaCl) sebagai indikatornya. Menurut Suparjo (2010), pencampuran yang baik akan menghasilkan nilai coefficient of variation (CV) kadar garam di bawah 10%.

Sebelum dilakukan pengujian kadar garam, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel yang representatif pada mixer vertikal sangat sulit dilakukan secara langsung, sehingga dianjurkan sampel diambil dari tempat pengeluaran pakan pada beberapa interval waktu selama mixer berhenti. Sementara itu, sampel dapat diambil dari bagian atas mixer horizontal. Probe digunakan untuk mengambil sampel yang representatif dari bahan biji-bijian atau pakan. Pilih probe yang sesuai dengan bentuk partikel bahan baku pakan.

Tangendjaja (2018) mencontohkan sebanyak 10 sampel pakan diambil secara acak dari 10 lokasi yang berbeda pada interval waktu masing-masing 2, 4, 6, 8 dan 10 menit dalam satu kali pengadukan di mixer vertikal. Sampel dikirim ke laboratorium untuk dianalisis kadar garamnya. Untuk setiap waktunya, rataan kadar garam dan standar deviasinya digunakan untuk menghitung koefisien variasi yang dinyatakan dalam persen. Sebagai contoh, jika rataan kandungan garam (NaCl) dalam pakan sebesar 0,300% dengan standar deviasi 0,027%, maka koefisien variasi atau homogenitas adalah 0,027/0,300 dikalikan 100%, sehingga nilainya adalah 9%.

Koefisien variasi yang tinggi menunjukkan proses pencampuran berjalan tidak sempurna. Pencampuran yang tidak sempurna dapat diperbaiki dengan melakukan penyesuaian mixer, mengganti komponen yang digunakan atau mengubah prosedur pemasukkan bahan baku (Suparjo, 2010). Tabel 1. menunjukkan koefisien variasi (CV) dan tindakan koreksi dalam proses pencampuran pakan.

Precision Feeding

Precision feeding artinya memberikan pakan kepada setiap ternak sesuai kebutuhan individual. Tidak hanya berdasarkan rata-rata, tetapi setiap hari dan terus menerus. Memberi pakan lebih rendah dari kebutuhan individu dapat menurunkan performa ternak.

Keseragaman ayam memegang peranan penting dalam konsep precision feeding. Contohnya flok broiler dengan bobot badan seragam, maka akan tumbuh dengan seragam dan mencapai berat panen di umur yang sama. Hal ini akan memudahkan dalam pemotongan dan pemrosesan di RPA dengan mesin otomatis. Disamping itu, keseragamanpun merupakan faktor utama penentu waktu pertama bertelur pada layer dan breeder. Lalu apa hubungannya keseragaman dengan precision feeding?

Semakin seragam ayam, semakin seragam pula kebutuhan nutriennya. Secara praktis, lebih mudah memenuhi kebutuhan nutrien individual jika mereka seragam.

Jika precision feeding dilakukan dengan baik, maka dapat meningkatkan keseragaman flok. Oleh karena itu, precision feeding dan keseragaman saling terkoneksi sebagai sebab-akibat.

Tantangan utama dalam precision feeding adalah suplementasi nutrien esensial dalam jumlah sedikit, seperti mineral, vitamin dan asam amino. Karena level pemberiannya sedikit, maka homogenitasnya di dalam pakan menjadi tantangan.

Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan dalam penerapan precision feeding prinsip pencampuran pakan yang homogenitas menjadi kunci.

Demikian artikel edisi kali ini, membahas tentang pentingnya homogenitas sebagai kunci pemberian pakan yang tepat. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita. Sukses selalu.

Pentingnya Homogenitas Pakan
Tagged on:
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin