Mengenal Black Vomit pada Unggas

Daftar isi

Produktivitas ternak unggas yang tidak optimal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti nutrisi (pakan), manajemen pemeliharan dan kesehatan (penyakit). Di lapangan kasus yang ditemukan bervariatif yang dapat berdampak negatif pada produktivitas ayam sehingga menimbulkan kerugian bagi peternak. Di beberapa daerah pernah ditemukan adanya kasus black vomit (muntah hitam) pada ayam petelur. Artikel kali ini akan mengulas secara lengkap terkait pengertian black vomit (muntah hitam), faktor penyebab dan bagaimana pencegahan serta solusi penanganan yang bisa diterapkan.

A. Pengertian Black Vomit

Black vomit atau muntah hitam adalah suatu kondisi dimana terdapat cairan hitam pada crop (tembolok) akibat dari keracunan zat yang terkandung dalam bahan baku atau pakan. Black vomit dapat disebut juga keracunan histidin.

FFB1
Kasus yang terjadi di lapangan – tembolok berisi cairan darah hitam

Terjadinya kasus black vomit ditandai juga adanya gizzard erosion (ampela terkikis). Hal ini disebabkan karena adanya racun yang masuk ke dalam saluran pencernaan ayam.

B. Faktor Penyebab Black Vomit

1. Kualitas tepung ikan yang jelek

FFB2
Tepung ikan

Tepung ikan merupakan bahan baku sumber protein yang digunakan dalam pakan unggas. Kualitas tepung ikan yang jelek dapat dipengaruhi oleh sumber bahan baku (jenis ikan, bagian tubuh ikan), proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Terdapat dua jenis tepung ikan di lapangan yaitu tepung ikan impor dan lokal. Tepung ikan lokal umumnya berasal dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan. Pada Tabel 1. menunjukkan kandungan nutrisi tepung ikan dari beberapa sumber yang berbeda.

FFB3 e1751352922384

Kualitas tepung ikan yang jelek juga dapat disebabkan dari proses pengolahan yang tidak tepat, sehingga membentuk toksin berbahaya bagi ternak. Proses pengolahan yang tidak tepat contohnya saat pengeringan tepung ikan dengan pemanasan suhu >130°C menyebabkan terbentuknya toksin yaitu gizzerosine. Adanya kandungan gizzerosine dapat menyebabkan terjadinya gizzard erosion (ampela terkikis) dan black vomit (muntah hitam).

2. Penanganan dan penyimpanan yang tidak tepat

Teknik penanganan terutama suhu dan waktu penyimpanan sangat mempengaruhi kualitas produk asal ikan termasuk tepung ikan untuk bahan pakan ternak. Penanganan dan penyimpanan yang tidak tepat mengakibatkan pembentukan amina biogenik pada tepung ikan. Amina biogenik merupakan komponen basa nitrogen yang terbentuk oleh pemecahan asam amino.

Asam amino prekursor terbentuknya biogenik amin pada tepung ikan yaitu histidin, yang dapat membentuk amina biogenik berupa histamin melalui proses dekarboksilasi asam amino oleh bakteri (Pertiwi et al. 2020). Bakteri-bakteri yang mampu mendekarboksilasi asam amino antara lain Enterobacter, Clostridium, Lactobacillus, Pseudomonas, (Mahamudin et al. 2016).

Histamin akan merangsang sel reseptor yang berada di proventriculus, yaitu meningkatkan sekresi asam hydrochloric (HCl). Hal tersebut menyebabkan sekresi cairan lambung yang berlebih. Sekresi cairan lambung yang berlebih ini mengakibatkan terjadinya gizzard erosion dan black vomit.

FFB4
Gizzard erosion (ampela terkikis)

C. Pencegahan dan Penanganan

1. Disiplin kontrol kualitas tepung ikan

Kontrol kualitas tepung ikan yang dapat diterapkan antara lain uji fisik (organoleptik), uji mikroskopis ataupun uji kimiawi (analisis proksimat). Kualitas tepung ikan yang baik secara uji organoleptik yaitu berwarna coklat muda sampai tua namun tidak terlalu gelap (hitam), bau amis (tidak tengik), rasa tidak asin, dan tidak banyak ditemukan kontaminasi seperti tulang, sisik, mata ikan, dll.

Uji mikrokopis juga bisa dilakukan untuk mengetahui lebih detail terkait kontaminasi atau pemalsuan yang terkandung dalam tepung ikan. Namun, uji ini jarang dilakukan di lapangan karena harus menggunakan alat bantu berupa mikroskop.

FFB5 e1751353144475
Uji mikroskopis tepung ikan

Selain itu, untuk mengetahui kandungan nutrisi tepung ikan yang sesuai standar dapat dilakukan uji kimiawi seperti analisis proksimat (kadar air, protein kasar, lemak kasar, abu), kalsium, fosfor dan energi metabolisme. Uji kandungan nutrisi tersebut dapat dilakukan di Laboratorium Medion. Hal ini dilakukan terutama saat memilih dan menentukan supplier bahan baku tepung ikan.

Menurut SNI 2013, ada 3 mutu tepung ikan yang digunakan sebagai standar. Tabel 2. menunjukkan standar kandungan nutrisi tepung ikan berdasarkan mutunya. Selain itu, untuk mengetahui lebih detail adanya kandungan gizzerosine pada tepung ikan atau campuran pakan dapat melalui High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Kandungan gizzerosine sebesar 0,15 mg gizzerosine/kg pakan pada unggas dapat menyebabkan terjadinya gizzard erosion (The Magazine of Feed Industry, 2019).

FFB6 e1751353224260

2. Manajemen penanganan dan penyimpanan

Kondisi penyimpanan yang tidak tepat terutama terkait suhu dan kelembapan menimbulkan terjadinya reaksi dekarboksilasi asam amino dan diikuti adanya pertumbuhan bakteri-bakteri sehingga bereaksi menjadi toksin. Kondisi ini sangat ideal pada bahan baku yang berasal dari ikan seperti tepung ikan.

Manajemen penanganan dan penyimpanan bahan baku tepung ikan atau campuran pakan harus diterapkan dengan baik antara lain :

  • Menggunakan pallet (kayu atau plastik) untuk meminimalisir kelembapan
  • Terapkan manajemen First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)
  • Durasi atau masa simpan tidak terlalu lama sebaiknya ± 21 hari
  • Perhatikan sirkulasi udara, suhu dan kelembapan gudang pakan

Adanya gizzerosine pada pakan yang juga terkontaminasi mikotoksin (racun jamur) memberikan efek yang lebih parah terhadap gizzard erosion. Penanganan yang dapat dilakukan dengan menambahkan toxin binder seperti Freetox atau Freetox-G untuk mengikat mikotoksin dalam tubuh ternak. Selain itu, penambahan vitamin HC untuk mempercepat perbaikan sel yang rusak.

FFB7
Freetox & Freetox-G, toxin binder untuk mengikat mikotoksin dalam tubuh ternak

3. Bijak dalam penggunaan tepung ikan

Keutamaan penggunaan tepung ikan dalam formulasi pakan yaitu mengandung asam amino yang tinggi terutama lisin dan metionin (asam amino pembatas pada unggas). Kedua asam amino tersebut penting untuk produktivitas unggas. Namun, tren di lapangan banyak ditemukan kualitas tepung ikan yang jelek (tidak sesuai standar). Hal ini yang menjadikan penggunaan tepung ikan perlu dibatasi.

Penggunaan tepung ikan dalam formulasi pakan sebaiknya disesuaikan berdasarkan hasil dari kontrol kualitas yang telah dilakukan. Batasan penggunaan tepung ikan pada pakan unggas ditunjukan pada Tabel 3 berikut.

FFB8 e1751353414381

Jika tepung ikan yang akan digunakan kualitasnya jelek maka perlu dibatasi cukup 1-2% dalam formulasi pakan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir efek negatif yang ditimbulkan dalam tepung ikan tersebut.

Saat ini belum ada pengobatan khusus untuk menangani black vomit kecuali dengan bijak mempertimbangkan penggunaan tepung ikan yang beracun (kualitas jelek). Tepung ikan yang beracun dapat dideteksi dari kualitasnya dengan disipilin melakukan kontrol kualitas. Bila perlu juga mengganti supplier tepung ikan yang baru. Demikian sekilas info tentang black vomit pada unggas. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita. Salam.

Bagikan Artikel:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.