Bapak Nur Sidiq – By email
Mohon penjelasannya apakah bekatul dan pollard memiliki kandungan nutrisi yang sama? Apakah pollard dapat menggantikan 100% penggunaan bekatul dan bagaimana pengaruhnya terhadap produktivitas ayam petelur? Terima kasih.
Jawab:
Terima kasih Bapak Nur Sidiq atas pertanyaan yang disampaikan. Bekatul dan pollard keduanya merupakan bahan pakan yang tergolong ke dalam sumber energi. Meski demikian, keduanya berasal dari proses pengolahan sumber biji-bijian yang berbeda. Bekatul merupakan hasil samping (by product) proses penggilingan padi. Sebutir padi atau gabah tersusun atas sekam (hull), kulit padi (bran), endosperm (calon beras) dan benih (germ atau embryo). Untuk memisahkan bagian-bagian biji padi tersebut diperlukan proses penggilingan. Dari proses penggilingan biji padi (gabah) akan dihasilkan 20% sekam, 6-11% dedak, 2-4% bekatul dan sekitar 60% endosperm atau beras (Rachmat et al., 2004). Bekatul banyak digunakan dalam formulasi pakan sebagai sumber energi kedua setelah jagung.
Sedangkan pollard merupakan hasil samping (by-product) dari penggilingan gandum menjadi tepung terigu dan biasa digunakan sebagai bahan baku alternatif sumber energi. Dalam sebutir gandum mengandung hampir 86% endosperma, 13% kulit gandum (bran), dan 2% benih (germ), dimana komposisi pollard hampir mencapai 10% dari total gandum yang digiling menjadi tepung (Feed Reference, 2003). Berdasarkan proses penggilingannya, hasil samping gandum dibedakan menjadi dua yaitu bran pollard dan wheat pollard. Secara komposisi, bran pollard dan wheat pollard merupakan kombinasi dari kulit ari gandum dengan sebagian endosperma atau biji (Hassan et al., 2008). Meskipun demikian, keduanya tidak sama. Bran pollard dihasilkan dari proses penyosohan pertama sehingga masih banyak terdapat kulit luar, sedangkan wheat pollard diperoleh dari proses penyosohan kedua yang sebagian besar terdiri dari kulit bagian dalam biji (inner cuticle dan lapisan aleuron). Secara karakteristik fisik (organoleptik) bran pollard dan wheat pollard berwarna coklat muda-kemerahan dengan aroma khas terigu.


Perbedaan tekstur pada (a) bran pollard lebih kasar karena banyak mengandung kulit luar gandum, sedangkan pada (b) wheat pollard memiliki tekstur lebih halus karena sebagian besar terdiri dari kulit bagian dalam biji
Kandungan Nutrisi
Berdasarkan standar kualitasnya, dedak, bekatul, bran pollard, dan wheat pollard memiliki profil nutrisi yang berbeda (Tabel 1). Jika dibandingkan dengan bekatul, pollard mengandung protein kasar lebih tinggi tetapi kandungan serat kasar yang lebih tinggi dengan energi lebih rendah.

Meskipun tinggi kandungan protein kasar, penggunaan pollard tidak bisa menggantikan 100% penggunaan bekatul dalam formulasi pakan. Hal ini karena terdapat beberapa aspek pembatas pada pollard, yaitu sebagai berikut:
1.Kandungan serat cukup tinggi
Berdasarkan standar kualitas, kandungan maksimal serat kasar pada pollard sebesar 8% namun yang ditemukan di lapang masih banyak kualitas pollard yang tidak sesuai dengan standar. Hasil uji pollard yang masuk di Laboratorium Medion tahun 2024 – 2025 menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu 10%-12,19%. Serat kasar yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kontaminasi kulit luar. Bagian kulit luar gandum sebagian besar tersusun oleh struktur serat seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Dimana komposisi tersebut tidak dapat dicerna oleh ayam. Fanelli et al. (2024) menyebutkan bahwa tingginya serat pada pollard berdampak pada tingkat kecernaan energi yang rendah.
2. Kandungan antinutrisi
Antinutrisi merupakan senyawa alami yang diproduksi oleh tanaman sebagai hasil metabolit sekunder yang berfungsi bagi tanaman. Namun, senyawa ini sulit dicerna dan dapat menghambat penyerapan nutrisi pada ternak. Salah satu zat antinutrisi yang banyak terkandung dalam pollard yaitu Non Starch Polysaccharide (NSP) dengan sebagian besar berupa arabinoxylan. Menurut Jaworski et al. (2015), kandungan NSP pada pollard mencapai 34,50%. NSP dapat meningkatkan viskositas usus melalui mekanisme pengikatan air dalam jumlah besar sehingga mempengaruhi laju alir digesta (Makwana et al., 2022). Lebih lanjut, ikatan ini menyebabkan penurunan akses enzim pencernaan terhadap substrat sehingga menurunkan penyerapan nutrisi (Morgan et al., 2022) seperti lemak, protein, dan karbohidrat (Silva dan Smithard, 2002).
Tips Bijak Penggunaan Pollard
Penggunaan pollard sebagai substitusi bekatul dalam formulasi pakan, perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1.Pelajari detail bahan baku yang akan digunakan
Penting untuk mempelajari kualitas pollard terlebih dahulu. Cara termudah adalah dengan uji secara organoleptik yang meliputi bau, tekstur, warna, dan pengamatan terhadap ada tidaknya kontaminasi. Apabila diperlukan, lakukan uji kimia di laboratorium untuk melihat kualitas secara kandungan nutrisi.
2. Formulasi harus seimbang
Dalam penyusunan formulasi harus diperhatikan keseimbangan penggunaan antar bahan baku yang tersusun dari bahan baku sumber energi, sumber protein, sumber mineral, dan penambahan premiks serta perhatikan batasan penggunaan masing-masing bahan baku. Contoh penggunaan pollard dalam formulasi pakan ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 2.
Contoh formulasi di bawah disusun berdasarkan database bahan baku kualitas standar. Formulasi di lapangan dapat berubah sesuai kualitas dan kandungan bahan baku yang tersedia. Perhatikan juga tingkat konsumsi, status ternak, dan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan perbedaan kebutuhan nutrisi. Kandungan nutrisi pakan ayam petelur tertampil pada Tabel 3.


3. Gunakan secara bertahap
Berdasarkan literatur, penggunaan pollard dapat diberikan sampai 15% dalam formulasi pakan ayam petelur. Saat penggunaan awal sebaiknya ditambahkan secara bertahap. Awal penggunaan bisa sekitar 1-2% terlebih dahulu. Kemudian setelah dievaluasi hasilnya, formulasi selanjutnya dapat dinaikkan sesuai kebutuhan.
4. Tambahkan enzim untuk meningkatkan kecernaan pakan
Guna mengoptimalkan kecernaan pollard, bila perlu tambahkan enzim NSP-ase seperti xilanase. Efek menguntungkan dari xilanase dalam pakan terutama dikaitkan dengan kemampuannya untuk menurunkan viskositas digesta usus dengan memecah arabinoxylan dalam saluran pencernaan ayam. Lebih jauh, penurunan viskositas digesta dalam saluran cerna broiler dilaporkan dapat meningkatkan fungsi usus dan mencegah fermentasi mikroba yang tidak diinginkan, sehingga berkontribusi pada perbaikan struktur morfologi usus, pemanfaatan energi dan penyerapan nutrisi pakan (Bedford dan Apajahti, 2021; Kim et al.,2025).
Prozyme sebagai multienzim yang mengandung kombinasi enzim fitase, xilanase, protease dan amilase. Selain itu, adanya kandungan zinc oxide dan mangan sulfate yang berfungsi sebagai kofaktor enzim untuk mempercepat proses degradasi pakan oleh enzim sehingga kecepatan reaksi enzim semakin meningkat.
