Klorinasi pada Air Minum Ayam

Daftar isi

Pertanyaan

Ibu Sheila – By email

Mohon penjelasannya bagaimana penerapan klorin yang benar di peternakan dan jumlah klorin yang dibutuhkan agar dapat bekerja efektif dalam sanitasi air minum? Terima kasih.

Jawaban:

Terima kasih Ibu Sheila atas pertanyaan yang disampaikan. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok ayam. Ketersediaan air bersih selama periode pemeliharaan menjadi kewajiban dan tentu akan sangat berdampak pada peningkatan kesehatan, kesejahteraan, dan performa ayam yang kita pelihara. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan desinfeksi air minum yaitu salah satunya dengan cara klorinasi (desinfeksi dengan menggunakan bahan kimia klorin). Klorinasi saat periode pemeliharaan ayam memiliki beberapa keunggulan :

  • Produk klorin mudah didapat dan ekonomis
  • Mudah dilakukan pengujian dan monitoring
  • Dapat dilakukan melalui beberapa pilihan apilikasi
  • Mendukung kesehatan ternak yang lebih baik

Meskipun metode klorinasi merupakan yang paling umum digunakan untuk sanitasi air minum, terdapat metode lain yang dapat digunakan seperti ozon, reverse osmosis, sinar UV, menggunakan bahan kimia asam tertentu, hidrogen peroksida, dan lain-lain. Pilihan-pilihan tersebut dapat digunakan terutama ketika terdapat regulasi pelarangan klorinasi untuk air minum ternak di suatu wilayah/negara.

Klorin (Cl2) merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk desinfeksi air minum pada peternakan unggas karena efektif dalam membunuh bakteri, parasit dan mikoorganisme lain. Klorin tersedia dalam beberapa bentuk :

  • Calcium hypochlorite (Ca(ClO)2)

Calcium hypochlorite atau dikenal juga dengan kaporit/pemutih/bleach. Kaporit di pasaran dapat dijumpai dalam bentuk bleaching powder, High Test Hypochlorite (HTH), dan tablet kaporit. Bleaching powder mengandung campuran calcium hydroxide, calcium chloride, dan calcium hypoclorite. Konsentrasi klorin tersebut sebesar 20-35%. HTH berbentuk serbuk, granul atau tablet dengan konsentrasi klorin 65-70%. Tablet kaporit dengan bahan tambahan untuk mencegah pembentukan bubuk, menghentikan penyerapan kelembapan, dan dalam beberapa kasus juga membantu pelarutan

  • Natrium hypochlorite (NaClO)

Natrium hypochlorite atau dikenal dengan caiaran pemutih rumah tangga dengan konsentrasi klorin 10-12% dari natrium dichloroisocyanurate (NaDCC) yang berbentuk serbuk atau granul dengan konsentrasi klorin 56 – 60%.

  • Trichloroisocyanuric acid (TCCA)

TCCA berbentuk granul atau tablet berwarna putih dengan konsentrasi klorin sebesar 90%. TCCA biasa digunakan sebagai desinfektan, alfasida, dan bakterisida. TCCA umum digunakan pada kolam renang, industri tekstil, desinfeksi air minum di peternakan dan perikanan. TCCA memiliki kelarutan yang lebih lambat dibandingkan degan NaDCC.

KT1 1 e1753931928363

Klorin TCCA dalam bentuk tablet telah diformulasikan khusus sehingga memiliki efek larut yang lebih lambat. Klorin dalam bentuk ini sering digunakan dalam klorinator pot terapung di tangki/torn air, atau di beberapa klorinator pada pipa atau saluran air. Klorin memiliki sifat mudah bereaksi dengan senyawa lain salah satunya adalah Hidrogen (H). Ketika klorin ditambahkan dalam air (H2O) akan membentuk ion hypoclorite (OCl-) dan underchloride acid (HOCl). Perlu diketahui, HOCl lebih efisien dan cepat dalam membunuh mikroorganisme dibanding OCl- . Untuk menjaga klorin pada konsentrasi HOCl maka perlu untuk mempertahankan pH air sekitar <8 (optimum pH 6,5 – 8). Klorin juga dapat bersifat racun apabila berikatan dengan senyawa lain karena sifatnya sebagai oksidator kuat. Oleh karena itu, air yang mengandung klorin harus didiamkan minimal 8 jam agar klorin terurai dan aman untuk melarutkan obat maupun vitamin. Khusus ketika akan melakukan vaksinasi via air minum, jangan berikan air yang mengandung klorin atau antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi karena virus vaksin akan rusak dan mati apabila kontak dengan klorin.

KT2 1
Klorin Tablet mengandung TCCA 90%

Klorinasi dapat dilakukan dengan tiga skema yaitu pre-klorinasi, klorinasi primer dan klorinasi sekunder :

1. Pre-klorinasi

Preklorinasi dilakukan sebelum memasuki Water Treatment Plant (WTP) biasanya dikarenakan alasan lain selain desinfeksi misalnya digunakan untuk membantu mengurangi mineral seperti besi (Fe) dan mangan (Mn) atau bahan lain yang dapat mengakibatkan perubahan rasa dan bau (WHO, 2017).

2. Klorinasi Primer

Klorinasi primer dilakukan pada WTP. Apabila menggunakan automatic dosing pump (Dosatron), pengunaan klorin tablet lebih direkomendasikan. Sediaan larutan natrium hypochlorite dapat ditambahkan asam organik untuk menjaga pH air berada pada level optimum (pH <8). Pengunaan Dosatron akan mempermudah pencampuran antara natrium hypochlorite dan asam organik tersebut secara otomatis (Hendrix Genetics, 2024). Klorinasi primer juga dapat menggunakan klorin berbentuk granul atau tablet dengan cara melarutkan klorin secara langsung ke dalam torn penampungan air atau mengalirkan air melalui wadah/ember berisi klorin sebagai klorinator pot.

KT3 1 e1753932088918
Preklorinasi dan klorinasi primer pada WTP

3. Klorinasi Sekunder

Klorinasi sekunder bertujuan menjaga level konsentrasi klorin tetap terjaga. Klorinasi ini dilakukan pada torn atau penampungan air yang akan didistribusikan ke kandang. Klorinasi sekunder dibutuhkan jika perjalanan air dari penampungan air pada WTP (klorinasi primer) terlalu jauh.

KT4 1
Contoh klorinasi sekunder dengan Klorin Tablet di torn kandang

Metode klorinasi yang umum dilakukan di peternakan adalah dengan menggunakan metode manual. Metode klorinasi manual (non-pump) adalah dengan menggunakan klorin granul atau tablet. Klorin Tablet dapat dimasukkan dalam klorinator pot (ember) terapung di tangki atau torn air, atau di beberapa klorinator pada saluran air.

Level klorin yang dibutuhkan dapat kita monitoring melalui pengukuran pada free residual chlorine, yaitu berada pada level 3 – 5 ppm terukur dari sampel air yang diambil pada ujung pipa/saluran air. Pengukuran residual chlorine sangat mudah dilakukan. Level klorin pada air diukur menggunakan alat photometer yang dapat mengukur total dan residual chlorine atau menggunakan chlorine tester lakmus.

KT5 1
Pengukuran level klorin menggunakan chlorine tester lakmus dan photometer

Jumlah Klorin Tablet yang ditambahkan dapat disesuaikan sesuai umur ayam dan berdasarkan estimasi konsumsi air minum ayam atau kebutuhan total air minum. Level klorin sebagai free residual chlorine paling tepat harus di-monitoring dengan melakukan pengukuran menggunakan alat. Namun, apabila peternakan belum dilengkapi alat pengukur level klorin, untuk memastikan level klorin sudah sesuai adalah dengan melihat palatabilitas air dan perilaku minum ayam. Pastikan ayam masih mau minum di tempat minum.

Jika konsentrasi klorin terlalu tinggi ayam cenderung akan menghindari untuk minum. Jika demikian maka hentikan klorinasi terlebih dahulu dengan menutup aliran air menuju ember/klorinator pot. Tetapi aliran masuk air dari sumber atau WTP tetap dijalankan (tidak melewati ember/klorinator pot). Tujuannya adalah untuk mengurangi level klorin karena terjadi pengenceran yang berlanjut. Flushing air dapat dilakukan untuk mengganti air berklorinasi tinggi dengan air minum yang baru, kemudian lakukan klorinasi kembali dengan mengurangi jumlah Klorin Tablet yang berada pada ember/klorinator pot sebelum dialirkan kembali ke pipa atau saluran air. Pengunaan jumlah Klorin Tablet dapat berbeda-beda di setiap peternakan. Berikut merupakan contoh jumlah pemberian Klorin Tablet di lapangan.

KT6
Bagikan Artikel:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.