Indigesti merupakan gangguan pencernaan pada lambung yang ditandai dengan turunnya gerak rumen dan disertai konstipasi. Indigesti dapat terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Indigesti sering disebabkan oleh pola makan yang salah (terlalu banyak karbohidrat atau serat), yang menimbulkan gejala seperti lesu dan penurunan nafsu makan. Salah satu bentuk indigesti adalah asidosis.
Kondisi Asidosis pada Sapi
Asidosis merupakan kondisi dimana terjadi akumulasi asam dalam darah dan jaringan tubuh. Asidosis disebabkan sapi mengonsumsi pakan yang banyak mengandung karbohidrat secara berlebihan seperti gandum atau jagung yang mudah difermentasi. Pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia akan masuk ke dalam rumen dan melewati tahap fermentasi oleh bakteri. Bakteri rumen akan merespon adanya peningkatan kandungan karbohidrat yang mudah dicerna dengan peningkatan aktivitas. Kondisi ini dapat menyebabkan senyawa kimia yang dihasilkan juga meningkat seperti VFA (Volatyle Fatty Acid) dan laktat sehingga memungkinkan tejadinya asidosis rumen. Dampak terhadap ternak ketika mengkonsumsi karbohidrat dan melebihi batas fisiologis adalah penurunan pH yang mempengaruhi sistem metabolisme sistemik. Pada kondisi tersebut selain berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi mikroba dalam rumen, juga akan berpengaruh terhadap kemampuan katabolisme serta eksresi hasil metabolit.
Gejala klinis yang terlihat akibat konsumsi karbohidrat, sapi nampak lesu dan malas bergerak, penurunan nafsu makan, penurunan produksi susu, serta gerakan rumen yang berkurang. Rumen menggembung ke dalam atau luar perut dan terdapat timbunan ingesta yang padat dalam rumen. Sapi juga mengalami dehidrasi yang ditandai dengan cermin hidung yang kering, mata cekung dan turgor kulit lama kembali ke posisi semula. Kotoran hewan bisa menjadi sedikit, berlendir, atau lunak.
Laminitis pada Sapi
Laminitis adalah kondisi peradangan pada korium laminar, jaringan penyokong tulang pedal pada dinding kuku atau digitalis. Kondisi laminitis merupakan gangguan sistemik dengan gejala atau tanda fisik pada daerah digitalis. Peradangan pada digitalis ini merupakan kondisi yang sering terjadi dan kejadiannya sering tidak disadari peternak. Namun sebetulnya kondisi ini dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar dan signifikan.
Laminitis dapat dipicu dari beberapa faktor antara lain faktor lingkungan, manajemen pemeliharaan maupun nutrisi. Faktor lingkungan dan manajemen seperti proses dan frekuensi potong kuku maupun trauma pada kuku akibat lantai kandang keras, licin, kasar. Selain itu kondisi ternak yang mengalami masalah vaskularisasi (sirkulasi darah), ternak dengan exercise yang terlalu berlebihan atau kurang, serta kondisi struktur kaki yang manungkinkan meningkatkan beban berat dan stress dari kaki juga dapat memicu kerusakan intemal maupun peradangan digitalis. Faktor nutrisi yang terkait dengan kejadian laminitis yakni kondisi asidosis akibat tingginya konsumsi karbohidrat dalam pakan. Sapi yang mengalami laminitis akan menunjukkan gejala rasa sakit pada kuku dan warna kemerahan pada tanduk kuku Kuku juga dapat mengalami pendarahan atau kematian jaringan.
Indigesti dapat memicu Laminitis
Kejadian laminitis di peternak banyak disebabkan faktor pakan tinggi karbohidrat yang mengakibatkan keadaan asidosis yang mengakibatkan penurunan pH sistemik. Penurunan pH sistemik dapat mengaktifkan mekanisme vasoaktif yang meningkatkan pulsus (denyut nadi) dan aliran darah keseluruh tubuh. Kondisi asidosis akan memicu pengeluaran histamin sebagai reaksi asing adanya perubahan, ketidakseimbangan dan penyakit. Kondisi ini memicu pembuluh darah untuk mengalami vasokontriksi atau penyempitan ketika dinding pembuluh darah mengencang sehingga lebih sempit. Vasokonstriksi pembuluh darah akan berdampak pada daerah kaki dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh sehingga m engakibatkan tekanan pada daerah tersebut. Pada kondisi berkurang atau bahkan berhentinya aliran darah ke kuku dengan waktu yang semakin lama, dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami nekrosa yang berdampak pada perubahan fisik jaringan disekitarnya. Sebagai akibat dari kerusakan pada mikrovaskular dan rendahnya suplai nutrisi serta oksigen pada sel – sel epidermis mengakibatkan rusaknya lapisan epidermis tersebut. Hal ini akan menyebabkan kematian jaringan pada bagian lamina dan korium kuku. Sehingga terjadi laminitis yang ditandai dengan kepincangan. Pada umumnya aminitis dapat terlihat 4 hingga 8 minggu setelah kondisi rumen asidosis berlangsung.
Dampak Laminitis
Keparahan kejadian laminitis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti abnormalitas bentuk kuku maupun kelainan bentuk kaki. Faktor tersebut berkaitan dengan gangguan mikrovaskularisasi atau aliran darah pada daerah kuku akibat rusaknya bagian lamina kuku yang melipat ke dalam menyebabkan tekanan pada korium. Selain itu dapat juga dipengaruhi faktor pakan yakni ketidakseimbangan antara konsentrat dan serat akan menyebabkan mengalami asidosis, ketosis, dan endotoksemia. Kejadian laminitis pada sapi akan menimbulkan masalah :
- Kepincangan, rasa sakit, kerusakan dan perubahan pada struktur kuku, sehingga sapi sulit untuk berjalan
- Penurunan nafsu makan dan produksi susu
- Penelitian lainnya menyebutkan bahwa adanya
- Peningkatan biaya pengobatan, penurunan produktivitas, peningkatan risiko peningkatan potong paksa
- Dampak tidak langsung terhadap performa reproduksi seperti penundaan siklus estrus sapi. Pada sapi yang mengalami kepincangan memiliki risiko 3,5 kali lebih besar mengalami penundaan siklus estrus post partus dibandingkan dengan sapi normal (Garbarino et al., 2004).
Pengendalian Asidosis dan Laminitis
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengendalian kejadian asidosis dan laminitis antara lain:
- Pemberian pakan berkualitas sesuai kebutuhan ternak dengan formulasi yang seimbang antara karbohidrat, protein dan hijauan sebagai sumber serat. Tambahkan premix Mix Plus Cattle Pro yang mengandung multivitamin, mineral dan asam amino.
- Saat terjadi perubahan pakan, pemberian pakan baru dilakukan secara bertahap sehingga kondisi mikroba rumen dapat beradaptasi. Hindari pemberian pakan tinggi karbohidrat rendah serat (konsentrat) dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.
- Penyediaan air minum yang bersih secara ad libitum.
- Pemberian suplemen Digesfit untuk meningkatkan nafsu makan dan mengatasi gangguan pencernaan.
- Apabila ditemukan ternak yang mengarah pada gejala asidosis, penggantian pakan dengan tinggi serat (hijauan segar). Pemberian pakan tinggi serat merangsang pengeluaran air liur dan menyeimbangkan produksi asam yang berlebihan di rumen. Perbaikan manajemen nutrisi dengan membuat formulasi keseimbangan antara asupan karbohidrat (singkong, gaplek, onggok), protein (bungkil kedelai) dan hijauan sebagai sumber serat. Digesfit dapat diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan. Digesfit bermanfaat untuk meningkatkan mikrobiota baik pada pencernaan, menjaga pH rumen, memperbaiki kecernaan.
- Pemeriksaan kuku secara rutin untuk mendeteksi kelainan pada kuku lebih awal sebelum berkembang menjadi lesi yang parah.
- Penyediaan alas atau lantai kandang yang nyaman. Sanitasi kandang optimal, kandang tidak boleh becek, air harus langsung mengalir ke saluran pembuangan air agar tidak menggenang.
- Jika ditemukan kasus laminitis, penanganan segera perlu dilakukan untuk mempercepat penyembuhan. Ternak dapat dipisahkan di kandang perawatan untuk dilakukan penanganan. Pengobatan dari tim kesehatan hewan diberikan sesuai dengan kondisi ternak. Seperti antiradang Dexavet atau Medipiron, pemberian vitamin Injekvit B Kompleks juga dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakterial, antibiotik dapat dipertimbangkan untuk diberikan.