Penambahan Bungkil Kacang Kedelai pada Pakan Konsentrat

Daftar isi

Mas Nurhadi – By Email

Mohon penjelasannya untuk ayam produksi yang diberikan konsentrat dengan protein kasar 30% mengalami penurunan produksi ke 60%. Berapa % penambahan bungkil kacang kedelai untuk meningkatkan protein kasar campuran pakan? Terima kasih

Jawab:

Terima kasih Mas Nurhadi atas pertanyaan yang disampaikan. Konsentrat merupakan pakan setengah jadi yang perlu penambahkan bahan baku sumber energi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Dalam penyusunan ransum yang seimbang, bahan baku sumber energi yang sering ditambahkan meliputi jagung, dedak atau bekatul. Imbangan formulasi dalam pencampuran bahan pakan tersebut dapat dilakukan dengan susunan 50% jagung, 35% konsentrat dan 15% bekatul atau dedak. Penyusunan ransum perlu memperhatikan kebutuhan spesifik nutrisi ternak. Kebutuhan ini disesuaikan berdasarkan fase fisiologis ternak meliputi fase starter (umur 0-5 minggu), grower (umur 6-16 minggu), pre-layer (umur 17-18 minggu) dan layer/produksi (umur 19 hingga afkir). Kebutuhan nutrisi ayam petelur fase produksi tertera pada Tabel 1.

1 2

Kebutuhan nutrisi ternak dapat dioptimalkan melalui pertimbangan cermat terhadap matriks komposisi pakan. Konsentrat memiliki kandungan protein kasar minimal 30% (SNI, 2025). Penambahan bungkil kacang kedelai (BKK) atau disebut juga soybean meal (SBM) pada konsentrat dapat meningkatkan kandungan protein kasar total ransum. BKK merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang berasal dari hasil samping pengolahan minyak kedelai yang telah mengalami proses pengeringan. Kandungan protein kasar BKK sebesar 43 – 48%, mampu memenuhi kebutuhan protein unggas hingga 50% (Sitompul, 2004). Selain itu, kecernaan lysine pada BKK menunjukkan nilai tertinggi (91%) dibandingkan bahan pakan sumber protein lainnya (Willis, 2003). Pakan dengan kandungan protein dan asam amino yang baik mendukung pertumbuhan ternak untuk bobot badan dan produksi yang lebih optimal.

Kualitas bungkil kedelai

Kualitas BKK sebagian besar dipengaruhi oleh prosedur pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berikut parameter kualitas BKK yang perlu diperhatikan :

  1. Protein. Letak geografis dari produksi kedelai dan jenis-jenis kedelai merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keragaman kandungan protein kasar dan komposisi asam amino dari BKK (Baker et al., 2011).
  2. Lemak. Kandungan lemak kasar pada BKK sebaiknya tidak lebih dari 3,5% (SNI, 2024). Kandungan lemak dipengaruhi proses pemisahan minyak oleh pelarut. Jika proses pemisahan tidak sempurna, maka sisa minyak yang tertinggal akan tinggi sehingga menambah nilai energi. Namun jika disimpan untuk jangka waktu yang lama, akan mudah tengik karena mengalami proses oksidasi.
  3. Serat. Kandungan serat pada BKK sebaiknya tidak lebih dari 7% (SNI, 2024). Kandungan serat tersebut dapat dipengaruhi oleh banyaknya kulit yang ikut diproses. Kontaminan asing pada BKK juga dapat meningkatkan kandungan serat kasar tinggi. Kandungan serat yang tinggi akan menurunkan kandungan energi metabolisme.
  4. Antinutrisi. BKK mengandung zat antinutrisi, yaitu non starch polisaccaride (NSP) 17,86-31,5% (Bach Knudsen, 1997), asam fitat 0,6% (Van Eys, et al., 2004) dan tripsin inhibitor 4,5-6% (Hartini and Choc, 2010) . NSP dapat meningkatkan viskositas/kekentalan cairan usus sehingga nutrisi yang terserap tubuh menurun dan menyebabkan wet dropping atau diare. Asam fitat dapat menurunkan ketersediaan Ca, P, mineral mikro dan protein sehingga pertumbuhan tulang dan pembentukan kerabang telur tidak optimal. Tripsin inhibitor dapat menurunkan aktivitas enzim protease sehingga protein tidak digunakan secara optimal dan performa ternak menurun. Enzim perlu ditambahkan untuk menguraikan zat antinutrisi sehingga nutrien pakan yang tercerna akan lebih banyak. Salah satu ciri khas enzim yaitu bekerja secara 4. spesifik, artinya enzim hanya dapat bekerja menyesuaikan jenis substratnya. Enzim fitase akan membebaskan lebih banyak fosfor dan asam amino yang diikat oleh asam fitat. Enzim xilanase dapat menguraikan arabynoxylan dari jenis antinutrisi NSP menjadi karbohidrat sederhana. Enzim protease dapat menurunkan pengaruh negatif zat antinutrisi tripsin inhibitor sehingga kecernaan protein menjadi lebih baik. Tren penggunaan enzim dalam ransum terus meningkat untuk mengatasi kualitas bahan baku ransum yang bervariasi.
  5. Fisik. BKK yang baik mempunyai ciri-ciri halus, mengkilap, berwarna coklat terang, berbau khas segar (tidak apek), tidak berbau gosong, tekstur homogen, bebas bergerak, tidak menggumpal, serta bebas dari partikel halus dan berdebu.
2 2
Kondisi fisik bungkil kedelai yang baik yaitu halus, mengkilap, berwarna coklat terang, dan berbau segar

Penurunan produksi dapat dipengaruhi dari kondisi pakan, ayam dan manajemen pemeliharaan yang diterapkan. Berikut beberapa solusi untuk penurunan produksi pada ayam petelur:

1. Pakan berkualitas

Pakan yang berkualitas adalah pakan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam sehingga menghasilkan performa yang optimal. Pakan yang berkualitas berasal dari bahan baku yang berkualitas. BKK sebagai bahan baku sumber energi dapat ditambahkan untuk meningkatkan protein kasar ransum total. Namun, mengganti sebagian konsentrat dengan BKK juga perlu memperhatikan nutrisi lainnya seperti kalsium dan fosfor. Perlu adanya bahan baku sumber mineral seperti dicalcium phosphat (DCP), monocalcium phosphat (MCP) maupun grit batu. Suplementasi premix juga berperan sebagai back up untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro terutama ketika mendapatkan bahan baku yang di bawah standar akibat variasi bahan baku. Komposisi premix terdiri dari feed supplement berupa berbagai mineral, vitamin dan asam amino. Premix untuk konsentrat dapat menggunakan Mix Plus LLK13A dengan tambahan toxin binder yaitu hydrated sodium calcium aluminium silicate (HSCAS) untuk mengikat racun jamur di saluran pencernaan. Kecernaan BKK dapat ditingkatkan dengan penambahan feed additive salah satunya enzim. Prozyme mengandung multi enzim (phytase, protease, amilase dan xylanase) dan biokatalis yang dapat mengikat dan mempercepat kerja enzim. Formulasi dan kandungan nutrisi konsentrat dengan penambahan BKK tertera pada tabel 2 dan 3.

3 2
Mix Plus LLK13A, premiks dengan kombinasi vitamin, mineral, asam amino dan toxin binder untuk konsentrat
4 1
Prozyme, multienzim untuk kecernaan optimal
5 1 e1764811454414
6 1 e1764811413567

2. Ayam

Kondisi pullet yang berkualitas mendukung tercapainya produksi telur yang optimal. Ciri pullet yang berkualitas antara lain keseragamannya lebih dari 85% yaitu berat badan, kerangka (frame size), dan dewasa kelamin (sexual maturity). Selain itu, perlu dilakukan monitoring menjaga kondisi ayam optimal sampai puncak produksi. Monitoring yang dilakukan antara lain konsumsi pakan sesuai standar, berat badan dan keseragaman terjaga.

3. Manajemen pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan merupakan seni dalam pemeliharaan ayam petelur untuk dapat menghasilkan produksi yang optimal. Ketika kondisi pakan sudah berkualitas dan kualitas ayam baik, namun tidak diimbangi manajemen pemberian pakan yang tepat, akhirnya konsumsi pakan tidak tercapai secara optimal. Hal ini menjadi salah satu penyebab permasalahan produksi telur. Oleh karena itu, penting memperhatikan faktor manajemen pemeliharaan mulai dari manajemen pemberian pakan, kepadatan kandang, pencahayaan, dll. Dari bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa untuk mencegah dan mengatasi permasalahan produksi telur, dapat dilakukan dengan penambahan bahan baku sumber protein seperti BKK, suplementasi melalui pakan berupa premix sebagai back up nutrien dan feed additive untuk meningkatkan kecernaan pakan. Selain itu, perlu juga senantiasa diimbangi dengan kualitas ayam dan manajemen pemeliharan yang baik. Semoga bermanfaat.

Bagikan Artikel:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.