Usaha ternak sapi perah yang dilaksanakan secara optimal akan memberikan keuntungan pendapatan yang maksimal. Salah satu cara mewujudkannya yaitu dengan penerapan manajemen yang baik dan menciptakan situasi yang nyaman untuk sapi perah. Terlebih lagi Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi, yang berdampak signifikan terhadap kesehatan dan produktivitas sapi perah. Salah satu tantangan utama adalah heat stress (stres panas).
Heat stress terjadi ketika sapi tidak mampu mengatur suhu tubuhnya karena suhu lingkungan yang terlalu tinggi dan kelembaban yang tinggi. Hal tersebut dapat terjadi akibat cuaca dan kondisi kandang yang kurang nyaman bagi ternak seperti suhu dan kelembapan yang tinggi serta kecepatan angin yang rendah. Ini biasanya mulai terjadi ketika suhu efektif (gabungan suhu dan kelembaban) melebihi ambang kenyamanan thermal sapi. Sebagian besar sapi perah Indonesia adalah Friesian Holstein (FH), yang diimpor dari negara-negara Eropa dengan lingkungan sedang dengan suhu rendah dalam kisaran 5°C–25°C. Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu sekitar yang tinggi yang dapat mencapai 34°C pada siang hari dan kelembaban relatif lokal bervariasi antara 70% dan 90%. Iklim lingkungan dapat memengaruhi metabolisme dan produktivitas ternak sapi. Sapi membutuhkan iklim lingkungan yang nyaman atau biasa dikenal thermoneutral zone. Thermoneutral zone adalah kisaran suhu lingkungan sekitar yang dapat mempertahankan suhu tubuh inti ternak sehingga metabolisme tubuh berjalan normal. Apabila iklim lingkungan berubah atau berada di luar thermoneutral zone, baik itu terlalu dingin atau terlalu panas maka berdampak negatif pada ternak. Contohnya ketika ternak terpapar panasnya suhu lingkungan yang tinggi maka bisa menyebabkan ternak mengalami heat stress.

Bagaimana Tanda-Tanda Sapi Perah Mengalami Heat Stress?
Ternak sapi yang mengalami heat stress akan merespons melalui perilaku abnormal dan juga perubahan fisiologis tubuhnya. Berikut ini tanda-tanda yang dapat diketahui ketika sapi perah mengalami heat stress :
- Perubahan perilaku dan fisiologis
Sapi yang mengalami heat stress parah biasanya bernapas dengan mulut terbuka dan terengah-engah. Sapi akan mengeluarkan keringat dan air liur berlebih (hipersalivasi). Nafsu makan dan tingkat ruminasi menurun namun konsumsi air minum meningkat. Sapi sering terlihat lesu dan gelisah. Biasanya lebih banyak berdiri karena menghindari suhu panas ketika berbaring di lantai.
- Laju pernapasan dan suhu tubuh
Suhu tubuh sapi biasanya meningkat sekitar 38,5 – 39,5°C bahkan lebih tinggi. Laju pernapasan sapi dewasa memiliki frekuensi napas normalnya 26 – 50 kali/menit. Jika ditemukan 10% dari populasi sapi yang mengalami frekuensi napas hingga >60 kali/menit maka segera ambil tindakan penanganan.
- Penurunan produksi
Produksi susu menurun secara signifikan dan kualitas yang menurun pada lemak dan protein menjadi lebih rendah. Ditemukan juga gangguan reproduksi seperti siklus birahi yang tidak teratur atau bahkan fertilitas menurun.
Dampak Heat Stress pada Sapi Perah
Dampak sapi perah yang mengalami heat stress bisa mengganggu kesehatan dan performa produksi bahkan apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kematian, berikut beberapa dampak akibat heat stress :
- Penurunan konsumsi pakan
Sapi cenderung makan lebih sedikit saat cuaca panas, sehingga asupan energi berkurang
- Penurunan produksi dan kualitas susu
Karena asupan nutrisi menurun dan energi lebih banyak digunakan untuk mengatur suhu tubuh, produksi susu bisa turun signifikan (bahkan sampai 25–30%). Kandungan lemak dan protein dalam susu bisa berkurang. Sapi heat stress akan makan lebih sedikit serat, sehingga produksi asam lemak di rumen menurun yang berpengaruh pada kandungan lemak di susu ikut menurun. Sapi menggunakan energi lebih banyak untuk mendinginkan tubuhnya, mengorbankan produksi protein untuk susu yang dihasilkan.
- Rentan sakit hingga kematian
Daya tahan tubuh menurun baik pada pedet atau pun sapi dewasa. Hormon stres seperti kortisol akan meningkat sehingga dapat menekan sistem kekebalan ternak. Kelembaban lingkungan kandang yang tinggi juga bisa mendukung pertumbuhan patogen (bakteri, jamur, virus) yang dapat memicu masuknya serangan penyakit pernapasan dan pencernaan bahkan penyakit viral yang sulit ditangani.Penyakit yang sering terjadi di sapi perah yang dipicu faktor heat stress seperti Mastitis, laminitis (radang kuku), Metritis, Retensi Plasenta, Ketosis, Asidosis, hingga Heat Stroke (dalam kasus ekstrem).
- Gangguan reproduksi
Performa reproduksi menurun karena adanya gangguan mekanisme hormonal saat terjadi heat stress. Hal tersebut menyebabkan siklus estrus tidak teratur atau sulit terdeteksi, pemantangan sel telur terhambat, angka kebuntingan yang rendah, kematian embrio, perkembangan fetus terganggu dan meningkatnya risiko abortus.
Langkah Mengurangi Heat Stress pada Sapi Perah
Adapun langkah-langkah yang bisa diterapkan untuk mengurangi dampak heat stress diantaranya:
- Gunakan bahan atap yang digunakan tidak menyerap panas dan hindari menggunakan bahan seng dan asbes
- Pendinginan bisa dilakukan dengan bantuan foggers, mist drop atau sprinkler yang menyemprotkan air ke lingkungan atau langsung ke tubuh sapi. Foggers bekerja menyebarkan tetesan air yang sangat halus, cepat menguap dan dapat segera mendinginkan udara di sekitarnya. Mist drop memiliki prinsip kerja yang sama dengan foggers namun memiliki butiran air yang lebih besar. Sedangkan sprinkler, tetesan airnya lebih besar dan langsung membasahi kulit dan rambut ternak. Penggunaan sprinkler yang dikombinasikan dengan kipas memberikan hasil yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh ternak dan meningkatkan nafsu makannya.
- Menciptakan iklim mikro dingin di dalam kandang bisa dengan menggunakan cooling pad dan kipas. Cooling pad akan membantu menyediakan udara yang sejuk dan nyaman bagi sapi dengan cara mendinginkan ruangan kandang. Sedangkan kipas dapat membantu untuk mendistribusikan angin di didalam kandang lebih merata dan mengeluarkan udara panas dari dalam kandang.
- Kualitas ransum, baik dari segi fisik maupun kandungan nutrisi, mampu mempengaruhi konsumsi. Dari segi fisik, sapi menyukai pakan yang masih baru/segar. Pastikan kualitas fisik pakan sapi, terutama konsentrat, masih bagus dan segar. Jika perlu lakukan pembolak-balikkan pakan konsentrat sesering mungkin agar sapi tertarik untuk makan. Tambahkan premiks Mix Plus Cattle Pro ke dalam konsentrat atau pakan sapi untuk membantu meningkatkan konsumsi serta menyediakan kebutuhan nutrisi mikro bagi sapi perah.
- Berikan pakan saat waktu yang tepat agar kondisi ternak nyaman. Berikan pakan saat suhu lebih sejuk, seperti pagi atau malam hari. Penuhi kebutuhan air minum ternak sepanjang hari dengan menyediakan air yang segar dan selalu tersedia. Transolit dapat ditambahkan pada air minum ternak selama kondisi heat stress.
- Pemberian suplemen
Tambahkan elektrolit, vitamin (terutama vitamin E dan C), dan antioksidan untuk membantu ketahanan tubuh sapi. Transolit sebagai suplemen yang mengandung vitamin, mineral dan asam amino dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak ketika mengalami stres. Transolit dapat diberikan untuk mencegah atau mengatasi stres pada ternak dan juga menjaga produktivitas ternak tetap terjaga. Selain saat kondisi heat stress, Transolit dapat diberikan juga ketika risiko ternak menghalami stres cukup tinggi seperti pasca vaksinasi atau proses transportasi.
Penerapan Kandang Closed House pada Sapi Perah
Kandang yang ideal berperan sebagai lingkungan pendukung yang memungkinkan sapi menghasilkan susu dalam kondisi terbaiknya. Investasi pada desain dan manajemen kandang yang baik akan berbanding lurus dengan produktivitas dan profitabilitas peternakan sapi perah. Closed house sapi perah merupakan suatua inovasi dalam dunia peternakan yang menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan hewan ternak dan produktivitas susu. Kandang closed house untuk sapi perah adalah sistem kandang tertutup yang dirancang untuk menciptakan lingkungan yang terkontrol bagi sapi perah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hewan, mengurangi stres, dan pada akhirnya meningkatkan produksi susu. Sistem ini biasanya dilengkapi dengan pendingin udara (cooling pad), pengatur suhu dan kelembaban, serta sistem ventilasi yang terkontrol. Dengan menggunakan closed house, risiko penyebaran penyakit juga dapat diminimalkan karena akses udara dan amonia lebih terkontrol. Selain itu, pengelolaan pakan dan kebersihan menjadi lebih mudah dan efisien, sehingga mendukung peningkatan produksi susu yang berkualitas tinggi. Pada era modern ini, penerapan closed house semakin populer karena membantu peternak dalam meningkatkan efisiensi usaha serta menjaga kesejahteraan sapi secara berkelanjutan.
