
Telah diketahui secara luas bahwa air merupakan senyawa yang paling penting dan paling tersebar luas di bumi. Air juga menjadi pondasi dari semua jenis kehidupan. Dalam peternakan unggas, air sangat penting untuk berbagai keperluan, termasuk hidrasi, pengaturan suhu tubuh, membantu proses pencernaan dan metabolisme. Peran air juga menunjang aspek kesehatan secara keseluruhan seperti penggunaannya sebagai pelarut obat dan vaksin, serta dalam proses sanitasi dan desinfeksi. Air sangat penting dan diperlukan dalam industri unggas karena keterlibatannya dalam hampir setiap proses fisiologis dan operasional dalam keberlangsungan hidup di peternakan. Air merupakan bagian integral dari banyak proses biologis, maka menjadi keharusan bagi peternak dalam memperhatikan kualitas air yang digunakan di peternakan khususnya air yang akan diminum atau dikonsumsi oleh unggas. Untuk mengetahui kondisi kualitas air, dapat diamati dan diukur dari beberapa parameter yaitu:
- Kualitas fisik
Pengamatan kualitas fisik pada air meliputi warna, bau dan kejernihan air - Kualitas kimia
Pengamatan kualitas kimia pada air meliputi pH, kadar klorida, nitrat, nitrit, besi dan kesadahan air - Kualitas biologi
Pengamatan kualitas biologi atau bakteri pada air dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran kualitatif dengan melihat ada atau tidaknya cemaran bakteri. Sedangkan pengukuran kuantitatif dengan menghitung jumlah total cemaran bakteri seperti Coliform, Eschericia coli dan Salmonella sp dari 100 mL sampel air.
Unggas biasanya mengonsumsi air sekitar dua kali lipat pakan berdasarkan beratnya (Abbas dkk., 2008). Kualitas dan ketersediaan air yang memadai sangat penting untuk mengoptimalkan performa dari unggas. Kualitas air sangat penting karena mewakili 50-70% dari berat hidup unggas dewasa dan konsumsinya biasanya 2 hingga 2,5 kali lebih besar daripada konsumsi pakan. Selain menjadi komponen utama tubuh, air juga merupakan pelarut utama yang terlibat dalam banyak proses metabolisme termasuk nutrisi, obat-obatan, vitamin, herbal dan vaksin aktif yang diaplikasikan via air minum. Kualitas air yang buruk dapat mempengaruhi mikrobiota usus ayam, mempengaruhi penyerapan nutrisi dan menyebabkan deposisi logam berat yang menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Selain itu, kualitas air yang tidak sesuai dengan standar dapat berdampak terhadap keberhasilan vaksinasi dan pengobatan via air minum. Berikut ini adalah standar kualitas air di peternakan unggas.

Permasalahan Kualitas Air di Peternakan

Pengendalian kualitas air yang baik dimulai dengan mengetahui karakteristik secara fisik, kimia dan biologinya pada sumbernya, penampungannya atau tempat minumnya. Berdasarkan Grafik 1 di atas, persentase uji kualitas air di Laboratorium Medion pada tahun 2024 hingga September 2025 paling tinggi yaitu parameter kimia sebesar 41,65% dari puluhan ribu sampel yang diuji. Kemudian parameter fisik sebesar 31,30% dan parameter biologi sebesar 27,05%. Data tersebut menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap kualitas air terutama kimia masih menjadi dilema dalam peternakan unggas di Indonesia. Mengingat kualitas kimia air sangat berdampak terhadap keberhasilan vaksinasi dan pengobatan via air minum. Jika terdapat ketidaksesuaian antara nilai yang direkomendasikan terhadap nilai aktual indikator kualitas air, maka perlu segera dilakukan penanganan khusus supaya tidak berdampak merugikan terhadap proses fisiologis ataupun operasional di peternakan unggas. Kualitas air dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap performa unggas. Tingginya kadar mineral, logam berat, bakteri atau polutan lain dalam air minum dapat berdampak buruk pada sifat fisiologis normal yang mengakibatkan performa unggas menjadi lebih rendah.
a. Kualitas Fisik Air

Pengamatan kualitas fisik air di Laboratorium Medion meliputi bau, warna dan kejernihan air. Berdasarkan data yang disajikan pada Grafik 2, persentase ketidaksesuaian hasil uji fisik air pada tahun 2024 hingga September 2025 masih cukup tinggi terutama kejernihan air. Pada parameter kualitas fisik air, persentase ketidaksesuaian antara bau, warna dan kejernihan berturut-turut dengan nilai 10%, 19-20% dan 83-95%. Menurut Hess and Macklin 2019, air minum ayam harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Kualitas fisik air yang bermasalah biasanya berkaitan dengan kadar zat kimia seperti mineral dan logam berat atau jumlah bakteri yang melebihi batas standar. Sehingga kondisi tersebut bisa menyebabkan perubahan bau, warna dan air menjadi keruh. Hal ini pada akhirnya dapat berdampak pada penurunan konsumsi air minum ayam dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap keberhasilan vaksinasi dan pengobatan via air minum.
b. Kualitas Kimia

Pengamatan kualitas kimia air di Laboratorium Medion meliputi pH, kadar besi, klorida, nitrat, nitrit dan kesadahan (kalsium dan magnesium). Berdasarkan data yang disajikan pada Grafik 3, persentase ketidaksesuaian kualitas kimia air pada tahun 2024 hingga September 2025 masih cukup tinggi. Pada parameter kualitas kimia air, persentase ketidaksesuaian antara pH, kadar besi, klorida, nitrat, nitrit dan kesadahan berturut-turut dengan nilai 14-17%, 20-30%, 4-5%, 0%, 8-18% dan 24-38%. Kualitas kimia air yang bermasalah dapat berpengaruh terhadap proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh ayam ketika dikonsumsi. Selain itu juga dapat memicu terjadinya reaksi kimia saat digunakan sebagai media pelarut vaksin aktif, obat-obatan, vitamin dan herbal via air minum serta desinfektan. Reaksi kimia tersebut pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kinerja dan efektivitas dari produk farmasetik dan biologik yang digunakan. Menurut Lembaga Penelitian Perancis ITAVI, berikut beberapa dampak yang diakibatkan jika kualitas kimia air tidak sesuai standar.

Penanganan Kualitas Air di Peternakan
Berdasarkan data-data di atas, berbagai permasalahan kualitas air terutama fisik dan kimia dapat berdampak terhadap keberhasilan vaksinasi dan pengobatan via air minum. Sehingga diperlukan solusi penanganan terhadap permasalahan kualitas air tersebut. Berikut beberapa cara untuk menangani kualitas fisik dan kimia air di peternakan ;
- Lakukan pemasangan dan pergantian filter air secara teratur. Metode filtrasi menggunakan alat filter berupa pasir silika/zeolit, karbon aktif dan manganese sebelum dialirkan menuju torn kandang. Alat filter tersebut harus diganti secara teratur supaya proses filtrasi tetap berjalan lancar dan efektif.
- Penggunaan Water Treatment Plant (WTP) untuk mengolah air baku menjadi air yang layak dikonsumsi untuk ternak. Water Treatment Plant (WTP) juga mampu menjaga kualitas air minum ternak sesuai standar.
- Gunakan Aquanet untuk membantu menangani permasalahan kimia air. Aquanet mengandung Sodium Thiosulfate yang dapat menetralkan kadar klorida/klorin dalam air. Selain itu, Aquanet juga mengandung Buffer Phosphate yang dapat menetralkan dan menstabilkan pH air. Aquanet dapat dicampurkan dalam air sesuai kebutuhan dengan dosis 1 ml per 2 liter air minum.

- Lakukan flushing secara rutin untuk mencegah pertumbuhan biofilm pada saluran air.
- Uji kualitas air secara periodik terutama pada saat musim hujan, kemarau dan pergantian musim.
Selain menjadi komponen utama tubuh, air juga merupakan pelarut utama yang terlibat dalam banyak proses metabolisme, distribusi dan absorbsi berbagai nutrisi, obat, vitamin, herbal dan vaksin aktif via air minum. Sehingga sangat penting dalam menjaga kualitas air minum sesuai dengan standar. Oleh sebab itu, pengendalian kualitas air yang baik dimulai dengan mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi terhadap air yang digunakan melalui uji kualitas air secara berkala. Karena air yang berkualitas akan menunjang keberhasilan vaksinasi dan pengobatan via air minum.
