Salah satu permasalahan yang ada dari peternakan ayam adanya polusi udara dari bau feses ayam. Bahkan apabila peternakan ayam berada dekat dengan pemukiman warga, hal ini juga sering kali dikeluhkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, masalah ini sering kali diikuti dengan berdatangannya lalat yang tentu akan mengganggu dan menjadi ancaman kesehatan.

Pada kandang closed house permasalahan ini akan cukup terbantu dengan adanya sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik sehingga bisa meminimalkan polusi udara ke lingkungan luar. Sedangkan pada kandang open house, permasalahan ini membutuhkan penanganan yang tepat. Namun, dari kedua tipe kandang tersebut tetap membutuhkan manajemen limbah feses supaya bisa menjadi solusi untuk menangani permasalahan yang ada. Dampak Limbah Feses dan Hama Lalat

Limbah feses di peternakan ayam bisa diistilahkan seperti pisau bermata dua. Artinya limbah feses ini bisa berdampak negatif apabila tidak ditangani dengan baik. Namun limbah feses juga bisa berdampak positif apabila diolah sehingga memiliki harga jual yang lebih.

Limbah feses yang tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak negatif seperti menjadi sumber penyakit, pencemaran lingkungan (polusi udara) dan mengganggu masyarakat sekitar. Dampak pada kesehatan ayam, feses dapat menjadi media penularan beberapa penyakit seperti koksidiosis, cacingan dan infectious bursal disease (IBD). Ayam dapat terinfeksi penyakit tersebut ketika tidak sengaja memakan pakan terkontaminasi feses yang terdapat agen penyakit.

Feses ayam yang menumpuk dapat menimbulkan gas yang berbau seperti gas amonia, nitrat, nitrit dan gas sulfida dari hasil proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Selain menimbulkan bau, kadar gas amonia yang tinggi di dalam kandang juga dapat mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia atau bulu getar) dan desiliosis (kerusakan silia) dari saluran pernapasan ayam. Hal tersebut menyebabkan kerusakan pada mukosa saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan pertama melawan agen penyakit, akibatnya ayam akan mudah terserang penyakit. Pada manusia, gas amonia juga dapat menyebabkan iritasi mata serta gangguan pernapasan.

Bau dari gas yang dihasilkan dari feses juga bisa memicu kedatangan lalat. Sebenarnya salah satu fase kehidupan lalat, yaitu pada saat fase larva dapat berperan dalam membantu proses pembusukan dan penguraian feses. Namun di sisi lain, dampak negatif akan muncul ketika dalam jumlah yang banyak larva tersebut berkembang menjadi lalat dewasa.

Keberadaan lalat di lingkungan peternakan dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan. Secara tidak langsung keberadaan lalat dapat meningkatkan kasus penyakit karena berperan sebagai vektor mekanik maupun biologik. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan karena vektor lalat adalah AI, salmonellosis, koksidiosis, cacing pita, dan ND. Adanya pulvilli (kuku kaki berbulu), labella (alat penghisap) dan sejumlah bulu-bulu halus pada seluruh bagian tubuhnya memungkinkan lalat berperan sebagai penyebar bibit penyakit.

Disamping dampak negatif dari limbah feses di peternakan ayam, ternyata limbah feses juga bisa memberikan dampak positif apabila diolah dengan baik. Limbah feses dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk seperti limbah ayakan, pupuk dan biogas. Dengan pemanfaatan limbah yang benar maka pencemaran lingkungan dapat diminimalkan dan dapat memberikan pendapatan tambahan bagi peternak.

Manajemen Limbah Feses di Peternakan Ayam

Penanganan limbah feses ayam pada kandang closed house ataupun open house perlu dilakukan dengan manajemen yang tepat. Salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan adalah mengkondisikan feses tetap kering. Kondisi feses lebih baik jika dalam keadaan kering dikarenakan apabila dalam keadaan basah akan meningkatkan pembentukan gas dan menjadi tempat berkembang biaknya lalat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam manajemen limbah feses diantaranya:

  • Umumnya sebagian peternak ayam broiler dengan bentuk kandang postal litter atau panggung memilih membiarkan feses ayamnya hingga satu periode. Pada kandang panggung perlu mempertimbangkan untuk membuat konstruksi kolong kandang yang lebih tinggi. Kolong kandang yang tinggi akan membuat feses lebih cepat kering dibandingkan kolong kandang yang konstruksinya pendek. Hal ini karena sirkulasi udaranya lebih baik dan jangkauan sinar matahari ke kolong kandang juga bagus.
  • Pada pemeliharaan ayam layer di kandang baterai atau panggung, sebaiknya peternak membersihkan feses secara periodik, misalnya satu minggu sekali. Peternak ayam layer juga bisa memasang amben (para-para) untuk membantu pengeringan feses ayam yang jatuh ke kolong kandang. Amben adalah tempat dari bilah bambu yang diberi jala dan dipasang 90-100 cm di atas tanah dasar kolong. Meski amben tidak 100% menghilangkan keberadaan larva dari feses ayam, tetapi amben sangat membantu mengeringkan feses ayam.
  • Pada kandang closed house layer, pengeluaran feses dapat dilakukan menggunakan sistem yang sudah otomatis seperti manure belt atau manure scraper. Dengan adanya belt, maka feses tidak akan jatuh ke kandang baterai yang berada di bawahnya karena ada belt yang menampung feses tersebut. Setiap hari atau per 2 hari, belt akan mengumpulkan feses ke bagian belakang kandang untuk selanjutnya dikeluarkan dari kandang. Dengan demikian amonia di dalam kandang akan lebih terkendali. Sedangkan model manure scraper akan membersihkan dan mengumpulkan feses dengan menyapu atau mendorong dengan alat pengeruk.
  • Feses ayam yang sudah diambil dari kandang kemudian dimasukkan ke dalam karung. Karung berisi feses tersebut dikumpulkan dan disimpan pada satu tempat yang kering. Hindari menyimpan feses dalam karung terlalu lama di samping kandang dan sebaiknya feses sudah dikeluarkan dari lingkungan kandang ketika mulai masa istirahat kandang. Jika ingin memanfaatkan feses ayam sebagai pupuk kompos, lindungi feses agar tidak basah dan berikan dekomposer agar proses pengomposan berjalan cepat.
  • Segera keluarkan feses dari dalam area peternakan. Selanjutnya feses dapat dijual atau diolah untuk dimanfaatkan menjadi pupuk atau produk lainnya (biogas).

Pengendalian Hama Lalat

Lalat yang datang ke lingkungan peternakan ayam salah satunya dipicu oleh adanya bau gas yang berasal dari proses dekomposisi feses ayam. Oleh karena itu, langkah awal untuk mengendalikan lalat adalah menjaga feses tetap kering dan meminimalkan bau gas seperti amonia di kandang. Gunakan pengikat amonia seperti Ammotrol untuk mengurangi konsentrasi gas amonia di kandang. Pemberian Ammotrol dapat dilakukan dengan disemprotkan ke kotoran atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.

Selanjutnya beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan lalat di peternakan ayam adalah :

  • Pengendalian fisik dilakukan dengan membersihkan feses minimal seminggu sekali. Selanjutnya perhatikan kelembapan pada kandang dengan mencegah tumpahnya air minum dan memperbaiki genting atau saluran air yang bocor. Jika perlu tambahkan kapur untuk membantu proses penyerapan air pada litter.
  • Pengendalian biologi dengan memanfaatkan musuh alami/parasit lalat seperti kumbang, kutu dan lebah. Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Salah satu contohnya Spalangia nigroaenea, yaitu sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit atau “lawan” bagi pupa lalat.
  • Pengendalian kimiawi dengan menggunakan bahan kimia seperti insektisida/obat lalat. Pemberian obat lalat bukan merupakan inti dari teknik pengendalian lalat, melainkan menjadi penyempurna dari teknik pengendalian lalat lainnya. Oleh karena itu, kita tidak bisa menggantungkan pembasmian lalat hanya dari pemberian obat lalat dan teknik pemberian obat lalat juga harus dilakukan dengan tepat. Obat pembasmi lalat ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu obat lalat yang bekerja membunuh larva lalat dan membasmi lalat dewasa. Contoh obat yang dapat membasmi larva lalat adalah Larvatox dan Bamaktin, sedangkan untuk membasmi lalat dewasa adalah Flytox dan Delatrin.

Adanya permasalahan yang berasal dari feses ayam dan hama lalat di kandang memang tidak bisa dihindari. Namun, hal tersebut masih bisa diatasi dengan strategi dan manajemen penanganan limbah feses yang tepat. Sehingga dampak negatif dari limbah feses dan hama lalat di kandang dapat diminimalkan.

Strategi Mengendalikan Feses dan Lalat di Peternakan Ayam
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin