Maksimalkan Produksi Susu Sapi Perah

Daftar isi

Sapi perah merupakan salah satu komoditas peternakan yang masih mempunyai peluang pengembangan cukup luas di Indonesia. Seperti kita ketahui bersama susu sapi memiliki berbagai manfaat kesehatan, terutama karena kandungan nutrisinya yang kaya. Namun suplai susu sapi dalam negeri masih masih tergolong rendah dalam mencukupi kebutuhan susu nasional. Berdasarkan data dari Dirjen PKH tahun 2024 menunjukkan bahwa produksi susu sapi segar di Indonesia mencapai 1 juta ton. Jumlah ini cukup meningkat dibandingkan tahun 2023 sebesar 0,9 juta ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi susu di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 4,7 juta ton, sisanya dipenuhi melalui impor. Rendahnya produktivitas susu akan berdampak pada tingkat pendapatan peternak. Karena itu, perlu adanya upaya peternak dalam meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan susu dalam negeri.

Faktor yang Memengaruhi Tingkat Produksi Susu

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tingkat produksi susu pada sapi perah diantaranya:

• Genetik atau bangsa sapi

Sapi indukan yang memiliki sifat genetik yang kurang baik akan menghasilkan produksi susu yang lebih sedikit dibandingkan sapi dengan genetik yang baik. Sapi Fries Holland mampu memprodusi susu 6.000-7.000 kg dalam satu masa laktasi atau rata-rata 300-320 hari. Berbeda dengan ras sapi lainnya seperti Sapi Jersey bisa mencapai 4.500 hingga 6.000 liter per tahun. Sapi dengan ras tertentu bisa menghasilkan susu lebih atau kurang dari sapi pada umumnya. Perhatikan riwayat produksi susu induk dan kesehatan turunannya.

• Waktu pemerahan

Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Interval waktu yang sama antara pemerahan pagi dan sore hari akan memberikan perubahan komposisi susu yang relatif sedikit, sedangkan interval waktu pemerahan yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda juga (Sudono, 1985).

HB1 1
Pemerahan sapi di waktu yang tepat dan konsisten

• Kondisi stres

Beban panas lingkungan di atas 27° C akan mengaktifkan sistem respon stres cekaman panas pada sapi perah laktasi. Saat stres, respon ternak pertama kali adalah fokus meningkatkan laju metabolisme cadangan energi tubuh. Akibatnya laju pergerakan dan penyerapan usus melambat, konsumsi pakan akan turun sehingga asupan energi dan nutrisi tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan harian untuk produksi susu. Kondisi stres pada sapi perah ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti heat stress, rendahnya kualitas udara, pergantian pakan mendadak, pindah kandang dan gangguan lain akibat perlakuan kasar.

• Faktor penyakit

Penyebab rendahnya tingkat produksi dan kualitas susu sapi perah bisa dari aspek kesehatan adalah adanya penyakit seperti mastitis (radang ambing). Penyakit mastitis secara umum disebabkan oleh berbagai jenis bakteri antara lain Streptococcus agalactiae, S. disgalactiae, S. uberis, S. zooepidermicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan Pseudomonas aeruginosa serta Mycoplasma sp., Candida sp., Geotrichum sp. dan Nocardia sp. pada kasus mastitis mikotik (Akoso, 1996; Hastiono, 1984). Bakteri-bakteri tersebut akan menyebabkan kerusakan-kerusakan sel-sel alveoli pada ambing. Kerusakan yang terjadi tidak hanya mengakibatkan penurunan produksi susu namun juga kualitas susu. Penurunan kualitas susu merupakan kelainan pada susu karena bakteri mastitis merusak komposisi nutrien susu (Utami et al., 2014 dan Amran, 2013).

Strategi Meningkatkan Produksi Susu

Dalam beternak sapi perah, terdapat beberapa hal pokok penting yang harus diperhatikan untuk memastikan kualitas dan kuantitas produksi susu optimal diantaranya:

  • Salah satu hal penting untuk mendapatkan hasil susu tinggi adalah pakan berkualitas dan mengandung nutrisi seimbang (karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral). Pastikan kualitas fisik pakan, terutama konsentrat, masih bagus dan segar. Jika perlu lakukan pembolak-balikkan pakan konsentrat sesering mungkin agar sapi tertarik untuk makan. Gunakan kombinasi pakan hijauan (rumput, leguminosa) dan konsentrat (dedak, bungkil, jagung giling). Lakukan proses chopping (cacah) pada hijauan sebelum diberikan. Untuk menghindari asidosis, disediakan hijauan pakan dalam jumlah terbatas sebelum sapi mengonsumsi konsentrat. Lakukan pergantian pakan pada setiap periode pemeliharaan secara bertahap
  • Ketersediaan air bersih dan cukup sangat penting. Berikan air minum yang bersih dan segar karena kebutuhan air minum pada saat heat stress akan meningkat berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya. Sapi perah bisa minum hingga 80 liter per hari.
  • Berikan suplemen tambahan guna membantu mengoptimalkan sistem reproduksi, membantu meningkatkan konsumsi serta menyediakan kebutuhan nutrisi mikro. Contohnya dengan memberikan Mineral Feed Supplement-S yang mengandung berbagai makro dan mikro mineral, serta Vitesel Inj yang mengandung vitamin E dan selenium.
  • Berikan suplementasi Vita B Plex Bolus untuk meningkatkan nafsu makan, memperbaiki metabolisme dan meningkatkan produksi susu. Ternak bunting dan laktasi, serta ternak muda membutuhkan asupan vitamin B kompleks lebih banyak.
  • Minimalkan faktor stres dengan membuat kandang yang teduh dan sirkulasi udaranya lancar. Berikan teduhan dan sistem pendinginan jika perlu. Persiapkan kondisi kandang yang nyaman, bersih dan leluasa untuk sapi laktasi. Atur kepadatan sapi dalam kandang serta sediakan tempat/wadah makan dan minum sesuai jumlah sapi yang dipelihara. Kondisi lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kesejahteraan hewan dan hasil produksi.
  • Menjaga kebersihan dan sanitasi kandang yang baik. Lakukan pembersihan kandang minimal dua kali sehari. Dengan menjaga kebersihan lingkungan dengan baik maka risiko kejadian mastitis akan berkurang. Lakukan desinfeksi kandang secara rutin menggunakan Antisep, Neo Antisep, Formades atau Sporades.
  • Manajemen pemerahan yang baik perlu diperhatikan karena mastitis biasa terjadi dari satu sapi ke sapi lain dan dari kuarter terinfeksi ke kuartir normal melalui tangan pemerah, kain pembersih dan mesin pemerah. Lakukan pembersihan lantai kandang sebelum pemerahan, pembersihan daerah kaki belakang, ambing dan puting dengan air mengalir dan sabun atau desinfektan serta dipping puting sebelum diperah (contoh dengan Neo Antisep), pemerah cuci tangan dengan sabun, peralatan perah dalam keadaan bersih dan kering, serta setelah diperah sapi diberi pakan supaya posisi sapi tetap berdiri untuk menghindari sapi duduk dan kuman masuk ke dalam puting yang masih terbuka sesaat setelah diperah. Pastikan semua susu diperah secara tuntas untuk mencegah mastitis. Lakukan celup puting ambing ke dalam cairan Neo Antisep setelah selesai dilakukan pemerahan. Waktu pemerahan sebaiknya tetap dan konsisten setiap hari.
  • Catat siklus reproduksi, kebuntingan, dan kelahiran dengan baik. Lakukan penanganan pasca-kelahiran dengan tepat agar sapi cepat kembali produktif. Lakukan manajemen kering kandang secara tepat 3 minggu sebelum dan 3 minggu setelah kelahiran untuk mempersiapkan sapi pascakelahiran dan meningkatkan produksi susu pada periode laktasi berikutnya

Suplemen Herbal Penambah Produksi Susu

Berikan suportif herbal seperti Mastigrin untuk mencegah mastitis, serta mempunyai manfaat lebih untuk meningkatkan produksi susu. Dengan keunggulan seperti tidak ada withdrawl time/waktu henti obat, tidak ada residu obat, serta aman digunakan selama periode laktasi. Berikan juga suplemen untuk membantu meningkatkan produksi susu. Mastigrin sebagai suplemen herbal dapat diberikan selama periode transisi (3 minggu sebelum beranak) sampai dengan 10 bulan masa laktasi. Beberapa senyawa herbal dalam suplemen Mastigrin memberikan manfaat sebagai antiinflamasi dan antibakteri, serta untuk meningkatkan hormon prolaktin dalam membantu melancarkan produksi susu.

HB2
Mastigrin, suplemen herbal pencegah mastitis

Mastigrin merupakan suplemen alami berbentuk serbuk yang mengandung kombinasi ekstrak Zingiber officinale rosc, Moringa oleifera, dan Phyllanthus niruri. Ketiga tanaman ini merupakan tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk membantu mengurangi kejadian mastitis serta meningkatkan produksi susu pada ternak. Senyawa Gingerol pada Zingiber officinale bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase, yang terlibat dalam produksi prostaglandin dan leukotrien, senyawa yang memicu peradangan. Dengan menekan produksi senyawa-senyawa ini, gingerol membantu mengurangi peradangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gingerol dapat merusak membran sel bakteri dan mengganggu sistem transport pada bakteri, sehingga efektif melawan infeksi bakteri. Zingiber officinale untuk sapi perah juga terbukti dapat meningkatkan produksi susu. Penelitian menunjukkan bahwa ketika ditambahkan ke pakan sapi dapat meningkatkan kerja sistem pencernaannya, sehingga menghasilkan penyerapan nutrisi yang lebih baik dan kesehatan usus yang lebih baik secara keseluruhan yang selanjutnya berdampak pada produksi susu.

Moringa oleifera mengandung senyawa Phytosterol, yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin dalam tubuh ternak. Prolaktin adalah hormon yang berperan penting dalam produksi susu. Phyllanthus niruri, mengandung senyawa seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, lignan dan phyllantin dapat meningkatkan fungsi rumen, mendorong penyerapan nutrisi, dan mengurangi stres oksidatif. Secara tidak langsung dapat mendukung peningkatan produksi susu pada sapi perah dengan meningkatkan kesehatan dan meningkatkan penyerapan nutrisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa bioaktif flavonoid dan saponin dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menghambat aktivitas perbanyakan sel (antibakteri).

HB3 e1751346068632
Pemberian Mastigrin pada pakan sapi perah

Dengan beberapa perlakuan yang dijelaskan di atas diharapkan agar dapat turut membantu mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi susu sapi berkualitas. Salam.

Bagikan Artikel:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.