Strategi Pemberian Pakan Sapi Penggemukan

Daftar isi

Dalam menjalankan usaha budidaya ternak sapi potong, keberhasilan usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, manajemen, nutrisi, dan lingkungan. Dari seluruh faktor tersebut, faktor manajemen mempunyai andil paling besar sebagai penentu keberhasilan usaha, dan manajemen pakan merupakan salah satu komponennya.

Program Penggemukan Sapi Potong

Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi potong dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan bobot badannya dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu singkat, peternak harus mengelola manajemen pakan dengan baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Di luar negeri, penggemukan sapi potong dilakukan dengan sistem pasture fattening (sapi digembalakan di padang rumput), dry lot fattening (sapi berada di kandang selama dibudidayakan), atau kombinasi keduanya. Sedangkan di Indonesia, sistem yang digunakan umumnya adalah sistem dry lot fattening atau lebih dikenal dengan sistem intensif. Pada sistem ini, sapi potong berada di kandang sepanjang waktu sehingga peternak bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyediakan pakan hijauan dan konsentrat yang dibutuhkan oleh sapi.

Pakan untuk Penggemukan Sapi Potong

Pertambahan bobot badan sapi harian yang dihasilkan pada sistem intensif sampai saat ini masih bervariasi dan terutama bergantung dari pakan yang diberikan. Bahan pakan utama sapi penggemukan terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berasal dari rumput unggul (rumput gajah dan rumput raja), rumput lokal/rumput lapangan, dan leguminosa (lamtoro, gamal, dll), serta limbah pertanian (limbah kacang tanah, limbah jagung, dll). Sedangkan konsentrat tersusun atas beberapa campuran bahan pakan seperti dedak, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain sebagainya.

Setiap hari sapi potong membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot badannya. Untuk komposisinya terdiri dari 30% pakan hijauan (dalam bahan kering) dan 70% konsentrat (dalam bahan kering). Namun begitu, di lapangan ada pula peternak yang memberikan pakan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 25% : 75% atau maksimal 20% : 80%. Semakin tinggi pemberian konsentrat, maka semakin tinggi pula asupan energi untuk sapi potong tersebut. Pemberian konsentrat saat program penggemukan memang dianjurkan lebih banyak porsinya karena sapi membutuhkan banyak energi untuk hidup pokok dan pertumbuhan bobot badan yang cepat (dalam hal ini pembentukan jaringan otot dan perlemakan yang lebih tinggi). Adapun manajemen pakan yang dapat diterapkan diantaranya:

  • Lakukan proses chopping pada pakan hijauan (dipotong-potong dalam bentuk kecil) sebelum diberikan agar mudah dikonsumsi sapi. Selain itu, sapi menyukai hijauan yang sudah di-chopping. Jika tidak di-chopping, maka sapi cenderung memakan hijauan bagian daunnya saja, tidak dengan bagian batangnya.
  • Contoh jadwal pemberian pakan sapi potong, yaitu:
    Pukul 07.00: ¼ porsi hijauan dan ½ porsi konsentrat. Berikan pakan konsentrat terlebih dahulu. Setelah konsentrat habis, baru berikan pakan hijauan.
    Pukul 12.00: ½ porsi hijauan
    Pukul 15.00: ½ porsi konsentrat
    Pukul 17.00: ¼ porsi hijauan
  • Berikan air minum secara adlibitum (tidak terbatas)
  • Tambahkan premiks Mix Plus Cattle Pro ke dalam konsentrat sapi untuk membantu meningkatkan konsumsi serta menyediakan kebutuhan nutrisi mikro bagi sapi potong. Tambahkan juga molases karena memiliki rasa manis dan sangat wangi sehingga disukai oleh sapi.
HB 1
Pemberian pakan sapi penggemukan

Ketika Nafsu Makan Sapi Menurun

Kasus penurunan nafsu makan atau rendahnya konsumsi pakan pada sapi potong terkadang sering terjadi. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010), ada beberapa faktor yang bisa menurunkan tingkat konsumsi ransum pada sapi potong diantaranya:

1. Sistem pemeliharaan

Ada 3 macam sistem pemeliharaan sapi potong, yaitu sistem ekstensif (digembalakan), intensif (full di dalam kandang) dan semi-intensif (pagi hari digembalakan dan malam hari dimasukkan dalam kandang) (Hernowo, 2006). Masalah rendahnya konsumsi biasanya akan muncul ketika sapi potong yang tadinya dipelihara di padang penggembalaan, kemudian dipindahkan ke dalam kandang untuk dipelihara secara intensif. Hal ini terjadi karena alaminya ternak sapi lebih menyukai pakan hijauan/rumput-rumputan yang ada di ladang penggembalaan. Saat dipelihara secara intensif (program fattening/penggemukan, red) dengan pemberian pakan kombinasi hijauan dan konsentrat, maka pada awal pemeliharaan konsentrat yang dikonsumsi hanya sedikit. Atau dengan kata lain nafsu makan terhadap konsentrat rendah. Untuk itu perlu waktu adaptasi bagi sapi.

2. Kualitas ransum

Kualitas ransum, baik dari segi fisik maupun kandungan nutrisi, mampu mempengaruhi konsumsi. Dari segi fisik, sapi menyukai pakan yang masih baru/segar. Sapi juga termasuk ternak yang akan memilih pakan yang disukainya. Contohnya saat digembalakan, sapi akan lebih dulu memakan hijauan yang muda dibandingkan hijauan yang tua. Tingkat konsumsi sapi juga dipengaruhi oleh bentuk pakan hijauan yang disediakan peternak. Sapi menyukai hijauan yang sudah di-choping (dipotong-potong dalam bentuk kecil) terlebih dahulu. Jika tidak di-choping, maka sapi cenderung memakan hijauan bagian daunnya saja, tidak dengan bagian batangnya. Ini artinya, konsumsi hijauan akan turun dan menimbulkan pemborosan. Dari segi kandungan nutrisi, rendahnya kandungan serat kasar bisa menyebabkan konsumsi turun karena palatabilitas (tingkat kesukaan) pakan ikut turun. Contohnya pada kasus pemberian konsentrat berlebih dan pengurangan pakan hijauan, menyebabkan sapi mengalami sulit defekasi (sulit buang air besar) sehingga nafsu makannya pun akan langsung turun.

3. Manajemen pemberian ransum

Pengaturan menu makan sapi (yang terdiri dari hijauan dan konsentrat) yang salah bisa menurunkan konsumsi. Misalnya ketika di pagi hari peternak memberikan hijauan terlebih dahulu dibanding konsentrat. Tingginya kandungan serat kasar pada hijauan menyebabkan sapi cepat merasa kenyang sehingga jika konsentrat baru diberikan setelahnya, konsentrat yang dikonsumsi akan rendah.

4. Kondisi stres

Saat stres, respon ternak pertama kali adalah fokus meningkatkan laju metabolisme cadangan energi tubuh. Akibatnya laju pergerakan dan penyerapan usus melambat dan konsumsi pakan pun akan turun (Ferket dan Gernat, 2006). Kondisi stres pada sapi potong ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti heat stress, rendahnya kualitas udara, pergantian pakan mendadak, pindah kandang dan gangguan lain akibat perlakukan manusia (vaksinasi, pemasangan ear tag, dll).

5. Faktor penyakit

Penurunan konsumsi akibat serangan penyakit juga sering ditemukan pada pemeliharaan sapi potong. Ketika sapi sakit, organ kekebalannya akan bekerja mati-matian menghasilkan antibodi. Semakin banyak antibodi diproduksi, akan semakin besar pula energi yang diperlukan untuk membentuk antibodi tersebut. Akibatnya sapi akan terlihat lesu, lemah dan lebih memilih “diam” tidak melakukan aktivitas makan. Salah satu penyakit yang dapat menurunkan nafsu makan dan konsumsi pada sapi potong adalah penyakit mulut dan kuku (PMK). Gangguan lainnya yang sering terjadi adalah penyakit kulit akibat ektoparasit. Serangan ektoparasit akan membuat sapi gelisah, tidak bisa diam dan mencoba menggesek-gesek bagian tubuhnya ke bagian kandang. Gangguan tersebut secara tidak langsung menyebabkan aktivitas makannya menurun.

Agar Konsumsi Pakan Sesuai Standar

Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan agar konsumsi pakan pada sapi potong kembali normal dan sesuai dengan standar.

  • Pastikan kualitas fisik pakan sapi, terutama konsentrat, masih bagus dan segar. Jika perlu lakukan pembolak-balikkan pakan konsentrat sesering mungkin agar sapi tertarik untuk makan.
  • Lakukan proses chopping pada hijauan sebelum diberikan.
  • Berikan pakan konsentrat terlebih dahulu, baru pakan hijauan. Atau konsentrat dan hijauan yang telah di-chopping dicampur dan diberikan bersama-sama.
  • Lakukan pergantian pakan secara bertahap. Contohnya saat sapi dipindahkan ke kandang intensif, berikan waktu adaptasi dengan memberikan konsentrat sedikit demi sedikit tiap harinya dengan dicampur bersama hijauan.
  • Minimalkan faktor stres dengan membuat kandang yang teduh dan sirkulasi udaranya lancar. Atur kepadatan sapi dalam kandang serta sediakan tempat/wadah makan dan minum sesuai jumlah sapi yang dipelihara.
  • Pada awal masa penggemukan, sapi potong terlebih dahulu diberikan obat cacing seperti Wormzol-B/Wormzol Suspensi/Wormectin Liquid. Ulangi pemberian obat 3 bulan kemudian.
  • Berikan multivitamin seperti Injekvit B-Plex atau Vita B-Plex Bolus Extra Flavor untuk meningkatkan nafsu makan sekaligus menjaga daya tahan tubuh sapi. Vitamin B mampu meningkatkan proses metabolisme sehingga pemanfaatan nutrisi oleh tubuh lebih maksimal. Penyerapan nutrisi yang baik akan menyebabkan rasa lapar lebih cepat muncul, sehingga nafsu makan ayam pun akan meningkat. Selain itu, pemberian Digesfit juga mampu meningkatkan nafsu makan, memperbaiki kecernaan dan gangguan pencernaan pada sapi.
  • Untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu makan sapi potong dan meningkatkan metabolisme serta penyerapan nutrisi pakan, berikan suplemen vitamin seperti Vitamin ADE-Plex Inj. ADE-Plex Inj tidak hanya dapat diberikan saat sapi potong dewasa, namun juga sangat baik diberikan ketika sapi potong masih berusia muda.
Bagikan Artikel:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.