Performa ayam terutama untuk ayam broiler, sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu genetik, lingkungan, nutrisi dan manajemen. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, produktivitas dan kesehatan ayam. Penerapan manajemen baik manajemen pemeliharaan maupun manajemen kesehatan mempunyai peran yang cukup besar dalam pencapaian performa. Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen istirahat kandang, brooding, ventilasi, litter, air dan pakan. Keberhasilan masa awal mempunyai andil 50% bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan ayam. Perhatian dan penanganan secara intensif perlu diterapkan pada masa brooding karena serangkaian proses yang terjadi dalam tubuh ayam begitu penting. Kegagalan pada masa awal pemeliharan akan mempersulit pencapaian produktivitas yang optimal pada fase pemeliharaan ayam berikutnya.

Penerapan manajemen kesehatan yang baik bertujuan untuk menjaga ayam tetap sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan program vaksinasi yang sesuai, program suplementasi dan medikasi serta program biosecurity yang ketat. Manajemn kesehatan saluran pencernaan merupakan salah satu faktor keberhasilan untuk kesehatan dan pengendalian penyakit. Kesehatan saluran pencernaan dan nutrisi akan saling berkaitan satu sama lain. Seperti yang telah kita ketahui bahwa saluran pencernaan merupakan organ yang berperan dalam menerima ransum, mencerna, menyerap nutrisi, serta mengeluarkan sisa ransum yang tidak terserap. Pemanfaatan nutrisi ransum hanya dapat dicapai secara optimal jika saluran pencernaan dalam keadaan sehat. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai saluran pencernaan ayam berfungsi baik antara lain:
- Kecernaan dan penyerapan nutrisi ransum yang baik.
- Kejadian ayam sakit atau mati akibat gangguan pencernaan sangat rendah
- Feed Convertion Ratio (FCR) sangat baik (sesuai standar)
- Bau feses yang dihasilkan sangat minim
Kesehatan saluran pencernaan perlu diperhatikan karena berperan sebagai tempat penyerapan nutrisi serta untuk menjaga sistem kerja jaringan gut-associated lymphoid tissue atau GALT. Saluran pencernaan sepanjang usus halus dan usus besar mengandung jaringan limfoid yang tersebar di dalam epitel, lamina propia, atau berupa lempeng peyer’s patches. GALT merupakan bagian dari jaringan limfoid yang berfungsi sebagai tempat respon kekebalan mukosa untuk menghasilkan antibodi dan menerima rangsangan respon imun mukosal (Marsetyawan, 1993).
Pada ternak yang terserang penyakit pencernaan, saluran pencernaan terutama mukosa usus akan mengalami kerusakan yang menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi. Sehingga menimbulkan dampak seperti gangguan pertumbuhan, keseragaman yang rendah, peningkatan FCR dan peningkatan kematian. Saluran pencernaan ayam yang baik dapat tergambar dari ukuran usus panjang dan diameter yang besar sehingga villi dan kripta berkembang sehingga area penyerapan dapat optimal. Kecernaan dan penyerapan nutrisi ransum yang baik dapat ditandai dengan nilai FCR yang rendah dan mortalitas yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas organ pencernaan:
- Manajemen awal pemeliharaan yg baik
Pemberian pakan segera saat kedatangan ayam, penerapan manajemen brooding yang baik, pertumbuhan organ pencernaan yang optimal, penyerapan kuning telur yang optimal.
- Mikroflora usus
Menjaga agar mikroflora usus tetap berimbang dan bakteri patogen tidak berkembang berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian probiotik, prebiotik, acidifier, enzim.
- Kualitas ransum
Memastikan nutrisi tercapai tiap harinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Berikan pakan secara ad libitum (terutama fase starter), kontrol pemberian pakan secara rutin untuk memastikan ayam mendapat pakan sesuai kebutuhan. Sesuaikan nutrisi pakan dengan fase pertumbuhan. Ransum yang mengandung racun jamur (mikotoksin) dapat merusak organ pencernaan seperti usus, gizzard/ampela dan hati. Hal yang tak kalah penting adalah memperhatikan gudang penyimpanan dan tempat pakan.
- Meminimalkan risiko paparan agen penyakit
Penerapan biosecurity yang baik akan mengurangi risiko ayam terinfeksi penyakit saluran pencernaan.
Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan Pencernaan
Gangguan kesehatan pencernaan pada ayam disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari pakan, kondisi lingkungan, maupun penyakit yang menyerang. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
- Kualitas ransum dan air minum
- Adanya jamur dan mikotoksin dalam pakan
- Tantangan penyakit pencernaan (Necrotic enteritis, koksidiosis, colibacillosis)
- Keseimbangan mikroflora usus
- Ayam mengalami stres
- Gangguan sistem kekebalandi pencernaan


Keseimbangan mikroflora atau bakteri yang dari awal sudah ada di dalam usus pada dasarnya bersifat dinamis, tergantung dari kondisi usus tersebut. Dalam kondisi seimbang, mikroflora akan memberi keuntungan bagi hospes/inang. Namun, apabila keseimbangannya terganggu maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap morfologi saluran pencernaan, munculnya infeksi bakterial pencernaan hingga merusak sistem kekebalan tubuh ayam. Bakteri yang secara normal berada di dalam saluran pencernaan ayam pun bisa ikut menginfeksi seperti bakteri Clostridium perfringens (penyebab penyakit NE) saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman maka outbreak NE dapat terjadi. Hal ini dipicu oleh kondisi tubuh ayam yang menurun, sedangkan bakteri terus bertambah konsentrasinya. Konsentrasi bakteri yang tinggi dalam usus bisa dikeluarkan melalui feses dan juga dapat menginfeksi ayam lain. Bakteri tersebut dapat menyebabkan peradangan dan penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh usus dan mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah gejala diare.
Menjaga Kesehatan Pencernaan Ayam
Untuk menjaga kesehatan pencernaan ayam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
1. Penyediaan dan pemberian ransum dengan nilai nutrisi yang tepat, jumlah ransum sesuai kebutuhan, serta tidak memberikan ransum yang sudah menggumpal atau mengandung jamur. Perhatikan pula kondisi tempat penyimpanan ransum baik dari suhu dan kelembabannya, serta pastikan aman dari tikus atau serangga lainnya. Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Selain itu lakukan pembolak-balikan ransum secara periodik untuk meningkatkan nafsu makan.
2. Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam
- Lakukan pembersihan kandang. Kebersihan kandang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan dan performa ayam. Saat kondisi kandang bersih, konsentrasi bibit penyakit akan berkurang sehingga tantangan penyakit akan menurun dan ayam bebas dari penyakit pencernaan.
- Setelah bersih dilanjutkan dengan pengapuran. Pengapuran kandang perlu dilakukan untuk mengurangi bibit penyakit, salah satunya koksidia penyebab koksidiosis.
- Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit.
- Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep.
- Kontrol kualitas air minum meliputi fisik (jernih, tidak berwarna dan berbau), kimia (pH netral dan tidak bersifat sadah) dan biologi (bebas dari cemaran E. Coli, Salmonella sp. atau mikroorganisme penyebab penyakit lainnya). Lakukan sanitasi air minum (Desinsep) jika sumber air positif tercemar E. Coli serta bakteri lain. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga kebersihan tempat minum dari kontaminasi seperti feses dan litter.
- Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang.
3. Mengoptimalkan kesehatan saluran pencernaan serta menjaga keseimbangan mikroflora usus. Untuk menjaga kesehatan dan performa sistem pencernaan dapat diberikan produk tambahan, misalnya feed additive herbal. Herbal diketahui memiliki berbagai nutrisi dan senyawa yang berkhasiat dan berfungsi sebagai suplemen, antibakteri, antiparasit, maupun antiprotozoa. Optigrin merupakan feed additive dengan kandungan herbal yang dapat membantu memelihara kesehatan saluran pencernaan unggas sehingga performa optimal. Optigrin juga memiliki sifat antibakteri dan antiprotozoa sehingga efektif menekan pertumbuhan mikroba patogen (alternatif pengganti AGP). Optigrin juga dapat meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh terhadap agen penyakit.
Setelah menetas merupakan periode paling kritis dalam kehidupan ayam broiler. Ketika anak ayam keluar dari telur, sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya masih belum matang, dan ayam tersebut belum siap menghadapi tantangan yang menghadangnya. Perubahan peralihan ke pernapasan udara; pengaturan suhu tubuh; dan transisi dari nutrisi lipid kuning telur ke nutrisi makanan kompleks. Perubahan-perubahan ini berkaitan dengan perkembangan fisik dan fungsional saluran pencernaan Gastrointestinal Track (GIT) serta pematangan kekebalan aktif. Akibatnya, kapasitas untuk mencerna pakan, menyerap, dan mengangkut nutrisi terbatas selama awal kehidupan ayam broiler. Untuk mencapai potensi genetik ayam broiler modern, neonatus harus cepat beradaptasi untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi secara efisien dari sumber makanan eksogen kompleks yang energinya sebagian besar berasal dari karbohidrat.
Sistem imun unggas hanya berkembang sebagian saat menetas. Perkembangan sistem ini, khususnya imunitas yang berhubungan dengan usus, merespons pemberian makanan awal dan nutrisi makanan dan sangat penting untuk perlindungan terhadap organisme eksogen selama minggu ke-1.
Peran mikrobioma, atau kekurangannya, dalam perkembangan keseluruhan anak ayam yang baru menetas tidak dapat diabaikan. Komunitas mikroba kompleks pada saluran pencernaan memainkan peran penting dalam produksi dengan membantu perkembangan struktur usus, pencernaan, perlindungan terhadap patogen, dan pematangan sistem imun inang. Saluran pencernaan tukik steril tetapi cepat dikolonisasi oleh mikrobioma melalui pakan dan lingkungan. Mikrobioma yang stabil, dengan keanekaragaman spesies yang tinggi dan distribusi spesies dominan yang merata, tampaknya terbentuk pada minggu ketiga kehidupan. Mikrobioma usus mengandung berbagai spesies bakteri yang merupakan konsumen berat asam amino (AA) dan energi untuk pertumbuhan dan kolonisasinya. Dengan demikian, tidak adanya atau rendahnya populasi bakteri selama minggu ke-1 dapat memberikan keuntungan bagi inang dalam hal pemanfaatan nutrisi.
Pertumbuhan dan Perkembangan Saluran Cerna
Setelah keluar dari kantung kuning telur, anak ayam perlu beradaptasi dengan cepat dari mendapatkan kebutuhan nutrisinya dari lipid kantung kuning telur hingga memanfaatkan diet yang sebagian besar berbasis karbohidrat. Untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan pemeliharaan anak ayam yang tumbuh cepat, sistem pencernaan diperlukan untuk mencerna dan menyerap nutrisi eksogen pada tingkat yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, anak ayam menempatkan prioritas tinggi pada pertumbuhan usus untuk memastikan bahwa fungsi pasokan nutrisi terpenuhi. Selain arsitektur fisik GIT, fungsi penghalang yang kuat dan sistem kekebalan tubuh harus dalam kondisi optimal.
Pertumbuhan saluran pencernaan terjadi secara alometrik, dengan komponen GIT tumbuh pada tingkat yang berbeda dari bagian tubuh lainnya. Pada hari-hari setelah menetas, berat proventrikulus, gizzard, dan usus halus meningkat lebih cepat dalam kaitannya dengan berat badan daripada organ dan jaringan lainnya. Pertumbuhan ini maksimal antara umur 4 dan 8 hari dan setelah itu ada penurunan relatif. Massa usus halus meningkat hampir enam kali lipat dalam 7 hari pertama. mengamati bahwa berat usus relatif meningkat empat kali lipat dari menetas hingga umur 4 hari dan bahwa berat organ pencernaan proporsional maksimum dicapai antara umur 3 dan 8 hari. Berat usus menurun dari umur 7 hari hingga 21 hari. Iji et al. melaporkan bahwa berat relatif GIT dan organ pencernaan melebihi berat badan yang bertambah pada periode awal kehidupan dan berat usus puncak dicapai antara hari ke 7 sampai 14. Panjang usus halus dan segmen komponen individualnya juga meningkat seiring bertambahnya usia .
Nitsan et al. [ 27 ] menemukan bahwa berat relatif duodenum, jejunum, dan ileum mencapai maksimum pada umur 6 hari dan menurun setelahnya. Hasil serupa diperoleh oleh Nir et al. [ 4 ], dengan berat relatif maksimum usus halus terjadi pada umur 5 hari, dan oleh Nitsan et al. [ 3 ], yang menunjukkan laju pertumbuhan relatif maksimum 4 kali lipat dari pertambahan berat badan pada umur 8 hari. Iji et al. [ 28 ] dan Murakami et al. [ 29 ] juga menunjukkan berat usus halus yang relatif maksimal pada umur 7 hari dan menurun setelahnya. Ravindran et al. [ 40 ] menemukan bahwa berat relatif segmen usus (duodenum, jejunum, dan ileum) maksimal selama minggu ke-1 dan ke-2 kehidupan dan menurun dengan cepat setelahnya. Pengamatan ini mendukung premis bahwa percepatan perkembangan organ suplai segera setelah menetas merupakan prasyarat bagi pertumbuhan otot pasca-menetas yang berkelanjutan pada ayam pedaging yang tumbuh cepat. Namun, massa usus, yang diukur dalam satuan g jaringan/cm jaringan, terus meningkat sejak menetas hingga usia 35 hari. Temuan ini menunjukkan bahwa, meskipun ukuran relatif usus menurun seiring bertambahnya usia, penurunan ini dikompensasi oleh peningkatan massa usus untuk mendukung fungsi suplai nutrisi ke jaringan yang dibutuhkan.
Ampela dikenal sebagai ‘pemacu’ motilitas usus normal. Selain berkontribusi pada aksi penggilingan, peningkatan aktivitas ampela memungkinkan refluks lambung dan/atau usus yang lebih besar [ 41 ], sehingga meningkatkan pencampuran digesta dengan enzim dan pencernaan nutrisi. Pada saat menetas, ampela adalah organ terbesar yang terkait dengan GIT dan bahkan lebih besar dari hati (52 vs. 33 g/kg berat badan). Namun, berat relatif ampela terus menurun seiring bertambahnya usia [ 40 ].
Nitsan et al. [ 3 ] menunjukkan peningkatan berat pankreas relatif hingga umur 8 hari, pada tahap mana pankreas memiliki laju pertumbuhan alometrik sekitar 4 kali lipat dari pertumbuhan tubuh. Setelah 8 hari, laju tersebut menurun dan pada hari ke-23 laju pertumbuhan alometrik pankreas adalah 1,5 kali lipat dari berat tubuh. Dalam penelitian ini, hati mencapai laju pertumbuhan alometrik maksimum dua pada hari ke-11 dan pada hari ke-15 laju ini menurun hingga serupa dengan pertumbuhan tubuh. Dalam penelitian selanjutnya, Nitsan et al. [ 27 ] menunjukkan bahwa berat hati dan pankreas relatif mencapai puncaknya pada umur 6 dan 9 hari, berturut-turut.
Pinchasov [ 42 ] menunjukkan bahwa berat relatif GIT, hati, dan pankreas anak ayam broiler meningkat dalam 24 jam pertama setelah menetas terlepas dari apakah anak ayam tersebut diberi makan, meskipun peningkatannya lebih besar pada anak ayam yang diberi makan. Pola pertumbuhan organ yang serupa diamati pada anak ayam broiler oleh Murakami et al. [ 29 ].
Pematangan Mukosa Usus
Fungsionalitas GIT sangat terkait dengan struktur mikroskopisnya. Arsitektur GIT tidak berkembang dengan baik selama minggu pertama kehidupan tetapi cepat matang seiring bertambahnya usia. Peningkatan dramatis pasca-menetas yang diamati pada berat dan panjang usus halus dapat dianggap sepele jika dibandingkan dengan pertumbuhan mukosa usus. Perubahan tinggi vilus, kedalaman kripta, dan ketebalan submukosa berkontribusi besar terhadap penyerapan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan oleh anak ayam yang baru menetas. Peningkatan panjang dan diameter segmen usus juga akan sangat memengaruhi luas permukaan yang tersedia untuk penyerapan.
Uni et al. [ 44 ] menemukan bahwa tinggi dan luas vili meningkat dengan cepat pada tingkat yang berbeda di tiga segmen usus sebesar 25–100% antara hari ke-4 dan ke-10 pasca penetasan dan peningkatan tersebut khususnya terlihat jelas di jejunum dan ileum. Kedalaman kripta, yang mencerminkan aktivitas enterosit, meningkat hingga hari ke-10. Laju pematangan juga meningkat secara linear di segmen-segmen ini hingga hari ke-10. Diamati bahwa tinggi dan keliling vili meningkat sebesar 34% hingga 100% di semua segmen usus halus antara hari ke-4 dan ke-10. Kedalaman kripta dan jumlah enterosit per vili juga meningkat seiring bertambahnya usia. Demikian pula, Uni et al. [ 45 ] melaporkan bahwa vili jejunum dan perkembangan kripta terjadi dengan cepat dalam 4 hingga 5 hari setelah penetasan, dengan sebagian besar sel epitel berproliferasi pada titik ini. Noy dan Sklan [ 5 ] melaporkan bahwa laju pertumbuhan vili duodenum terbesar terjadi sekitar atau sebelum umur 4 hari, sedangkan laju pertumbuhan vili jejunum dan ileum mencapai puncaknya pada hari ke-10.
Uni et al. [ 38 ] mengamati bahwa volume vilus di duodenum, jejunum, dan ileum. Besarnya peningkatan seiring bertambahnya usia paling besar di duodenum dan paling kecil di ileum. Jumlah enterosit per vilus serupa di semua segmen dan sedikit berubah seiring bertambahnya usia. Kedalaman kripta meningkat 2 hingga 3 kali lipat seiring bertambahnya usia dan paling besar di duodenum.
Iji et al. [ 28 ] menemukan bahwa, meskipun mukosa usus secara struktural hadir saat menetas, ia matang dengan cepat seiring bertambahnya usia melalui proliferasi sel awal yang cepat, hipertrofi, dan peningkatan laju migrasi. Laju proliferasi sel mencapai puncaknya pada usia 7 hari dan migrasi seluler mencapai puncaknya pada usia 14 hari. Peningkatan proliferasi sel mungkin untuk mendukung pertumbuhan kripta dan vili. Geyra et al. [ 46 ] menemukan semua sel di sepanjang vili di semua segmen usus berproliferasi saat menetas. Proliferasi sel sensitif terhadap kekurangan pakan, tetapi, setelah pemberian makan kembali, proliferasi sel meningkat dengan cepat.
eleksi genetik yang terus berlanjut untuk pertumbuhan yang lebih cepat telah disertai dengan perubahan dalam perkembangan dan arsitektur GIT. Yamauchi dan rekan-rekannya di Universitas Kagawa, Jepang [ 47 , 48 ], meneliti perkembangan dan pematangan segmen-segmen intestinal dari berbagai galur ayam dalam serangkaian penelitian. Pekerjaan mereka mengkonfirmasi perbedaan yang nyata antara ayam pedaging yang tumbuh cepat dan anak ayam petelur yang tumbuh lambat, dengan anak ayam pedaging memiliki usus yang lebih panjang, berat, dan luas permukaannya. Uni et al. [ 49 ] melaporkan perbedaan yang serupa antara anak ayam galur berat (Arbor Acres) dan ringan (Lohman) dalam perkembangan intestinal. Uni et al. [ 44 ] menentukan morfologi intestinal pasca-menetas dari kedua galur ini secara paralel dengan sekresi enzim, waktu tempuh, dan pencernaan. Volume vili dan kepadatan enterosit lebih besar pada galur berat daripada galur ringan saat menetas dan laju perubahan seiring bertambahnya usia serupa pada kedua galur. Sekresi enzim per gram asupan pakan ke dalam duodenum lebih tinggi pada strain berat pada hari ke-4 setelah menetas, tetapi tidak ada perbedaan yang terlihat setelahnya. Retensi 50% lebih pendek pada strain ringan pada hari ke-4, tetapi perbedaannya tidak signifikan sejak hari ke-10. Peneliti lain [ 27 , 50 ] melaporkan perbedaan dan tren serupa dalam sekresi enzim antara galur dengan berat badan rendah dan tinggi.
Singkatnya, pertumbuhan mukosa usus melalui proliferasi dan hipertrofi sel berlangsung cepat selama minggu pertama kehidupan. Laju pertumbuhan bervariasi antar segmen usus, tetapi semuanya mencapai laju perkembangan maksimum antara hari ke-7 dan ke-14.
Pencernaan dan Pemanfaatan Nutrisi
Hasil dari perubahan perkembangan kompleks dalam struktur anatomi, fisiologi, dan fungsi GIT pada anak ayam broiler yang baru menetas tercermin dalam kecernaan nutrisi dan pemanfaatan energi. Perlu dicatat bahwa sebagian besar data yang dipublikasikan tentang kecernaan nutrisi pada anak ayam yang sangat muda diukur pada total GIT, yang dapat dipengaruhi oleh kontribusi nutrisi urin dan aksi modifikasi bakteri usus belakang [ 73 ]. Karena alasan ini, pengukuran kecernaan pada tingkat ileum lebih disukai tetapi menimbulkan kesulitan karena asupan pakan yang rendah pada anak ayam yang menyebabkan jumlah digesta ileum yang dikumpulkan untuk analisis laboratorium tidak memadai.
Sejumlah penelitian telah menyelidiki kecernaan nutrisi selama beberapa minggu pertama pasca menetas. Pencernaan pati dianggap tidak membatasi pada anak ayam yang baru menetas [ 74 , 75 ]. Anak ayam menetas dengan beberapa cadangan amilase, yang terakumulasi di pankreas selama beberapa hari terakhir perkembangan embrio [ 4 , 61 ], dan beradaptasi dengan baik terhadap pencernaan pati saat menetas. Aktivitas amilase tampaknya matang lebih cepat daripada enzim pencernaan lainnya.
Meskipun kuning telur mengandung kurang dari 1% karbohidrat dan anak ayam yang baru menetas tidak pernah menelan pakan apa pun, mukosa usus saat menetas mengandung aktivitas disakaridase tingkat tinggi [ 38 ]. Noy dan Sklan [ 66 ] menemukan bahwa sekresi duodenum bersih amilase, tripsin, dan lipase rendah pada 4 hari dan meningkat masing-masing 100-, 50-, dan 20-kali lipat, pada 21 hari. Kecernaan pati total saluran meningkat dengan cepat selama hari-hari pertama setelah menetas dan nilai 97% dicapai pada hari ke-4 dan ke-8 kehidupan pada anak ayam tipe layer dan broiler, masing-masing [ 76 ]. Kecernaan pati yang tinggi sebesar 85–95% juga telah diamati pada anak ayam dalam penelitian lain [ 66 , 77 ]. Namun, anggapan tentang kecernaan pati yang hampir sempurna saat menetas dapat ditentang atas dasar bahwa itu diukur di seluruh saluran dan mungkin telah dipengaruhi oleh tindakan modifikasi bakteri usus belakang. Di satu sisi, seperti yang disebutkan sebelumnya, ada kesulitan untuk mendapatkan jumlah digesta ileum yang cukup selama beberapa hari pertama pasca-menetas. Yang sama pentingnya, harus dicatat bahwa kondisi lintasan steady-state yang diperlukan untuk pengukuran kecernaan ileum menggunakan penanda yang tidak dapat dicerna dicapai hanya setelah hari ke-4 pasca-menetas [ 9 ] sebagian besar karena asupan pakan yang sangat rendah.
Optigrin
- Efektif : Terbukti dapat menekan pertumbuhan mikroba pathogen (alternatif pengganti AGP)
Optigrin mengandung carvacrol dan thymol yang memiliki sifat antibakteri dan antiprotozo
Optigrin membentuk lapisan pada filli usus sehingga sporozoit terhalang masuk ke dinding usus, Optigrin
menghambat multiplikasi Eimeria - Mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas
Optigrin mengandungasam rosmarinic yang memiliki sifat antioksidan kuat - Mengandung immunostimulan
Optigrin mengandungandrografolid yang mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti sel darah putihuntuk menyerang bakteri dan antigen - Aman, tidak menyebabkan residu dan resistensi
Berdasarkan data dari FDA secara umum produk dari derivat tanaman termasuk dalam kategori GRAS (GenerallyRecognized As Safe)yang tergolong aman/ tidak toksik pada penggunaan sesuai anjuran