Permintaan daging dan telur itik semakin diminati di kalangan masyarakat. Disamping komoditas usaha ternak ayam, banyak orang yang terjun memulai bisnis budi daya itik. Namun dalam menjalankan usaha pemeliharaan ternak tidak luput dari upaya menjaga ternak tetap sehat dan berproduksi maksimal. Sama halnya dengan ayam, terdapat beberapa penyakit yang sering menyerang itik. Meskipun itik relatif lebih tahan terhadap penyakit namun karakteristik itik mudah stres terhadap perubahan mendadak pola pemeliharaan hingga perubahan pakan. Upaya pencegahan penyakit tetap penting dan akan lebih mudah dibanding pemberian pengobatan saat ternak itik sudah terinfeksi penyakit.

Potensi Produksi Itik Pedaging dan Petelur

Itik merupakan jenis unggas dengan hasil telur dan daging sebagai sumber protein hewani yang tidak kalah populer. Berdasarkan data statistik peternakan tahun 2021, populasi itik di Indonesia mecapai sekitar 50 juta ekor. Populasi dari tahun 2020 sampai dengan 2021 tercatat meningkat sekitar 2 juta ekor. Potensi beternak itik di Indonesia juga terbukti dengan beragamnya jenis itik lokal dan persilangan yang kemampuannya sudah teruji mulai dari hasil genetik hingga adaptasi lingkungan, seperti berikut:

  • Itik petelur

Itik petelur dengan keunggulan pertumbuhan cepat, bobot badan sedang, bentuk badan tinggi dan dominan tulang besar, produksi telur tinggi. Contohnya itik lokal di Indonesia seperti Itik Alabio dan Itik Mojosari.

  • Itik pedaging

Itik pedaging dengan keunggulan seperti pertumbuhan cepat, bobot badan besar, bentuk badan bulat, dagingnya banyak pada dada dan paha. Contoh itik pedaging yang biasa dibudi dayakan seperti Itik Peking, Itik Serati, dan Entog.

Penyakit yang Menyerang Itik

Beberapa kondisi pemicu terjadinya penyakit pada itik di antaranya :

  • Sanitasi buruk

Kurangnya kebersihan dari kandang terutama dari feses karena pada kandang yang kotor akan mudah menyebarkan penyakit. Litter yang lembap ditambah feses yang menumpuk mengakibatkan kadar amonia meningkat dan bisa menyebabkan gangguan pernapasan pada ternak.

  • Biosekuriti yang kurang ketat

Kurangnya pengawasan dan perlindungan ternak dari bibit penyakit yang berasal dari luar kandang dan luar peternakan. Seperti kontak dengan tamu atau pegawai tidak sesuai SOP kandang, hewan lain berkeliaran, itik sakit, dll.

  • Kepadatan ternak dalam satu kandang

Tingginya kepadatan dapat menyebabkan tekanan kandang lebih tinggi dan sirkulasi udara tidak berjalan baik. Risiko tingginya amonia disertai munculnya faktor imunosupresan seperti kondisi stres yang menyebabkan mudah terserangnya penyakit.

  • Umur ternak bervariasi

Penerapan sistem pemeliharaan multi age (banyak umur) juga dapat menjadi faktor predisposisi penyakit terutama penyakit snot atau coryza. Karena ketika itik terserang coryza kemudian sudah sembuh dapat bertindak sebagai carrier (pembawa). Secara klinis itik sudah sembuh namun masih membawa bakteri dan bisa menularkan ke itik sehat lainnya yang berada dalam satu populasi terutama pada itik yang lebih muda.

  • Faktor lingkungan dan manajemen lain

Pengaruh cuaca yang berubah-ubah secara ekstrem bisa membuat kondisi itik stres hingga mudah terserang penyakit. Pergantian pakan yang dilakukan mendadak juga bisa menyebabkan itik stres dan kondisi tubuh menurun.

Meski diperoleh genetik itik yang bagus namun tidak didukung dengan pemeliharaan dan kesehatannya yang dijaga baik, maka memudahkan itik terserang penyakit. Faktor non infeksius cenderung dipengaruhi oleh kesalahan manajemen yang dilakukan atau kekurangan nutrisi. Beberapa faktor non infeksius yang dapat mempengaruhi kesehatan itik di antaranya:

  • Defisiensi vitamin A

Kekurangan nutrisi seperti vitamin A dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan daya tahan tubuh itik menurun. Beberapa gejala itik yang kekurangan vitamin A di antaranya terlihat selalu mengantuk, keadaan kaki lemah, mata tertutup lendir berwarna putih, dan mudah terserang penyakit. Pada itik dewasa, kekurangan vitamin A menyebabkan turunnya produksi telur dan bobot badan.

  • Rickets Ducks

Penyakit satu ini membuat itik mengalami kelumpuhan karena defisiensi vitamin D yang sangat penting pada pertumbuhan tulang itik.

  • Amonia tinggi

Biasanya diakibatkan litter yang terlalu lembap, menggumpal hingga berjamur. Amonia yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Itik akan mengalami kesulitan bernapas, lemah, nafsu makan berkurang. Tidak jarang kejadian ini diikuti infeksi bakteri, virus, atau jamur hingga memperparah kondisi dan menyebabkan kematian.

  • Aflatoksikosis

Munculnya penyakit ini akibat aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Kondisi itik akan sangat lemah, jalan sempoyongan, bulu terlihat kusam, terjadi kelumpuhan dan akhirnya mati. Jika dibedah ditemukan perdarahan dan cairan pada rongga perut. Hati membesar bisa sampai lima kali ukuran normal dengan warna putih kekuningan dan mengeras.

Sedangkan faktor penyakit infeksius pada itik bisa disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan beberapa dibawahnya ini merupakan contoh penyakit yang sering menyerang itik:

  • Infectious Coryza (Snot)

Penyakit coryza pada itik sering disebut juga penyakit pilek menular. Penyebabnya yakni bakteri Haemophillus gallinarum. Pemicunya adalah perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Gejala klinis yang ditunjukkan yaitu muka dan mata itik bengkak, keluar lendir kental dari hidung dan nafsu makan menurun.

  • Duck Cholera (Kolera)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurela avicida. Penyakit ini berhubungan dengan sanitasi yang buruk dan genangan air di kandang itik. Gejalanya terlihat dari nafsu makan berkurang, keluar lendir dari mulut, feses hijau keputihan berlendir, gangguan pernapasan, serta daerah muka dan pial bengkak berisi perkejuan. Hati membesar, berwarna belang, serta terdapat bintik putih (nekrosa), perdarahan bintik-bintik dan menyebar di paru-paru, usus dan jantung.

  • Avian Influenza

Itik merupakan salah satu unggas yang dapat terserang virus Avian Influenza (AI). Pada saat fase starter dan grower, AI dapat menyebabkan kematian mendadak. Sedangkan untuk itik petelur di masa produksi juga menyerang dengan gejala penurunan produksi telur. Pada itik, serangan AI lebih nyata terjadi pada sistem saraf yaitu leher terpuntir (tortikolis), lumpuh, mata keabu-abuan, dan feses putih kehijauan. Dari bedah bangkai ditemukan paru-paru kehitaman, peradangan pada otak dan terdapat titik-titik hijau.

  • Newcastle Diseases (ND)

Gejala klinis yang tampak akibat ND masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ciri-ciri yang dapat dilihat dari luar adalah gangguan saluran pernapasan, seperti gasping atau terdengar suara ngorok. Gejala lain yang muncul seperti ayam lemas, nafsu makan turun, bulu kusam, diare berwarna hijau lumut bercampur putih serta masih ditemukan ayam yang mengalami tortikolis. Infeksi ND pada itik jarang disertai dengan gejala klinis, itik terkadang tampak normal namun juga berpotensi menyebarkan penyakit tersebut ke unggas lain.

  • Duck Hepatitis Virus (DHV)

Duck Hepatitis merupakan salah satu penyakit fatal pada itik muda (<6 minggu). Penyakit ini bisa menyebabkan mortalitas hingga 95% sejak gejala klinis muncul. Itik mengalami lesu seperti mengantuk, gangguan pernapasan, tremor, paralisis sayap, leher terpuntir dan kaki berputar-putar. Pada pemeriksaan anatomi ditemukan perubahan berupa hemoragi pada berbagai organ dengan perubahan yang menciri pada hati yang membesar, kehijauan dan terdapat nodul putih kekuningan.

  • Fowl Pox

Fowl Pox disebut sebagai penyakit cacar pada unggas, termasuk itik. Gejalanya seperti muncul bintik-bintik merah pada daerah muka pada itik dan mengalami kehilangan nafsu makan. Penyakit ini menular melalui lingkungan yang kurang bersih, kandang terlalu gelap, lembap dan pakan yang berkualitas rendah.

  • Avian paratyphoid (Salmonellosis)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis. Gejalanya itik mengalami diare putih seperti pasta, dan itik tidak dapat berdiri. Ketika dibedah, sekum menebal dan berisi perkejuan, adanya kematian jaringan pada hati dan terlihat titik-titik putih.

  • Colibacillosis

Infeksi umum unggas yang disebabkan oleh Escherichia coli ini menyebabkan penurunan daya tetas, infeksi kantung kuning telur (omphalitis), salpingitis, pericarditis (radang selaput jantung), perihepatitis (radang pada hati), dan peritonitis (radang selaput rongga perut).

Botulism

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridum botulinum yang banyak terdapat pada bangkai tikus atau bangkai bekicot busuk yang termakan oleh itik. Itik yang terserang akan menjadi lesu, sayap dan kaki lemas, diare putih kehijauan, leher itik lunglai dalam waktu 24-48 jam kemudian mati.

  • Bumblefoot atau kaki bengkak

Penyakit ini disebabkan bakteri Staphylococcus dan Streptococcus sp. Itik mengalami kaki bengkak terutama pada bagian persendian kaki atau paha bawah sehingga tidak dapat berjalan.

  • Koksidiosis

Penyakit yang disebabkan oleh protozoa Coccidia sp. ini menyebabkan itik mengalami diare encer bercampur darah, nafsu makan menurun dan lemah. Itik yang terserang koksidiosis sebagian besar mengalami perubahan organ saluran pencernaan bagian usus halus dan sekum.

  • Cacingan

Jenis-jenis cacing yang sering menyerang itik adalah cacing mata, cacing pita, dan cacing askaris. Itik cacingan akan mengalami keterlambatan pertumbuhan dan menurunnya daya tahan tubuh. Tanda paling umum yaitu tubuh itik kurus dengan bulu yang tidak teratur. Kemudian itik mengalami diare, sayap lemas terkulai dan pucat.

Vaksinasi Sebagai Pencegahan Terbaik

Vaksinasi bertujuan menggertak sistem kekebalan dalam tubuh guna menghasilkan daya tahan tubuh yang lebih optimal. Hal yang menentukan keberhasilan vaksinasi itik adalah program vaksinasi telah disesuaikan dengan kondisi setempat, waktu dan teknik pemberian vaksin tepat, dosis vaksin seragam, serta diberikan pada itik sehat. Pastikan alat suntik steril dan jarum tajam jika aplikasi vaksin melalui injeksi (suntikan).

Vaksin yang biasa diberikan pada itik yaitu vaksin ND, AI, dan coryza. Namun bukan berarti vaksin lain tidak perlu diberikan, seperti Fowl Pox. Berikut merupakan contoh panduan umum program vaksinasi (Tabel 1-3) yang bisa dilakukan pada itik pedaging dan petelur. Program vaksinasi ini tidaklah baku, namun dapat berbeda-beda di satu farm dengan farm yang lain. Hal ini bisa disesuaikan dengan riwayat serangan penyakit dan kondisi di lapangan.

Jika daerah tersebut rawan penyakit coryza, vaksinasi coryza dapat diberikan dari umur 4 hari pada itik pedaging. Pada umur 7-14 hari pada itik petelur menggunakan Medivac Coryza B, Medivac Coryza T, atau Medivac Coryza T Suspension. Sedangkan vaksinasi pox biasanya dilakukan itik petelur menggunakan Medivac Pox pada umur 73 hari atau ±10 minggu.

Maksimalkan Manajemen dan Suportif

Selain vaksinasi, upaya dalam menjaga kesehatan ternak itik diantaranya:

  1. Ciptakan kondisi yang nyaman untuk itik

Keberadaan ventilasi mutlak diperlukan untuk mendapatkan perputaran udara yang optimal. Itik menghabiskan juga sebagian waktunya di kolam atau di area basah, namun tetap membutuhkan area yang kering dan bersih di mana mereka dapat beristirahat, makan dan membersihkan bulunya. Ini memungkinkan mereka untuk membuat bulu mereka kedap air, yang melindungi kulit mereka dari cedera dan membantu menjaga tubuh mereka tetap hangat. Sesuaikan pula kepadatan kandang. Kandang yang leluasa dapat menjamin semua itik berkesempatan sama mendapat pakan, air minum, ruang gerak dan oksigen.

2. Perhatikan tata laksana pakan

Nutrisi yang lengkap sesuai kebutuhan dapat mencegah itik mengalami defisiensi yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan daya tahan tubuh itik menurun. Beri pakan itik dengan jagung kuning sebagai sumber vitamin A yang dibutuhkan sesuai komposisi nutrisi. Untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mikro lainnya bisa menambahkan premiks seperti Mineral Feed Supplement A.

Hal yang perlu diperhatikan juga saat melakukan pergantian pakan ke periode selanjutnya harus dilakukan secara bertahap agar ternak dapat beradaptasi dengan kualitas pakan yang baru. Pemberian pakan jangan sampai terlambat karena akan berpengaruh terhadap produksi telur. Pada umumnya pakan itik bertekstur lebih basah dibandingkan pakan itik sehingga perlu dikeruk secara rutin agar mencegah tumbuhnya jamur dari pakan yang lembap. Jika perlu tambahkan mold inhibitor seperti Fungitox untuk menghambat pertumbuhan jamur. Dan yang tak kalah penting saat kondisi lembap, terutama saat musim hujan, sebaiknya gunakan toxin binder (Freetox) untuk mengikat mikotoksin dalam pakan. Bahan baku pakan seperti dedak jagung sebaiknya disimpan dalam kondisi kering. Perhatikan pula kondisi tempat penyimpanan pakan baik dari suhu dan kelembapannya, serta pastikan aman dari tikus atau serangga lainnya.

3. Minimalisir bibit penyakit di lingkungan dan kandang

Upaya meminimalkannya dengan melakukan sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatan. Penyemprotan kandang dan lingkungan sekitarnya setiap minimal dua kali seminggu dengan Medisep/Antisep/Neo Antisep serta sanitasi air minum dengan Desinsep. Tempat pakan dan minum harus dicuci dan didesinfeksi secara rutin dengan Medisep. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm yang menempel pada pipa saluran air.

Terapkan pengontrolan lalu lintas orang yang keluar masuk kandang. Lebih ideal jika sebelum petugas/tamu masuk ke dalam kandang perlu mencuci tangan, mandi, menggunakan baju khusus kandang, serta menggunakan alas kaki (sepatu karet boots khusus) untuk masuk ke dalam kandang. Sediakan sarana celup kaki dan semprot badan menggunakan Antisep atau Medisep untuk petugas sebelum memasuki masing-masing kandang.

Kendalikan hewan liar seperti tikus, unggas liar atau hama serangga yang berkeliaran di kandang dan dapat menyebarkan bibit penyakit. Cegah dengan menggunakan insektisida. Selain itu, perlu dilakukan pemusnahan bangkai ternak yang mati dan tumpukan feses yang baik. Feses jangan dibiarkan menumpuk di dalam kandang karena menimbulkan kadar amonia yang tinggi dan memicu adanya lalat sebagai vektor penyakit seperti duck cholera.

4. Suplementasi

Suplementasi untuk itik bertujuan mengurangi stres, meningkatkan stamina dan daya tubuh itik, serta menjaga produktivitas optimal. Jenis suplemennya terdiri dari vitamin, mineral, asam amino, dan imunostimulan. Beberapa produk yang dapat diberikan antara lain Vita Stress, Imustim atau Turbo. Berikan obat herbal yang aman untuk itik seperti Fithera yang dapat mencegah infeksi bakterial dan protozoa seperti coryza, Colibacillosis dan koksidiosis. Program pencegahan cacingan yaitu dengan pemberian obat cacing. Pemberian obat cacing perlu dilakukan pengulangan yang disesuaikan dengan siklus hidup dari cacing yang akan dibasmi. Bisa dengan menggunakan Levamid atau Vermixon Sirop.

5. Melakukan pengamatan kesehatan itik secara berkala

Pengamatan kesehatan itik harus dilakukan secara berkala, yaitu saat pemberian pakan dan air minum, membersihkan feses, memberikan vaksin, atau kegiatan rutin lainnya. Tujuannya agar terpantau tanda-tanda awal yang muncul penyakit, seperti kurang nafsu makan atau gejala lainnya sehingga tindakan pengendalian bisa lebih cepat dilakukan.

6. Isolasi itik sakit

Itik sakit sebaiknya segera dipisahkan untuk memudahkan penanganan dan meminimalisir penularan terutama penyakit infeksius. Sedangkan itik yang mati segera keluarkan dari kandang dan dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

Upaya menjaga kesehatan ternak membutuhkan ketekunan dan kecermatan agar keberhasilan usaha yang didapat lebih maksimal. Semoga bermanfaat.

Kenali Penyakit pada Itik dan Pencegahannya
Tagged on:         

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin