Penyakit pernapasan, pencernaan dan reproduksi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus dapat menyebabkan penurunan produksi telur pada ayam layer dan penurunan bobot badan yang drastis pada ayam broiler. Penyakit menyebabkan berbagai disfungsi organ, baik itu organ pencernaan, pernapasan, saraf hingga organ reproduksi yang secara langsung berhubungan dengan produksi telur. Ditambah dengan pengaruh perubahan cuaca dan masalah lingkungan, gangguan penyakit ini menjadi sulit untuk diminimalisir. Mengawali tahun 2023, evaluasi kesehatan menjadi hal wajib agar kita sebagai peternak dapat meningkatkan lagi kewaspadaan terhadap risiko penyakit ayam yang bisa mengancam di peternakan.

Masalah Penyakit Unggas Sepanjang 2022

Tren penyakit yang menyerang unggas terutama ayam di sepanjang tahun 2022 cenderung sama dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh Tim Technical Education and Consultation (Grafik 1-3), penyakit yang banyak dan sering terjadi pada ayam broiler dan layer adalah penyakit bakterial. Penyakit pernapasan akibat infeksi bakteri selalu menempati peringkat 5 besar seperti CRD, CRD Kompleks, Colibacillosis dan Coryza. Penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini belum dapat ditekan tingkat kejadiannya dan beberapa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dikarenakan faktor predisposisi yang sering ditemui. Sedangkan untuk penyakit viral beberapa penyakit yang terjadi adalah Gumboro, ND, ILT, IB, IBH dan AI. Walaupun vaksinasi sudah dilakukan, tetap perlu memperhatikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi serta penerapan biosekuriti yang ketat.

Terlebih lagi kerap terjadi ketidakseimbangan antara bibit penyakit, lingkungan dan hospes (ayam) yang menyebabkan ayam mudah sakit. Hal ini bisa terjadi karena meningkatnya jumlah bibit penyakit di lingkungan atau menurunnya daya tahan tubuh ayam akibat perubahan lingkungan seperti perubahan cuaca yang ekstrem. Sehingga kita juga harus mengembangkan sistem pertahanan di luar tubuh ayam.

Pada ayam broiler

  • Penyakit bakterial masih mendominasi dari keseluruhan penyakit bahkan banyak terjadi pada sistem pernapasan (CRD, CRD Kompleks, Colibacillosis dan Coryza).
  • Dari data yang dikumpulkan hingga bulan Oktober, penyakit viral yang sering ditemukan adalah Gumboro, IBH, dan ND.
  • Tingkat kejadian penyakit IBH masih kedua tertinggi setelah Gumboro di antara penyakit viral lainnya pada ayam broiler.
  • Penyakit parasit yaitu koksidiosis masih cenderung sama dengan tahun sebelumnya dan kemungkinan mengalami peningkatan di masa musim hujan dari akhir tahun 2022 hingga Februari tahun ini.
  • Penyakit lainnya seperti infeksi jamur Aspergillus dan kejadian heat stress masih ditemukan.
  • Ditemukan juga beberapa kasus malaria di lapangan dengan faktor pendukung salah satunya perubahan musim (peralihan hujan ke musim kemarau). Nyamuk sebagai vektor menyebarkan bibit penyakit ke ayam sehat melalui gigitan. Genangan air merupakan media ideal bagi perkembangbiakan nyamuk dan serangga lain.

Pada ayam layer sebelum masa produksi

  • Penyakit bakterial tetap mendominasi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari peringkat 5 besar, penyakit bakterial yang terjadi adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan seperti CRD, Coryza, dan CRD kompleks. Terutama CRD terus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
  • Penyakit yang menyerang sistem pencernaan, yaitu koksidiosis dan necrotic enteritis masih terus mengalami peningkatan. Terlebih lagi kasus koksidiosis menempati urutan ke-2 di antara seluruh penyakit yang menyerang dimasa sebelum produksi.
  • Penyakit viral yang sering ditemukan adalah Gumboro diikuti ND, ILT, Cacar (Fowl pox) dan AI.
  • Adanya gangguan pertumbuhan saat masa pullet, tidak dapat dikompensasi pada periode berikutnya. Setiap pertumbuhan organ dan kerangka harus dicapai dalam waktu yang tepat sehingga kesiapan masa produksi telur lebih optimal. Gangguan penyakit otomatis mengakibatkan dampak besar terhadap performa pullet ketika mulai memasuki masa produksi dan bisa mengganggu kelancaran usaha peternakan.

Pada ayam layer saat masa produksi

  • Berbeda dengan sebelum masa produksi, ketika saat masa produksi kasus penyakit yang sering terjadi adalah Coryza. Selain itu ditemukan juga kasus penyakit Kolera menempati peringkat 4 dari keseluruhan kasus penyakit.
  • Penyakit viral yang paling sering terjadi ketika masa produksi adalah AI diikuti ND, Cacar (Fowl pox), IB dan ILT. Penyakit ND mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Diprediksi hingga awal tahun 2023 ini penyakit viral seperti Cacar (Fowl pox) ataupun ILT bisa bertambah.
  • Kasus cacingan sedang marak kembali terutama pada ayam layer dan menempati peringkat 3 besar. Penyakit ini juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
  • Beberapa penyakit tersebut menyerang organ reproduksi ayam sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi telur hingga 80%. Sedangkan kualitasnya mengalami penurunan, seperti kondisi telur yang asimetris, berukuran kecil, dan kerabang telur yang tipis, kasar dengan warna yang pucat.
  • Tingginya kasus Coryza pada masa produksi dapat menyebabkan penurunan feed intake yang berdampak pada produksi telur. Namun pemulihannya ini terhadap produksi telur dapat lebih cepat jika dibandingkan dengan penyakit yang langsung menyerang ke organ reproduksi lainnya.

Penyebab Mudahnya Penyakit Mengintai di Peternakan

Keseimbangan antara ayam dan bibit penyakit di lingkungan memegang faktor peranan penting dalam terjadinya suatu penyakit. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ayam mudah terinfeksi penyakit adalah:

  • Faktor lingkungan

Kondisi lembap pada pancaroba dan kemarau basah memicu bibit penyakit cepat berkembang biak. Kemungkinan juga kenaikan kejadian penyakit pada sejumlah kasus mengikuti perubahan musim yang tidak menentu, sehingga ayam stres dan menurunnya sistem kekebalan tubuh (imunosupresi). Selain itu, kondisi farm dimana sanitasi dan disinfeksi tidak diperhatikan juga mendukung kejadian penyakit akan terus berulang. Jika proses pembersihan dan kosong kandang tidak optimal bibit penyakit akan bertahan menetap di kandang tersebut dan berkesempatan menginfeksi lagi.

  • Faktor manajemen pemeliharaan dan pemenuhan nutrisi

Dimulai dari kurangnya kualitas masa brooding dapat membawa pengaruh yang sangat besar terhadap performa ayam. Pada masa brooding, ayam akan mengalami pertumbuhan sangat pesat. Hampir semua organ vital dalam tubuh ayam mengalami perkembangan pada fase ini termasuk organ kekebalan. Baik tidaknya performa ayam di fase selanjutnya ditentukan dari bagaimana pemeliharaan di masa brooding. Selain itu masih munculnya faktor pemicu stres, seperti kepadatan ayam yang tinggi, ventilasi udara yang buruk, litter yang basah dan lembap, kadar amonia tinggi, pergantian ransum secara mendadak dll. Beberapa kebutuhan ayam seperti nutrisi pakan hingga air minum yang kurang terpenuhi membuat ayam akan lebih mudah terserang penyakit.

  • Penerapan biosekuriti

Penerapan biosekuriti yang tidak optimal akan sangat berpengaruh terhadap penyebaran bibit penyakit di suatu peternakan. Beberapa kendala yang masih sering ditemukan seperti tidak adanya isolasi, kurang maksimal dalam penerapan biosekuriti 3 zona, sistem multi age, belum rutinnya sanitasi dan disinfeksi kandang, serta termasuk masa kosong kandang yang tidak optimal.

  • Penerapan program kesehatan belum optimal

Program dan tata laksana vaksinasi yang belum tepat dapat menyebabkan kegagalan vaksinasi sehingga kekebalan yang terbentuk tidak optimal. Dan juga pemantauan titer antibodi masih belum rutin dilakukan sebagai baseline titer (titer standar) bagi peternakan tersebut. Sehingga tidak mempunyai peringatan awal ketika ditemukan adanya gambaran titer yang berbeda dari biasanya. Gambaran titer tersebut bisa menjadi peringatan dini (early warning system) akan kondisi ayam yang sedang terserang penyakit.

Masalah Pernapasan Ayam

Level amonia dengan kadar >20 ppm dapat mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia) dan desiliosis (kerusakan silia) pada membran mukosa saluran pernapasan. Ketika silia tidak berfungsi, lendir pada permukaan mukosa tidak dapat dibersihkan, sehingga bakteri atau virus yang terhirup saluran pernapasan bahkan dapat mencapai paru-paru atau kantung udara (Harmful Effects Of Ammonia On Birds, Poultry World, 2010). Akibatnya ayam rentan terserang kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, Colibacillosis, AI, ND dan Coryza.

Kenaikan kasus AI baik H5N1 (HPAI) maupun H9N2 (LPAI) biasanya terjadi memasuki musim penghujan seperti bulan Oktober-Maret. Perlu menjadi perhatian bahwa karakter virus AI mudah bermutasi dan dari pemantauan Medion perubahan tersebut signifikan terjadi secara periodik dalam 2-3 tahun. Sampai saat ini kasus AI yang Medion temukan di Indonesia disebabkan oleh AI subtipe H5N1 clade 2.3.2.1c (HPAI) dan subtipe H9N2 lineage Y280 clade H9.4.2.5 (LPAI).

Penyakit CRD dapat muncul di setiap musim, baik musim kemarau, musim hujan, dan musim pancaroba (pergantian musim kemarau ke hujan dan sebaliknya). Sedangkan kasus Coryza perlu diwaspadai tidak hanya musim hujan juga namun pada musim-musim basah atau pancaroba yang menyebabkan ayam mengalami stres dan kondisi ayam menurun.

Keterkaitan Koksidiosis dan NE

Penyakit saluran pencernaan seperti koksidiosis dan Necrotic enteritic (NE) telah terjadi tren kenaikan sejak kebijakan pelarangan AGP. Kasus NE umumnya disertai infeksi koksidiosis dengan perubahan patogenesa yang hampir serupa. Koksidiosis atau sering disebut berak darah adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dan menyerang saluran pencernaan bagian usus halus dan sekum. Infeksi koksidiosis ini menyebabkan iritasi pada permukaan usus ayam dan mengakibatkan adanya sekresi lendir dari kelenjar Liberkuhn dan sel goblet yang berlebihan.

Dalam jumlah sedikit bakteri C.perferingens termasuk bakteri normal yang dapat ditemukan di usus terutama bagian sekum (usus besar). Namun jika kondisi saluran pencernaan mengalami gangguan tersebut maka mengakibatkan peningkatan populasi bakteri C.perferingens hingga bisa memproduksi racun/toksin. C.perferingens dapat menggunakan protein lendir (mucin) tersebut sebagai sumber nutrisi energi dalam proses perkembangbiakannya.

Tantangan penyakit koksidia ditambah NE ini dapat merusak dan mempengaruhi panjang vili-vili usus saat terjadi infeksi yang mengakibatkan penyerapan nutrisi ayam menjadi terganggu. Terlebih lagi umumnya kasus NE lebih sering ditemukan di peternakan layer dengan periode yang panjang yang bisa berpengaruh hingga ke puncak produksi telur.

Mencermati Kasus Cacingan

Cacingan dapat menyebabkan rusaknya vili-vili usus sehingga penyerapan nutrisi pakan akan terganggu. Hal ini berkaitan dengan manajemen sanitasi kandang, kualitas pakan dan program obat cacing yang tidak tuntas. Ayam layer yang umumnya terkena cacingan menunjukkan gejala produksi telur yang turun, performa berat badan turun, anemia pucat, bulu kusut serta kualitas telur yang menurun seperti kerabang tipis dan pucat.

Ada baiknya dilakukan pemeriksaan feses sejak dini di MediLab (Laboratorium Medion) sehingga jika adanya telur cacing di dalam feses dapat terdeteksi sejak awal. Jenis cacing yang cukup sering ditemukan pada tahun ini yaitu Acanthocephala. Cacing ini memiliki probosis di bagian anterior yang berfungsi sebagai pengait untuk menempelkan dirinya di dinding usus dari inang definitif. Acanthocephala akan menyerap nutrisi dari usus halus inang melalui dinding tubuh mereka.

Mikotoksin dan Imunosupresi

Kondisi cuaca lembap berpengaruh terhadap kualitas bahan baku pakan. Kemungkinan jamur tumbuh dan akan menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin merupakan metabolit sekunder hasil metabolisme jamur yang bersifat toksik. Selain mampu menurunkan hasil produktivitas ayam, mikotoksin juga dapat menyebabkan kondisi imunosupresif.

Kondisi stres juga mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah (bersifat imunosupresif). Pada kondisi stres, di dalam tubuh ayam akan terjadi peningkatan produksi hormon kortikosteroid yang dapat menghambat organ kekebalan dalam menghasilkan antibodi sehingga ayam mudah terserang penyakit.

Kadar Adenocorticotropic Hormone (ACTH) merupakan suatu indikator terjadinya stres. Kadar ACTH yang berlebihan akan memberikan efek lazy leucocytes syndrome, yaitu suatu kondisi dimana sel darah putih tidak memberikan respon yang optimal terhadap benda asing atau patogen yang akan masuk ke dalam tubuh ayam. Dampak lanjut dari efek imunosupresif ini adalah menjadikan respon terhadap vaksinasi dan titer hasil vaksinasi menjadi tidak optimal, mudahnya ayam terserang penyakit lain, meningkatkan kolonisasi bakteri patogen di saluran pencernaan ayam hingga meningkatnya kematian ayam.

Tantangan di Tahun 2023

  • Penyakit bakterial perlu diwaspadai puncak peningkatan kasusnya dari penyakit CRD, CRD Kompleks, Colibacillosis, Coryza, dan necrotic enteritis (NE). Terlebih lagi penyakit Coryza yang menduduki peringkat 3 besar pada ayam layer dan pada broiler juga mengalami peningkatan.
  • Waspada kasus cacingan makin merebak kembali di peternakan terutama ayam layer yang berdampak pada produktivitas.
  • Ketika musim pancaroba atau kondisi heat stress, peternak perlu lebih berhati-hati terhadap serangan penyakit imunosupresi seperti Gumboro.
  • Sampai akhir 2022 ini, kasus AI tampaknya masih bergejolak dan dampaknya sangat besar terhadap performa ayam maupun kematian maka perlu diwaspadai termasuk kemungkinan terjadinya mutasi atau adanya jenis baru.
  • Stres akibat masa transisi antara fase grower menuju fase produksi perlu diantisipasi. Beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan seperti perubahan pakan tiap fase, waktu pemindahan pullet ke kandang produksi, proses penangkapan hingga pendampingan suplemen sebelum dan sesudah pindah kandang. Kegagalan masa transisi ini akan berdampak terhadap tidak optimalnya fase produksi.

Upaya Menghadapi Tantangan

Dalam upaya menghadapi tantangan penyakit perlu memperhatikan hal-hal penting sebagai langkah antisipasi. Seperti penerapan praktek manajemen yang baik pada semua aspek pemeliharaan ayam. Menjaga kesehatan ayam dilakukan dari dalam dan luar tubuh ayam. Dari dalam dengan pemberian vaksinasi untuk menggertak pembentukan kekebalan pada ayam. Kesehatan saluran pencernaan dapat dijaga dengan pemberian imbuhan pakan dan suportif herbal. Pemberian multivitamin juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam. Dibarengi pertahanan dari luar tubuh ayam dengan penerapan biosekuriti secara ketat.

Pentingnya Vaksinasi dan Biosekuriti Tepat

Lakukan program vaksinasi terhadap penyakit-penyakit yang meningkat terutama saat musim hujan seperti ND, AI, Coryza dan IB. Lakukan vaksinasi secara tepat (ketepatan penentuan jadwal vaksinasi, kualitas vaksin, tatalaksana vaksinasi yang sesuai dan kondisi ayam saat divaksin).

Setelah itu, monitoring titer antibodi perlu dilakukan secara rutin khususnya untuk ayam layer dan breeder untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dan memantau titer antibodi selama masa produksi. Tak jarang untuk membantu peneguhan diagnosa, dilanjutkan dengan uji PCR dan sequencing sehingga akan diketahui kemungkinan adanya perubahan strain virus. Pengujian ini bisa dilakukan di MediLab.

Beberapa penerapan biosekuriti yang penting dilakukan diantaranya :

  • Penerapan biosekuriti model 3 zona (bersih, transisi, kotor) secara ketat
  • Pentingnya isolasi atau pemisahan ternak dalam mencegah penyebaran penyakit. Ayam yang sakit/mati segera dikeluarkan dan dipisahkan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit bagi ayam sehat lain.
  • Batasi kontak antara unggas komersial dengan ayam kampung, unggas air atau hewan liar.
  • Rutin melakukan sanitasi dan disinfeksi di lingkungan luar dan dalam kandang (Neo Antisep/Antisep)
  • Masa istirahat kandang tidak boleh kurang dari 14 hari.
  • Sebaiknya pula kita melakukan pengontrolan secara rutin (2 minggu atau 1 bulan sekali) untuk melakukan audit biosekuriti dengan mengisi form checklist.

Evaluasi Kembali Manajemen dan Program Kesehatan

Perlu penyesuaian dan modifikasi terhadap manajemen serta program kesehatan diantaranya sebagai berikut:

  • Evaluasi kembali kelancaran ventilasi dan pengaturan kepadatan kandang. Buang sisa feses bercampur darah (cemaran ookista) dan tambahkan litter baru jika sekam sudah sangat lembap. Jika perlu, tambahkan kapur pada sekam yang baru ditambahkan. Berikan bahan pengendali amonia pada ayam yaitu Ammotrol.
  • Upayakan pembersihan feses lebih sering saat musim hujan agar tidak ada feses basah atau lembap menumpuk di litter kandang. Untuk mencegah keberadaan nyamuk, genangan air yang terbuka dapat dicegah dengan menutup bak penampungan air, ember dan sebagainya. Berantas lalat, nyamuk, dan serangga lainnya bisa menggunakan produk Larvatox, Flytox dan Delatrin.
  • Beberapa yang perlu diperhatikan pada kualitas masa brooding seperti pemanas, udara, air, pakan pertama, kepadatan dan pencahayaan.
  • Bisa mempertimbangkan untuk penerapan kandang sistem closed house. Sehingga meminimalisir pengaruh kondisi lingkungan dan cuaca yang bisa memicu timbulnya penyakit.
  • Perbaikan mutu dan kualitas pakan dari segi pemilihan bahan baku hingga kualitas pencampuran. Pakan yang diberikan harus sesuai kebutuhan ternak untuk mendapatkan performa ayam yang baik.
  • Cek kualitas air minum peternakan secara berkala, minimal saat perubahan musim, di laboratorium seperti MediLab untuk mengetahui ada tidaknya cemaran bakteri di dalam air minum. Lakukan sanitasi air minum dengan Desinsep jika kualitas air kurang baik. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga kebersihan tempat minum.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan memberikan suplemen (Vita Stress/Fortevit) secara rutin supaya ayam tidak mudah terserang penyakit.
  • Berikan hepatoprotektor herbal untuk memperbaiki fungsi hati menggunakan Heprofit.
  • Berikan Entrozim yang merupakan suportif mengandung lysozyme yang berperan sebagai growth promoter untuk memperbaiki kondisi saluran cerna dan meningkatkan performa unggas.
  • Berikan secara tepat dan tuntas obat cacing dengan spektrum kerja yang luas seperti Levamid. Pengulangannya bisa disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan kondisi kandang. Cacing gilik mempunyai siklus hidup 1-2 bulan, sedangkan cacing pita sekitar 1 bulan. Sehingga pemberian obat cacing dapat diulang 1-2 bulan kemudian.
  • Pencatatan (recording) di peternakan penting dilakukan untuk dapat monitoring status kesehatan ternak unggas.

Dari beberapa histori dan evaluasi kejadian penyakit tersebut, kita bisa mengambil tindakan perbaikan mulai dari segi manajemen kandang, pemberian pakan hingga menyangkut kesehatan ayam. Diharapkan di sepanjang tahun yang baru ini, kasus penyakit bisa terhindarkan dan produktivitas bisa tercapai maksimal.

Kilas Balik Penyakit Unggas 2022
Tagged on:             

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin