Menjelang persiapan hari raya Idul Adha peternak disibukkan dengan pemeliharaan ternak untuk memenuhi permintaan pasar. Peternak akan memberikan yang terbaik agar hasil pemeliharaannya optimal dengan mempertimbangkan nilai ekonominya. Baik dari segi pemilihan bibit, praktik pemeliharaan, pemberian pakan maupun dari segi kesehatan.

Manajemen kesehatan menjadi salah satu faktor keberhasilan pemeliharaan yang mempengaruhi keuntungan dan kepuasan pelanggan. Hal yang terkadang disayangkan setelah ternak dipotong adalah ditemukannya parasit cacing pada organ dalam. Parasit cacing terkadang tidak menjadi perhatian karena pada infeksi ringan ternak tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun sebetulnya parasit ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang secara ekonomis dapat merugikan, seperti menghambat pertambahan bobot badan, merusak jaringan-jaringan pada tubuh terutama saluran pencernaan, meningkatkan risiko organ diafkir dan mengurangi nafsu makan ternak.

Kasus Cacingan yang Sering Ditemukan

Cacing pada saluran pencernaan merupakan salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai dalam usaha peternakan. Termasuk saat pemeriksaan post mortem atau setelah penyembelihan hewan kurban. Kejadian ini tentu akan menurunkan laju pertumbuhan dan kesehatan ternak. Cacing akan menyebabkan gangguan penyerapan sari makanan pada ternak hingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Kondisi ini juga akan menyebabkan ternak menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Penemuan cacing pada organ hati sapi, domba maupun kambing yang disembelih sering dijumpai pada saat pemeriksaan hewan kurban. Infeksi cacing hati disebabkan oleh cacing trematoda Fasciola gigantica maupun Fasciola hepatica. Cacing tersebut bermigrasi di dalam parenkim hati kemudian berkembang dan menetap dalam saluran empedu.

Pada infeksi ringan sapi dapat tidak menunjukkan gejala klinis. Pada infeksi yang cukup berat menyebabkan gangguan pertumbuhan maupun penurunan bobot ternak. Pada kasus kronis dapat muncul edema atau pembengkakav yang berisi cairan pada rahang bawah. Perubahan yang nampak pada organ hati adanya tonjolan atau belang pucat. Saat disayat akan ditemukan cacing dewasa.

Saat pemeriksaan post mortem hewan kurban kemudian ditemukan cacing hati, banyak yang menanyakan aman atau tidak daging ternak tersebut dikonsumsi. Daging hewan kurban yang ditemukan cacing hati, daging kurban tersebut tidak berisiko untuk menjadi agen penularan pada manusia. Bagian hati yang terkena cacing perlu diafkir dan secara estetik tidak layak untuk dikonsumsi. Apabila infeksinya cukup parah atau sebagian besar organ hati terinfeksi, seluruh organ hati ini perlu diafkir. Sedangkan daging tetap aman untuk dikonsumsi. Cacing hati dapat menginfeksi manusia dari air ataupun sayuran yang terkontaminasi telur cacing dalam bentuk metacercaria.

Cacing yang sering ditemukan juga saat pada ternak sapi yaitu Paramphistomum spp. Cacing muda berada di dalam usus halus, sedangkan cacing dewasa Paramphistomum spp. berada di dalam rumen dan reticulum. Di dalam rumen dan retikulum, cacing ini akan melekat dan menghisap darah pada permukaan mukosa.

Gejala klinis ternak yang terinfeksi Paramphistomum spp. adalah penurunan bobot hingga kurus. Pada infeksi berat dapat menimbulkan gastroenteritis hebat pada sapi muda yang dapat menyebabkan kematian. Pada pemeriksaan post mortem ternak kurban terlihat menempel di permukaan mukosa rumen berwarna merah bergerombol. Infeksi cacing Paramphistomum tidak bersifat zoonosis atau tidak menular ke manusia.

Ternak yang ditemukan cacing Paramphistomum dagingnya tetap aman untuk dikonsumsi. Jika ingin mengonsumsi babat, cacing yang menempel perlu dibersihkan terlebih dahulu.

Mencegah dan Mengatasi Kasus Cacingan

Untuk mencegah agar ternak terhindar dari penyakit cacingan, maka upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Program obat cacing

Program pemberian obat cacing merupakan langkah utama dalam pengendalian kasus cacingan baik pada ternak muda maupun dewasa. Obat cacing bukan hanya ditujukan untuk sapi yang positif cacingan saja, tapi dapat diberikan sebagai pencegahan pada sapi sehat. Program pemberian obat cacing diulang setiap 3-4 bulan sekali. Obat cacing yang bentuk sediannya bolus misalnya Wormectin Plus-B atau Wormzol-B.

  • Sanitasi kandang dan lingkungan

Upaya yang dapat dilakukan adalah rutin membersihkan kotoran, membersihkan saluran pembuangan air di kandang dan mencegah adanya kubangan air supaya kondisi kandang tidak lembap dan becek.

  • Sistem pemberian rumput

Tidak dianjurkan pemberian rumput yang masih segar. Sebaiknya rumput dilayukan terlebih dulu sebelum diberikan pada ternak. Selain mencegah cacingan, hal tersebut juga dapat mencegah kasus kembung. Hindari mencari rumput terlalu pagi karena pada waktu tersebut larva atau telur cacing biasanya dominan berada di pucuk rumput yang masih basah.

  • Eliminasi populasi inang antara

Cacing hati membutuhkan inang antara yaitu siput air tawar untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu siput air tawar memegang peran penting dalam terjadinya kasus cacing hati pada sapi.

  • Pemeriksaan telur dan larva cacing rutin 2-3 bulan sekali melalui uji feses. Medion telah memiliki laboratorium yang dapat melayani uji yaitu MediLab yang telah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh

Selain memberikan pakan yang berkualitas upaya meningkatkan daya tahan tubuh dapat dengan memberikan suplemen atau vitamin. Pemberian Vita B Plex Bolus Extra Flavor dapat diberikan setiap 3-4 bulan sekali.

Mencegah Penyakit Cacingan yang Sering Terabaikan
Tagged on:             

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin