Bagi sebagian peternak, datangnya musim hujan membawa kekhawatiran tersendiri karena biasanya produksi ayam di musim hujan tidak sebagus ketika musim panas. Selain itu, tak jarang penyakit-penyakit tertentu menyerang ayam akibat kondisi yang ditimbulkan saat turunnya hujan. Masalah ini tentu harus diantisipasi agar produktivitas ayam selama musim hujan tidak menurun. Terlebih lagi, musim hujan sudah terjadi sejak bulan Oktober lalu dan puncaknya diperkirakan akan terjadi di bulan Januari-Februari 2018 (BMKG, 2017).

Selain itu, performa ayam saat ini telah berkembang pesat, baik ayam pedaging maupun petelur tentu saja memiliki beberapa konsekuensi terutama ketika menghadapi musim hujan. Ayam akan lebih mudah stres, peka terhadap lingkungan dan rentan terhadap penyakit.

Masalah yang Dialami saat Musim Hujan

Curah hujan yang tinggi, suhu yang lebih rendah dan kelembapan tinggi adalah karakteristik umum musim hujan. Ketiganya akan mempengaruhi beberapa komponen peternakan seperti berikut:

  1. Penurunan kualitas air

    Peningkatan curah hujan tentu akan menambah volume air tanah. Meski jumlahnya bertambah, hal ini justru sering memicu masalah baru yaitu penurunan kualitas air. Penurunan kualitas umumnya terjadi secara fisik, kimia, maupun biologi (jumlah mikroba patogen). Secara fisik air menjadi keruh, berbau, dan bercampur partikel organik atau material lumpur.

  2. Kualitas pakan menurun

    Tingginya kelembapan udara pada musim hujan menyebabkan penyimpanan pakan di dalam gudang, baik di gudang induk farm ataupun di gudang kandang tidak tahan lama. Keadaan ini disebabkan tingginya kelembapan udara di sekitar kandang secara langsung akan mempengaruhi kandungan air di dalam pakan. Kandungan air di dalam pakan >14% akan mempercepat pertumbuhan jamur dan mempercepat penurunan kualitas pakan.

    Selain penurunan mutu pakan baik secara kualitas (penurunan kadar nutrisi) maupun kuantitas (penggumpalan dan kerusakan pakan), pakan terkontaminasi jamur juga beresiko tercemar mikotoksin (racun jamur). Keberadaan mikotoksin meningkat mengikuti pertumbuhan koloni jamur. Bagi ayam, mikotoksin menyebabkan kondisi imunosupresi (gangguan kekebalan tubuh) sehingga ayam mudah terinfeksi bibit penyakit.

  3. Kurangnya pencahayaan

    Selama musim hujan, sinar matahari relatif berkurang, bahkan pada saat-saat tertentu keadaannya bisa mendung atau gelap sepanjang hari. Jika keadaan ini terjadi, peternak harus menambah pencahayaan agar aktivitas makan dan minum serta produksi telur ayam tidak terganggu. Penambahan pencahayaan pada siang hari ketika musim hujan menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk listrik bertambah. Namun hal ini justru lebih baik untuk mencegah produktivitas ayam menurun akibat kurangnya intensitas pencahayaan.

  4. Kondisi lingkungan kandang tidak nyaman

    Kecepatan angin yang tinggi saat musim hujan bisa membuat ayam terkena stres dingin ekstrim, merusak kandang ayam, bahkan kandang ayam bisa roboh. Kerusakan tersebut akan mengakibatkan kerugian besar bagi peternak dan otomatis mengganggu kelancaran usaha peternakan

    .

  5. Kelembapan udara yang tinggi juga bisa menyebabkan kondisi sekam pada kandang postal menjadi cepat lembap, basah dan menggumpal sehingga kandungan gas amonia di kandang menjadi tinggi. Ditambah dengan kondisi sekam basah yang bisa menjadi media bagi pertumbuhan bibit penyakit. 

    Ayam yang dipelihara dengan sistem kandang terbuka (open house) akan lebih terpengaruh oleh kelembapan udara tinggi dibanding ayam yang dipelihara dengan sistem kandang tertutup (closed house). Pada kandang tertutup terjadi pergerakan udara yang stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ayam.

    Suhu lingkungan di sekitar lokasi peternakan ayam komersial pada musim hujan berbeda dengan suhu pada musim kemarau. Saat musim hujan, suhu lingkungan relatif lebih rendah (udara dingin). Jika masa brooding dilakukan pada musim hujan, hampir sepanjang hari diperlukan pemanas dan biasanya masa brooding akan berlangsung lebih lama (> 14 hari).

  6. Penyebaran bibit penyakit

    Sejak permulaan musim hujan (musim pancaroba), penyakit yang menyerang ayam mulai tampak. Keadaan ini disebabkan cuaca yang selalu berubah antara panas dan hujan pada musim pancaroba. Ketika musim hujan tiba, kelembapan udara menjadi tinggi. Keadaan seperti ini menjadi pemicu stres dan memicu terserangnya penyakit pada ayam. Selain itu, lingkungan yang lembap merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, dan jamur, sehingga ayam menjadi rentan terhadap serangan penyakit.

Penyakit Pernapasan di Musim Hujan

Peningkatan kelembapan udara, kondisi stres dan pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit, menyebabkan serangan penyakit meningkat. Dari sekian banyak penyakit, penyakit pernapasanlah yang sering berulah di musim hujan.

Struktur anatomi ayam yang tidak mempunyai sekat pembatas hidung dengan rongga mulut dan meningkatnya amonia di musim hujan menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada ayam sehingga mudah terserang penyakit pernapasan. Beberapa penyakit yang sering menyerang saat musim hujan diantaranya:

  • CRD dan CRD Kompleks

    Chronic Respiratory Disease (CRD) merupakan penyakit bakterial oleh Mycoplasma gallisepticum yang menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan. M. gallisepticum masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi. Ketika memasuki saluran pernapasan ayam, agen penyakit ini menempel pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya.

    Selain itu, M. Gallisepticum juga diketahui menghasilkan senyawa ciliostatic yang dapat menyebabkan aktivitas silia melemah (Bradbury, 2006). Selanjutnya bakteri ini akan memicu terjadinya radang pada sel-sel mukosa sehingga aliran darah di daerah tersebut meningkat. Bakteri kemudian ikut ke dalam aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak. Pada ayam yang terinfeksi CRD akan terlihat gejala sakit pernapasan, ngorok, bersin maupun lendir dari hidung dan air mata. Penurunan konsumsi ransum juga terjadi, diikuti dengan perkembangan bobot badan yang berada di bawah standar atau mengalami gangguan pertumbuhan maupun penurunan produksi telur. Penyakit CRD juga dapat komplikasi dengan penyakit lain. Komplikasi dengan colibacillosis merupakan yang paling umum terjadi di lapangan yang disebut dengan CRD kompleks.

  • Colibacillosis

    Bakteri Escherichia coli tahan di lingkungan selama 20-30 hari. Penularan penyakit colibacillosis terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E. coli di dalam ususnya. Sedangkan penularan horizontal biasanya terjadi secara oral melalui ransum/air minum yang terkontaminasi feses yang mengandung E. coli atau melalui debu yang tercemar E. coli. Apabila terhirup oleh ayam, maka bakteri akan menginfeksi saluran pernapasan ayam. Perlu kita ketahui bahwa banyak outbreak colibacillosis terjadi akibat rendahnya sanitasi dan kebersihan kandang dikarenakan bakteri E. coli sangat mudah mencemari lingkungan kandang. Serangan colibacillosis pada saluran pernapasan yaitu ditandai dengan adanya perkejuan pada paru-paru dan radang selaput penutup paru-paru.

  • Aspergillosis

    Aspergillosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus, terutama A. fumigatus dan A. flavus. Jamur dapat menginfeksi melalui induk atau tumbuh secara langsung pada ransum. Kejadian infeksi Aspergillosis ini terjadi biasanya karena anak ayam yang baru menetas menghisap spora jamur yang terdapat pada rak penetasan, litter, sisa ransum, dll. sehingga mengiritasi saluran pernapasan dan ayam akan mengalami sesak napas (megap-megap).

  • Korisa

    Gejala yang paling menciri pada korisa adalah radang akut pada saluran pernapasan bagian atas, termasuk rongga hidung yang disertai adanya eksudat yang mula-mula berwarna kuning encer kemudian lambat laun berubah menjadi kental, bernanah, dan berbau khas (bau busuk/amis). Adanya eksudat ini menyebabkan ayam bersin-bersin, sulit bernapas, dan ngorok. Sinus infraorbitalis membengkak, keluar air mata, nafsu makan hilang, dan terkadang terjadi diare. Kelopak mata mengalami peradangan (konjungtivitis) dan mata tertutup. Pertumbuhan terhambat dan terjadi penurunan produksi telur

    .

  • Avian Influenza (AI)

    Penyakit AI masih menjadi salah satu primadona penyakit viral pada ayam pedaging maupun petelur. AI menyerang berbagai organ, seperti pernapasan, pencernaan, syaraf, urinaria, maupun reproduksi. Gangguan pernapasan yang muncul seperti batuk, bersin, ngorok. Gejala lain yang dapat muncul seperti jengger kebiruan dan terdapat leleran dari mulut, anoreksia (tidak ada nafsu makan), depresi, kematian mendadak serta tingkat kematian yang tinggi hingga 100%. Perubahan patologi anatomi yang nampak terutama pada saluran pernapasan yakni terjadinya sinusitis, pada trakeitis, dan kantung udara menebal. Meski beredar kabar bahwa sedang merebaknya virus AI baru yang berdampak pada kemerosotan produksi telur, namun peternak tetap perlu waspada terhadap penyakit AI tipe apapun yang bisa menyerang ayam di musim hujan.

  • Newcastle disease (ND)

    Secara alami, virus ND akan masuk ke dalam tubuh ayam secara inhalasi (terhirup/melalui saluran pernapasan) dan ingesti (termakan/melalui saluran pencernaan). Setelah menginfeksi ayam, virus ND akan menimbulkan gejala klinis setelah 2-15 hari (rata-rata 5-6 hari). Gejala klinis dan perubahan patologi anatomi akibat serangan ND akan ditemukan pada organ pernapasan, organ pencernaan, sistem syaraf, urinaria maupun organ reproduksi. Gejala klinis pernapasan yang umum terlihat ialah ngorok, bersin, batuk, dan sesak napas.

  • Infectious Bronchitis (IB)

    Infeksi virus IB klasik biasanya menyerang saluran pernapasan ayam yang ditandai dengan gejala ngorok, bersin dan cekrek (batuk ringan) karena pada dasarnya IB memang termasuk ke dalam jenis penyakit pernapasan. Organ reproduksi juga mengalami kerusakan sehingga kualitas telur ikut turun. Dalam perkembangannya, pada kasus penyakit IB varian menunjukkan perubahan patologi anatomi saat bedah bangkai berupa adanya pelebaran oviduk berisi cairan bening (oviduct cystic). Penurunan produksi telur bervariasi dari 2 sampai 40%. Telur yang dihasilkan seringkali berkerabang pucat dan tipis, serta bentuk yang tidak simetris.

  • Infectious Laringotracheitis (ILT)

    Dalam dunia perunggasan, ILT yang menginfeksi peternakan akan menimbulkan bahaya laten. Hal ini karena virus Herpes penyebab ILT sangat tahan di lingkungan dan flok kandang dengan sejarah positif kasus ILT, ayam-ayam di dalamnya akan bertindak sebagai pembawa (carrier) virus sampai afkir. Sehingga tak jarang masalah ILT terus berulang, terutama pada peternakan yang menerapkan sistem multiage (kelompok umur bervariasi) dan lingkungan peternakan dengan populasi padat. Kondisi stres dan kadar amonia yang tinggi dalam kandang juga bisa menjadi pemicu timbulnya kasus ILT di lapangan. Gangguan pernapasan yang terlihat yaitu kesulitan bernapas, ngorok dan batuk berdarah.

Siap Hadapi Musim Hujan

Musim hujan harus kita hadapi dengan penuh persiapan. Perubahan lingkungan yang terjadi saat musim hujan sudah cukup untuk membuat ayam stres. Untuk mencegah terjadinya penyakit pernapasan dan penurunan produktivitas, peternak perlu melakukan penyesuaian dan sedikit modifikasi terhadap manajemen pemeliharaan ketika musim hujan. Berikut diantaranya:

a) Modifikasi manajemen kandang

Dalam hal ini peternak perlu memperbaiki kondisi kandang serta melakukan penanganan feses, sekam, dan serangga dengan tepat agar tidak mempengaruhi kondisi ayam.

    • Pada musim hujan, datangnya angin kencang tidak bisa diperkirakan sebelumnya dan ketika muncul tidak bisa kita hindari. Untuk itu, peternak perlu mengatur sistem buka tutup tirai kandang dengan sigap. Jika terjadi hujan disertai angin kencang, bagian sisi tirai yang arah anginnya menuju ke dalam kandang harus segera ditutup agar air hujan tidak tampias. Bahkan jika perlu tirai di setiap sisi kandang ditutup sebagian. Ketika masa brooding, peternak juga bisa memasang tirai dua lapis (tirai luar dan dalam) agar DOC tidak mengalami kedinginan esktrim akibat angin.

    • Perbaiki atap kandang yang bocor untuk menghindari air hujan masuk ke kandang.

    • Lebarkan atap jika dirasa tampias air hujan masih mengenai ayam.

    • Lakukan pengerukan feses di kolong kandang tiap 3 hari sekali. Namun jika aktivitas ini sulit dilakukan setiap 3 hari karena terkendala hujan deras, peternak perlu mengantisipasi terbentuknya akumulasi amonia dalam feses dengan memberikan bahan pengendali amonia pada ayam yaitu Ammotrol.

    • Setelah feses dikeruk, tanah di bawah kandang dibuat cembung. Kemudian dibuat parit/selokan kecil di sekitar kandang untuk menampung air dari tumpukan feses kemudian disalurkan ke tempat pembuangan limbah. Sistem ini akan mencegah terbentuknya genangan air di bawah kandang, meminimalisir bau, dan membantu mempercepat keringnya feses. Pastikan drainase parit tersebut lancar.

    • Sekam yang lembap dan basah harus segera diganti atau ditambah dengan sekam baru. Namun sebelum ditambah sekam baru, sekam yang basah tadi sebaiknya ditaburi kapur tohor terlebih dahulu untuk membunuh mikroba di dalamnya.

      • Jika sekam yang baru kita beli dalam kondisi lembap atau basah, sekam harus segera ditebar di ruangan yang terlindung (kandang kosong) agar terkena angin dan mengering. Setelah kering, sekam tersebut bisa digunakan. Sekam yang disimpan di gudang atau kandang kosong harus sering dibalik agar tidak lembap dan tidak ditumbuhi jamur.

      • Tambahkan jumlah pemanas atau naikkan suhu pemanas pada periode brooding sehingga suhu kandang sesuai dengan kebutuhan DOC.

      • Tetap nyalakan lampu di siang hari jika kondisi kandang dan lingkungan mendung/gelap agar konsumsi pakan tetap terkontrol.

      • Berantas lalat, nyamuk, dan serangga lainnya dengan insektisida. Untuk membasmi lalat bisa menggunakan produk Larvatox, Flytox dan Delatrin.

b) Perlakuan terhadap air minum

Seperti disampaikan di awal bahwa masalah yang terjadi di musim hujan berkenaan dengan penurunan kualitas air diantaranya fisik air menjadi keruh, bau, dan bercampur partikel organik/ lumpur, kadar Fe meningkat, pH basa, dan terkontaminasi mikroba patogen. Penurunan kualitas air ini harus ditangani dengan memberi beberapa perlakuan seperti filtrasi, penambahan bahan kimia, dan sanitasi dengan antiseptik/ desinfektan.

    • Filtrasi:

      Filtrasi (penyaringan) sederhananya dilakukan menggunakan alat filter yang telah dirancang khusus untuk menyaring partikel organik/material lumpur dan logam (zat besi, dll) dalam air. Alat filtrasi ini bisa dipasang pada sumber air sebelum air tersebut masuk ke penampungan air, atau dipasang ketika air keluar dari penampungan sebelum disalurkan ke kandang.

      • Penambahan bahan kimia:

        Selain penyaringan, penambahan bahan kimia juga bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas fisik air. Contohnya dengan penambahan tawas sebanyak 2,5 gram tiap 20 liter air sebagai pengikat partikel dalam air, atau PAC (polyaluminium chloride) sebanyak 80 ppm (80 mg/liter air sebagai penjernih air. Sedangkan untuk menurunkan pH basa, peternak bisa mencampur Netrabil ke dalam air minum.

      • Sanitasi:

        Sanitasi air minum diantaranya bisa dilakukan dengan cara pemberian antiseptik (Desinsep/ Antisep/ Neo Antisep/ Medisep) atau kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air). Sebagai usaha pengendalian kontaminasi mikroba patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program sanitasi air bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling. Sanitasi air ini sebaiknya dilakukan sesudah penyaringan/pengendapan agar antiseptik bekerja lebih efektif karena senyawa dalam antiseptik mudah terpengaruh oleh partikel organik.

c) Perlakuan terhadap pakan

Kualitas pakan harus tetap terjaga hingga dikonsumsi oleh ayam. Oleh karena itu, peternak sebaiknya melakukan beberapa tindakan seperti:

    • Memastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14%. Jika terpaksa menerima bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan alat pengering khusus (oven) atau lakukan pengaturan stok agar bahan baku pakan bisa digunakan sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor, seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur.

    • Memastikan tidak ada karung pakan yang sobek untuk mencegah kontak antara pakan dengan udara atau percikkan air.

    • Menerapkan sistem penyimpanan secara first in first out (FIFO: disimpan berdasarkan tanggal kedatangan bahan pakan) atau first expired first out (FEFO: disimpan berdasarkan tanggal kadaluarsa). Jadi, prioritaskan bahan baku pakan berusia lebih lama untuk digunakan terlebih dahulu. Tetapi jika ada bahan baku berkualitas kurang baik dan tidak memungkinkan disimpan lebih lama, dapat digunakan terlebih dahulu meskipun baru datang.

    • Melakukan pembatasan masa penyimpanan pakan yaitu tidak melebihi 10 hari.

    • Mengkondisikan gudang pakan cukup ventilasi, mendapatkan sinar matahari langsung, tidak lembap, posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah, dan terhindar dari debu.

    • Gunakan pallet kayu di bawah tumpukan pakan. Pilih kayu yang tidak mudah lapuk dan sulit basah seperti kayu jati atau meranti. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding gudang. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang.

    • Selain jamur, perhatikan pula adanya kutu, tikus dan serangga. Hewan tersebut pun bisa memakan dan merusak pakan sehingga kadar nutrisinya menurun serta berpotensi menyebarkan penyakit.

    • Penambahan toxin binder (pengikat mikotoksin) ke dalam pakan. Contoh toxin binder yang banyak digunakan di lapangan karena aplikasinya mudah dan efektif mengikat mikotoksin adalah Freetox.

d) Meningkatkan daya tahan tubuh ayam

Dalam hal ini kita perlu meningkatkan kekebalan tubuh ayam agar tahan terhadap kondisi lapang. Tindakan yang dilakukan yaitu:

    • Pemberian multivitamin (Fortevit dan Vita Stress) dan imunostimulan (Imustim).

    • Melaksanakan program vaksinasi sesuai jadwal. Beri perhatian terhadap penyakit-penyakit pernapasan yang meningkat saat musim hujan seperti ND, AI, korisa dan IB.

Demikian kiat-kiat pemeliharaan ayam selama musim hujan. Sedia payung sebelum hujan adalah ungkapan yang tepat bagi kita peternak yang ingin tetap meningkatkan performa ayam komersial di musim hujan. 

Musim Hujan, Penyakit Pernapasan Berulah

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin