Sebagai pelaku usaha, kita pasti akan berusaha menjaga ternak kita selalu sehat. Mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh ternak dengan vaksinasi merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan

Perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa keberhasilan vaksinasi bukan hanya ditentukan dari kualitas produk yang kita gunakan, namun ada faktor lain yang juga turut ambil bagian penting yakni ketepatan teknik dan metode vaksinasi. Ulasan inilah yang kami sajikan dalam artikel utama Info Medion edisi kali ini.

Benteng Pertahanan Tubuh Ayam

Pada dasarnya setiap makhluk hidup, termasuk ayam, memiliki sistem pertahanan tubuh alami di dalam tubuhnya. Ayam memiliki 2 sistem pertahanan tubuh, yaitu pertahanan primer (non spesifik) dan pertahanan sekunder (spesifik). Pertahanan primer merupakan pertahanan yang pertama kali bereaksi jika bibit penyakit kontak dengan tubuh. Pertahanan ini ditunjang oleh struktur anatomi tubuh, serta melibatkan proses fisik (contoh adanya gerakan bulu getar pada saluran pernapasan, reaksi batuk, dll.), kimiawi (pengaturan pH dan enzim-enzim), dan biologi (antibodi). Sedangkan pertahanan sekunder dibedakan menjadi 2 yaitu sistem kekebalan tubuh yang menetap yang diperankan oleh makrofag, serta sistem kekebalan tubuh bergerak (kekebalan seluler dan humoral/antibodi).

Jika ayam sakit atau menunjukan gejala sakit, hal itu menjadi pertanda bahwa bibit penyakit telah berhasil menembus benteng pertahanan ayam. Meski di luar tubuh ayam masih ada dua benteng pertahanan seperti lingkungan peternakan dan lingkungan kandang, namun apabila jumlah bibit penyakit yang berhasil menembus benteng sebelumnya sangat banyak dan tingkat keganasannya tinggi, maka kemungkinkan benteng di dalam tubuh ayam pun akan kalah.

Mengapa vaksinasi sangat penting dilakukan? Vaksinasi ialah tindakan pemberian vaksin atau infeksi buatan yang terkendali untuk menstimulasi pembentukan antibodi yang protektif dan seragam, sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Fungsinya ialah merangsang pembentukan kekebalan (antibodi) pada tubuh ternak sehingga dapat mencegah infeksi penyakit. Prinsipnya, vaksinasi diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi lapangan.

Saat ini serangan penyakit sudah menyebar hampir ke seluruh wilayah, baik penyakit viral maupun penyakit bakterial. Oleh karena itu, tindakan pencegahan dengan vaksinasi ini sangat perlu dilakukan. Dengan berbagai pertimbangan seperti :

  • Penyakit viral tidak dapat disembuhkan dengan pemberian obat.

  • Pengendalian terbaik dengan memberikan kekebalan pada ayam.

  • Adanya penyakit bakterial yang jika sudah terlanjur menyerang sulit diberantas secara tuntas sehingga mudah muncul kembali (misalnya korisa).

  • Serta biaya kesehatan untuk pencegahan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pengobatan/terlanjur terjadi kasus penyakit.

Seputar Vaksinasi di Lapangan

Bahasan mengenai vaksinasi unggas memang tidak akan ada habisnya, fakta di lapangan menunjukkan faktor 4M meliputi Materi (ayam dan vaksin), Metode, Mileu/lingkungan, dan Manusia berperan penting dalam mencapai keberhasilan vaksinasi.

Salah satu pendukung keberhasilan vaksinasi tersebut salah satunya yaitu metode vaksinasi, mencakup program dan teknik vaksinasi. Saat terjadinya kegagalan vaksinasi maka perlu kita analisis secara lebih cermat. Seperti ketika munculnya penyakit yang terjadi pada <7 hari post vaksinasi, kemungkinannya bisa karena pemilihan aplikasi vaksinasi yang tidak tepat atau kesalahan lainnya. Berikut pembahasannya:

  • Pelaksanaan vaksinasi tidak sesuai jadwal atau program yang dibuat

Ketepatan jadwal vaksinasi tidak boleh terlupakan dari bagian evaluasi ini. Vaksinasi yang terlalu sering maupun terlambat sama-sama memiliki resiko. Frekuensi vaksinasi yang terlalu sering dapat menyebabkan stres pada ayam. Jadwal vaksinasi yang terlambat, dikhawatirkan ketika ada serangan dari lapangan, tubuh belum memiliki antibodi yang mampu menangkalnya. Alhasil, outbreak pun tak dapat terelakkan.

  • Persiapan dan penanganan vaksin tidak maksimal

Terkadang saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin tidak pada suhu 2-8°C yang menyebabkan vaksin rusak. Vaksin yang tidak dibawa menggunakan cooler box atau termos es melainkan dengan plastik atau wadah biasa tidak akan bisa mempertahankan suhu vaksin tetap dalam suhu 2-8°C.

Proses thawing atau meningkatkan suhu vaksin secara bertahap menjadi proses persiapan sebelum melakukan vaksinasi. Apabila tidak dilakukan terutama untuk vaksin inaktif dengan tepat dan suhu vaksin masih dingin, akan ada perbedaan range suhu antara tubuh ayam dengan suhu vaksin yang cukup jauh dapat menyebabkan ayam stres akibat perubahan suhu yang mendadak dan vaksin tidak terserap sempurna di dalam tubuh ayam. Setelah thawing, vaksin yang dimasukkan kembali ke dalam marina cooler/cooler box dengan suhu 2-8°C juga bisa menurunkan potensi vaksin. Karena fluktuatif suhu bisa mempengaruhi stabilitas virus/adjuvant vaksin.

  • Peralatan vaksinasi rusak atau tidak steril

Pemakaian alat suntik terutama jarum saat vaksinasi suntik yang tidak steril atau berkarat dapat menyebabkan peradangan pada area bekas penyuntikan. Contoh lain dari kerusakan spare part alat suntik seperti tabung kaca atau bagian piston rod yang sudah aus bisa mempengaruhi ketepatan/keseragaman dosis yang diterima ayam.

  • Dosis tidak tepat

Dosis vaksin aktif maupun inaktif yang tidak tepat per ekornya akan memicu ketidak seragaman pembentukan antibodi, sehingga dapat terjadi kasus rolling reaction yaitu reaksi post vaksinasi yang berkepanjangan.

  • Aplikasi vaksinasi tidak sesuai dengan target organ

Aplikasi pemberian vaksin yang tidak sesuai dengan target organ menyebabkan vaksin yang diberikan tidak maksimal dalam merangsang pembentukan antibodi. Contohnya, vaksin pox yang diberikan mengandung mikroorganisme dengan target sistem kekebalan di sel-sel kulit sehingga pemberian harus melalui tusuk sayap, namun vaksinasi dilakukan melalui air minum. Hal tersebut akan mengakibatkan kandungan vaksin tidak akan optimal mencapai target organ kekebalan.

  • Kualitas air atau pelarut yang kurang baik

Sebagai contoh pH air asam/basa dan air yang sadah akan merugikan, terutama untuk aplikasii via air minum karena akan mempengaruhi potensi vaksin dalam pembentukan kekebalan. Air yang terkontaminasi bahan kimia seperti desinfektan atau logam berat juga akan merusak virus dalam vaksin.

  • Aplikasi vaksinasi yang tergesa-gesa dan kasar

Metode penyuntikan yang tergesa-gesa mengakibatkan vaksin tidak tidak tepat 1 dosis ke dalam tubuh ayam sehingga mempengaruhi keseragaman dosis vaksin. Akibat fatal yang mungkin terjadi karena cara vaksinasi yang kasar antara lain ayam menjadi stres sehingga kematian tinggi pasca penyuntikan, leher terpuntir, terjadinya abses (kebengkakan) pada leher atau kelumpuhan kaki.

Aplikasi Tepat untuk Hasil Optimal

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, aplikasi vaksinasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis vaksin yang diterima ayam sehingga dapat menghasilkan titer antibodi yang protektif dan seragam. Lalu, pertimbangan apa aja yang harus diperhatikan dalam menentukan aplikasi vaksinasi?

Dalam pelaksanaannya, penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan dengan jenis vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksinasi. Berikut penjelasannya:

  1. Jenis vaksin yang digunakan

Sediaan vaksin aktif berbentuk kering beku. Sehingga pada aplikasi atau pemakaiannya harus dilarutkan dahulu menggunakan pelarut, dapat berupa larutan dapar, air biasa (minum) atau aquades (Aqua Destilata Steril). Setelah itu, dapat diberikan via tetes mata/hidung/mulut, air minum, spray atau tusuk sayap. Vaksin aktif juga dapat diberikan melalui suntikan. Caranya dengan terlebih dahulu dilarutkan dalam aquades (Aqua Destilata Steril) sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan. Vaksin 1000 dosis dilarutkan dalam 500 ml aquades, sedangkan vaksin 500 dosis dilarutkan dalam 250 ml aquades dan demikian seterusnya. Sedangkan vaksin inaktif aplikasinya hanya secara injeksi/suntikan.

  1. Umur ayam saat vaksinasi

Metode vaksinasi yang paling sering digunakan atau dipilih untuk vaksin aktif yaitu dengan aplikasi masal melalui air minum karena praktis dan mudah dilakukan. Karena cara ini akan lebih efektif untuk diaplikasikan pada ayam umur dewasa. Jumlah konsumsi air minum pada ayam dewasa relatif telah optimal dan penyerapan vaksin bersifat sistemik (diedarkan melalui darah). Vaksinasi melalui air minum juga bisa menjadi alternatif untuk vaksinasi ulangan.

Vaksinasi ND dan IB pertama yang biasanya diberikan untuk anak ayam lebih baik hasilnya bila diberikan melalui tetes mata/hidung. Hal tersebut bertujuan untuk mengaktifkan kelenjar harderian (organ kekebalan) di daerah mata, sehingga terbentuk kekebalan lokal di daerah saluran pernapasan atas yang merupakan pintu masuk serangan virus ND dan IB. Selain itu juga , agar tiap ekor anak ayam mendapatkan 1 dosis penuh karena konsumsi air minum belum merata.

Dalam menentukan dosis vaksin aktif maupun inaktif yang disuntikkan juga dapat menyesuaikan dengan umur ayam, misalnya 0,5 ml untuk ayam dewasa dan 0,2 ml untuk anak ayam. Aplikasi dengan cara suntikan subkutan (di bawah kulit leher bagian belakang) pada anak ayam dan pada ayam dewasa dapat dapat melalui intramuskuler (tembus otot daging dada ayam bagian kanan atau otot paha) maupun subkutan. Oleh karena itu, umur ayam bisa menjadi pertimbangan dalam memilih metode vaksinasi yang tepat dan efektif.

Hal Penting yang Harus Diperhatikan

Hal terpenting yang perlu diperhatikan saat pemberian vaksinasi yakni:

  • Vaksin harus habis dalam waktu 2 jam untuk vaksin aktif dan < 24 jam untuk vaksin inaktif.

  • Vaksinasi lebih baik dilakukan jauh dari pemanas.

  • Tiga hari sebelum dan sesudah vaksinasi, bisa diberikan vitamin seperti Vita Stress atau imunostimulan dari bahan alami seperti Imustim untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan dan daya tahan tubuh optimal.

Terkait dalam mendapatkan dosis yang tepat dan seragam maka dalam tiap aplikasi vaksinasi ini harus diperhatikan beberapa hal, antara lain:

  • Tetes Mata, Hidung atau Mulut

Sebelum digunakan, vaksin perlu dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk menaikkan suhu secara bertahap/thawing dan membangunkan agen infeksi yang dimati-surikan dalam keadaan kering beku.

Saat meneteskan larutan vaksin pada mata satu tetes tiap ekor, tunggu sampai vaksin betul-betul masuk ke dalam mata (ayam akan mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Jika melakukan tetes hidung, tutup salah satu lubang hidung lain pada saat meneteskan vaksin dan lepaskan setelah vaksin terhirup. Apabila menggunakan tetes mulut, teteskan satu tetes larutan vaksin melalui mulut. Pastikan sampai vaksin benar-benar masuk ke dalam mulut hingga ayam melakukan reflek menelan. Saat vaksinasi, hal yang perlu diperhatikan yakni cara handling ayam agar vaksinasi tepat. Sekali memegang maksimal 3 ekor ayam saat vaksinasi.

  • Via air minum

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat vaksinasi melalui air minum, yakni:

  1. Pastikan air minum yang digunakan untuk melarutkan vaksin bebas kaporit, desinfektan, ataupun logam (besi, Ca, Mg, dll.) dan memiliki pH netral. Untuk itu, tambahkan Medimilk 10g/5L atau Netrabil 5g/L air minum 30 menit sebelum vaksin dilarutkan guna memperbaiki mutu air, sehingga dapat menjaga agar daya kerja vaksin tetap baik selama pemberian. Hentikan pemakaian desinfektan melalui air minum 48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi.

  2. Sesuaikan jumlah air minum dengan kebutuhan selama waktu penggunaan vaksin aktif (2 jam). Perkiraan kebutuhan air minum dapat dilihat pada Tabel 2. Namun ini hanya sebagai panduan umum, konsumsi air minum juga dipengaruhi kondisi cuaca lingkungan.

  1. Pastikan TMA sudah bersih saat melakukan vaksinasi air minum. Bersihkan piring kerucut dan galon tempat minum dengan menggunakan lap atau kain kering untuk meminimalkan kotoran yang masuk. Pada penggunaan nipple drinker dan Tempat Minum Ayam Otomatis (TMAO), pembersihan saluran pipa air juga harus diperhatikan. Lakukan pembersihan rutin dengan pengurasan (flushing) pada pipa saluran air terutama setelah atau sebelum jadwal pengobatan, pemberian vitamin, desinfeksi air minum dan terutama saat ada jadwal vaksinasi.

  2. Agar hasil vaksinasi melalui air minum optimal sebaiknya vaksinasi dilakukan pada pagi hari, karena merupakan waktu puncak ayam beraktivitas dan mengonsumsi air minum serta kondisi cuaca lingkungan yang relatif masih nyaman.

  3. Sebelum diberi air minum yang berisi vaksin, ayam sebaiknya puasa minum terlebih dahulu selama 1-2 jam, tergantung cuaca. Apabila kondisi lingkungan kandang sangat panas, puasa minum cukup selama 1 jam.

  4. Sediakan tempat minum dalam jumlah yang cukup dan distribusi merata agar seluruh ayam dapat minum bersama-sama. Jangan menggunakan tempat minum dari kaleng. Operator harus mengontrol/memastikan saat proses vaksinasi sehingga jika ayam tidak bisa mengakses tempat minum ayam (TMA) maka perlu dibantu dengan mendekatkan ke TMA. Jika menggunakan nipple drinker maka pastikan larutan vaksin mencapai ujung nipple dan rangsang ayam untuk minum dengan menekan nipple drinker. Letakkan TMA berisi vaksin harus di tempat yang teduh, jangan kena panas dan sinar matahari langsung.

  • Vaksinasi spray

Vaksinasi dengan cara spray tidak memakai larutan dapar sebagai pelarutnya, larutan dapar digunakan secara khusus untuk vaksinasi dengan secara tetes mata, hidung atau mulut. Air atau pelarut yang digunakan yaitu cairan aquades (Aqua Destilata Steril). Boleh juga menggunakan air biasa, hanya saja harus dipastikan bahwa air tersebut memiliki kualitas yang bagus, diantaranya tidak mengandung logam berat, tidak sadah (mengandung kadar Ca, Mg yang tinggi), dll. Selain itu, air itu juga tidak boleh terkontaminasi klorin.

Seluruh isi vial vaksin dilarutkan ke dalam pelarut sampai tercampur rata dan masukkan ke dalam sprayer dengan hati-hati. Sebaiknya sprayer yang dipakai hanya untuk vaksinasi. Semua pintu dan lubang ventilasi kandang dapat ditutup serta kipas angin dimatikan. Ventilasi kandang dibuka kembali dan kipas dinyalakan lagi 20 – 30 menit setelah selesai penyemprotan.

Vaksinasi spray yang dilakukan pada DOC akan lebih hemat waktu dibandingkan dengan aplikasi konvensional seperti vaksinasi tetes. Mesin sprayer juga biasanya dilengkapi dengan penghitung otomatis boks DOC yang sudah divaksin.

  • Suntikan/Injeksi (Subkutan atau Intramuskuler)

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah:

    • Vaksinasi suntikan dengan vaksin inaktif, sebelumnya vaksin perlu di-thawing dengan menggenggam dan menggesekkan ke dua tangan hingga vaksin tidak berembun.

    • Untuk memastikan apakah vaksin tersebut tepat berada dibawah kulit atau tidak, dapat dengan melihat bekas suntikan, maka vaksin yang diinjeksikan akan tampak berwarna putih dibawah kulit.

    • Penusukkan jarum jangan terlalu dalam untuk mencegah ikut tertusuknya jaringan di bawah otot.

    • Vaksinasi dengan cara suntikan harus dilakukan dengan hati-hati. Terutama saat handling ayam, menarik kaki ayam, sudut kemiringan jarum < 45°, penyuntikan tidak tergesa-gesa, dll.

  • Tusuk sayap

Vaksinasi tusuk sayap diberikan untuk vaksin aktif cacar/fowl pox atau vaksinasi kombinasi AE dan fowl pox. Vaksinasi dilakukan dari bagian dalam sayap. Sayap direntangkan dan jarum penusuk ditusukkan pada bagian lipatan sayap yang tipis. Jangan sampai mengenai pembuluh darah, tulang dan urat daging sayap. Vaksin tidak boleh menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat vaksinasi. Vaksinasi dinyatakan berhasil jika terdapat radang berbentuk benjolan dengan diameter 3-5 mm pada lokasi tusukan. Reaksi ini akan muncul 3-7 hari setelah vaksinasi dan akan sembuh kembali dalam waktu kurang dari 3 minggu.

Metode vaksinasi yang dilakukan terutama saat proses aplikasi harus didukung pula dengan kemampuan pelaksana/operator yang terampil dan pengelolaan lingkungan yang baik. Tentunya hal itu berkaitan dengan penerapan tata laksana yang baik dan biosecurity secara ketat.

Semoga bermanfaat. Salam.

Cara Tepat Aplikasi Vaksinasi Unggas
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin