Pertanyaan
Bapak Adib – by Email
Apakah parasetamol boleh digunakan pada ayam yang akan dipanen? Contoh pada ayam broiler yang heat stress (stres panas) di umur mendekati panen?
Jawaban
Terima kasih Bapak Adib atas pertanyaan yang disampaikan. Ayam broiler rentan mengalami heat stress (stres panas) dikarenakan suhu tubuhnya yang sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Peningkatan suhu lingkungan secara langsung menyebabkan kenaikan suhu tubuh ayam. Ternak unggas, termasuk ayam broiler, tidak memiliki kelenjar keringat dan hampir seluruh tubuhnya tertutup bulu, sehingga proses pengeluaran panas menjadi kurang efisien (Damane et al., 2018). Pengaturan suhu tubuh pada unggas sepenuhnya bergantung pada mekanisme fisik, seperti perpindahan panas melalui kontak langsung dengan benda padat (konduksi), perpindahan panas melalui medium cair atau udara (konveksi), perpindahan panas tanpa media perantara (radiasi), penguapan panas dari tubuh (evaporasi), serta pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi).
Selain itu, ayam broiler memiliki laju metabolisme yang tinggi, sehingga menghasilkan panas tubuh dalam jumlah besar. Ketika suhu lingkungan meningkat, akumulasi panas dalam tubuh pun meningkat dan menyebabkan ayam rentan mengalami heat stress (stres panas) (Hidayat et al., 2020). Pada minggu ke-3 dan ke-4 pemeliharaan, ayam broiler mengalami peningkatan konsumsi pakan yang memicu peningkatan metabolisme energi dan pertambahan berat badan secara cepat. Kondisi ini akan meningkatkan produksi panas tubuh. Apabila tidak diimbangi dengan manajemen pemeliharaan yang baik, seperti ventilasi dan pengaturan kepadatan kandang, maka risiko terjadinya heat stress (stres panas) akan meningkat.
Heat stress (stres panas) pada unggas didefinisikan sebagai kondisi ketika ayam tidak mampu mempertahankan keseimbangan antara panas tubuh yang dihasilkan dengan panas yang dilepaskan ke lingkungan (Ahmad et al., 2022). Kondisi ini umumnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara panas yang diserap dari lingkungan dan panas yang dikeluarkan oleh tubuh ayam. Ketidakseimbangan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal, seperti tingkat metabolisme, spesies ayam, dan kemampuan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), maupun faktor eksternal, seperti suhu udara, kelembaban, paparan radiasi matahari, tipe kandang, kepadatan populasi, dan kualitas nutrisi pakan yang dikonsumsi (Hidayat et al., 2020).

Faktor eksternal, seperti suhu, udara dan kelembaban, sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim tropis di Indonesia, di mana suhu harian dapat melebihi 35 °C dengan kelembaban relatif antara 70–80%. Sementara itu, zona nyaman bagi unggas berada pada suhu kandang sekitar 25–28 °C dan kelembaban 60–70%. Perbedaan yang cukup signifikan antara kondisi lingkungan aktual dan zona nyaman unggas ini meningkatkan risiko terjadinya heat stress (stres panas), terutama apabila tidak disertai dengan manajemen kandang yang optimal.
Kondisi heat stress (stres panas) pada unggas dapat dievaluasi menggunakan Heat Stress Index (HSI). HSI merupakan indikator gabungan yang digunakan untuk menilai tingkat heat stress (stres panas) berdasarkan dua parameter utama, yaitu suhu lingkungan dan kelembaban relatif. Indeks ini menggambarkan kondisi termal yang dialami oleh ternak dan dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah lingkungan pemeliharaan berada dalam zona nyaman atau berisiko menyebabkan heat stress (stres panas). HSI dihitung dengan menjumlahkan nilai temperatur udara dan kelembaban relatif (Yasa et al., 2019). Zona nyaman bagi ayam berada pada rentang nilai HSI antara 85 hingga 95. Apabila nilai HSI melebihi 95, ayam mulai mengalami heat stress (stres panas). Jika nilai HSI mencapai lebih dari 115 dalam waktu yang lama, maka risiko kematian pada ayam meningkat secara signifikan.
Unggas yang mengalami heat stress (stres panas) umumnya menunjukkan berbagai gejala klinis, antara lain peningkatan konsumsi air minum, penurunan nafsu makan, peningkatan perilaku kanibalisme, pernapasan terengah-engah dengan panting (mulut terbuka), posisi tubuh jongkok dengan sayap terbuka, tampak murung, mata tertutup, tampak lesu, sering berbaring, serta terjadi penurunan performa produksi. Sebagai respons terhadap heat stress (stres panas), unggas akan berupaya menurunkan suhu tubuh melalui beberapa mekanisme, seperti membuka mulut, menggerakkan bulu, mengurangi aktivitas makan dan bergerak, serta memperpanjang waktu istirahat (Hidayat et al., 2020).
Parasetamol telah lama digunakan pada ayam broiler sebagai antipiretik (penurun demam), salah satunya dipicu saat kondisi heat stress (stres panas) di musim kemarau (Suriansyah et al., 2016; Palupi et al., 2015). Parasetamol, atau asetaminofen, merupakan obat yang secara luas digunakan di bidang medis, termasuk dalam dunia peternakan, karena efektivitasnya sebagai antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri) pada hewan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase-3 (COX-3) di sistem saraf pusat, yang berperan dalam sintesis prostaglandin sebagai senyawa yang memicu timbulnya nyeri dan demam (Przybyla et al., 2021; Papich, 2020). Dengan menghambat COX-3, produksi prostaglandin dapat ditekan, sehingga parasetamol efektif dalam mengurangi gejala demam dan nyeri (Freo et al., 2021; Plumb, 2018).

Penggunaan parasetamol pada kondisi heat stress (stres panas) diperbolehkan, namun harus memperhatikan perjalanan obat di dalam tubuh ayam seperti waktu paruh obat. Waktu paruh obat merupakan waktu yang dibutuhkan agar kadar obat yang ada di dalam tubuh ayam menurun hingga 50% dari kadar awal. Waktu paruh obat penting digunakan untuk menentukan dosis, frekuensi pemberian, dan memastikan keamanan konsumsi produk hewan setelah pengobatan (Suwandi et al., 2018). Residu obat yang tertinggal dalam jaringan atau organ setelah pengobatan ayam dapat berisiko bagi kesehatan konsumen, seperti menimbulkan reaksi alergi atau berkontribusi terhadap resistensi antimikroba (Butzaina, 2018; Zhang et al., 2015). Waktu paruh parasetamol sekitar 4 hingga 5 jam, sehingga informasi ini menjadi acuan penting dalam menentukan waktu henti obat sebelum ayam dipanen, agar produk akhir ternak bebas dari residu yang membahayakan.
Berdasarkan pemahaman tersebut, obat antipiretik (penurun demam) yang diberikan pada ayam dalam kondisi heat stress (stres panas) haruslah tepat dan efektif. Medion memproduksi dua sediaan obat yang efektif dalam menurunkan demam pada unggas pada kondisi heat stress (stres panas), yaitu Paramed-S dalam bentuk serbuk dan Paramed-C dalam bentuk cair. Paramed-S diberikan melalui air minum dengan dosis 1 g /2 L air, sedangkan Paramed-C diberikan dengan dosis 1 ml/ 2 L air minum. Selain memiliki efek antipiretik (penurun demam), kedua produk ini juga berperan sebagai analgesik (pereda nyeri),serta mendukung proses pemulihan pasca penyakit seperti penyakit Gumboro.

Apabila unggas mulai menunjukkan gejala klinis heat stress (stres panas) dan HSI menunjukkan nilai lebih dari standar, maka perlu dilakukan evaluasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan heat stress (stres panas) pada unggas (Palupi et al., 2015). Pencegahan heat stress (stres panas) pada ayam broiler dapat dilakukan melalui manajemen kandang yang difokuskan pada faktor-faktor eksternal pemicu heat stress (stres panas). Berikut merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi heat stress (stres panas) pada ayam :
- Memperlancar sirkulasi udara di sekitar ayam
Sirkulasi udara di dalam kandang memiliki peran penting dalam mempengaruhi suhu lingkungan internal kandang (Ridho et al., 2024). Upaya perbaikan sirkulasi udara dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui pengaturan sistem buka-tutup tirai kandang, penambahan kipas angin (blower) yang dipasang searah dari bagian depan menuju belakang kandang, serta penyesuaian struktur fisik kandang, seperti tinggi kandang, jarak antar kandang, dan desain atap. Penyesuaian ini terutama penting diterapkan pada sistem kandang open house (kandang terbuka). - Akses air minum
Air minum memiliki peran penting dalam mendukung metabolisme tubuh ayam, termasuk dalam proses pengaturan suhu tubuh. Oleh karena itu, air minum sebaiknya disediakan dengan suhu optimal sekitar 20–24°C, dan tidak lebih dari 30°C. Peningkatan aksesibilitas air dapat dilakukan dengan menambah jumlah tempat minum serta mendistribusikannya secara merata di seluruh area kandang. Selain itu, penting untuk menjaga suhu air tetap rendah dengan memberikan peneduh pada tandon atau toren agar tidak terkena sinar matahari langsung. Instalasi pipa saluran air juga sebaiknya ditempatkan di area yang teduh atau ditanam di dalam tanah untuk mencegah kenaikan suhu air akibat paparan panas lingkungan. - Mendinginkan tubuh ayam
Untuk mengurangi dampak heat stress (stres panas), penting dilakukan upaya mendinginkan tubuh ayam secara efektif. Salah satu strategi yang dianjurkan adalah menghindari pemberian pakan pada siang hari yang terik, khususnya antara pukul 11.00 hingga 14.00 WIB. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan dalam tiga tahap, yakni pagi hari pukul 07.00/ 08.00 WIB sebanyak 40%, sore hari setelah pukul 15.00 WIB sebanyak 30%, dan malam hari setelah pukul 18.00 WIB sebanyak 30%. Pemberian pakan pada malam hari dinilai efektif karena suhu lingkungan mulai menurun, sehingga mengurangi heat stress (stres panas) dan meningkatkan nafsu makan ayam. Selain itu, pakan juga dapat dibasahi dengan sedikit air yang telah ditambahkan vitamin untuk meningkatkan palatabilitas dan asupan nutrisi. Metode lain yang dapat diterapkan adalah menciptakan efek pendinginan di dalam kandang dengan menggunakan alat sprinkler atau nozzle yang dipasang pada atap kandang untuk membuat hujan buatan. - Mengatur kepadatan ayam dalam kandang
Kepadatan kandang sebaiknya disesuaikan dengan jenis ayam, usia, serta tipe kandang yang digunakan. Sebagai contoh, pada pemeliharaan ayam broiler di kandang tipe open house (kandang terbuka), kepadatan pada minggu pertama dapat mencapai 50–60 ekor per meter persegi. Sementara itu, pada usia empat minggu, kepadatan ideal menurun menjadi sekitar 7–8 ekor per meter persegi. Penyesuaian ini penting untuk menjaga kenyamanan ternak, mencegah heat stress (stres panas), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. - Suplementasi
Suplementasi sebagai antisipasi terhadap heat stress (stres panas) pada unggas dapat dilakukan melalui pemberian vitamin, mineral elektrolit, dan mikronutrien. Medion menyediakan berbagai produk suplementasi yang dapat digunakan untuk mendukung kondisi fungsi tubuh ayam selama masa heat stress (stres panas). Antara lain adalah Paramed-S yang dapat diberikan melalui air minum dengan dosis 1 g /2 L air dan Paramed-C yang dapat diberikan dengan dosis 1 ml/ 2 L air minum untuk menurunkan demam akibat kondisi heat stress (stres panas), Vita Stress yang dapat diberikan dengan dosis 1 g/ 2 L air minum selama 7 hingga 10 hari berturut-turut untuk mencegah stres. C-Fresh yang dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g/ 10 L air minum atau 1 hingga 2 gram per 10 kilogram ransum. Vitasel-C yang dapat digunakan dengan dosis 1 g/10 L air minum, dan Kumavit yang dapat diberikan dengan dosis 1 g/ 2 L air minum. Selain itu, penambahan premix seperti Top Mix dan Mix Plus dalam ransum juga dapat membantu mendukung produktivitas ayam selama periode heat stress (stres panas).
