Prospek usaha ayam broiler saat ini dinilai menjadi usaha yang cukup menjanjikan. Salah satu alasannya karena usaha tersebut menghasilkan daging ayam yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Namun usaha ayam broiler ini tidak lepas dari adanya keuntungan dan kerugian selama periode pemeliharannya. Faktor yang menjadi penentu untung ruginya usaha ayam broiler ini dapat dilihat dari data recording. Oleh karena itu penting agar pelaku usaha ayam broiler memiliki catatan pemeliharaan (recording) selama pemeliharaan ayam broiler.

Kendala yang dihadapi pelaku bisnis ayam broiler tidak bisa diprediksi. Kendala tersebut bisa muncul dari segi produksi meliputi lingkungan dan penyakit, segi harga meliputi harga pakan dan harga ayam panen, serta dari segi sosial meliputi persaingan usaha. Kendala tersebut bisa diatasi dengan menerapkan manajemen resiko yang sesuai. Artikel ini akan membahas lingkup usaha ayam broiler mulai dari prospek, kendala dan manajemen resiko serta faktor penentu laba usaha ayam broiler berdasarkan data recording.

Prospek Usaha Peternakan Ayam Broiler

Peternakan ayam broiler merupakan salah satu agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia. Agroindustri umumnya mempunyai kontribusi yang signifikan bagi negara berkembang karena tiga alasan, yaitu sebagai sarana transformasi produksi pertanian menjadi produk siap konsumsi, sebagai faktor manufaktur andalan komoditi ekspor dan sebagai penyedia bahan makanan sumber nutrisi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

Perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan.

Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan (2005), komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar umat muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Peternakan broiler saat ini dinilai menjadi usaha yang cukup menjanjikan karena permintaan akan daging ayam cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama diwaktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu, lama pemeliharaan ayam broiler ini lebih singkat sekitar 30 – 40 hari, hal itu didukung oleh genetik ayam broiler yang mampu mencapai bobot badan yang tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadikan daya tarik bagi para pelaku usaha karena perputaran modalnya yang relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para pelaku usaha untuk terjun di bisnis ayam broiler.

Berdasarkan tabel tersebut, produksi daging ayam broiler di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan tersebut ditujukan untuk menyeimbangkan permintaan pasar yang juga terus meningkat. Hal inilah yang menjadikan usaha peternakan ayam broiler terus bertambah dan berkembang dari tahun ke tahun. Khusus untuk tahun 2017, produksi daging ayam broiler mengalami sedikit penurunan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh faktor cuaca dan kualitas pakan yang secara langsung mempengaruhi produksi ayam broiler, sehingga produksinya tidak optimal.

Kendala Usaha Peternakan Ayam Broiler

Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks selama masa pemeliharaan ayam broiler. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat resiko yang dihadapi. Resiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini secara garis besar d bagi menjadi 3 bagian, yakni resiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit), resiko harga, dan resiko sosial. Resiko-resiko tersebut dijabarkan sebagai berikut :

  1. Resiko produksi (genetik dan penyakit)

    Perkembangan genetik ayam broiler yang menuntut untuk mencapai bobot badan yang tinggi dalam waktu yang singkat menjadi salah satu pemicu ayam ini rentan untuk stres dan terkena penyakit. Selain dari sistem peliharaan dan manajemen, biosecurity dan vaksinasi menjadi hal penting untuk membentengi sistem kekebalan ayam. Berbagai penyakit yang sering menyerang ayam broiler seperti CRD harus ditanggulangi dengan pemberian antibiotik agar tidak mengakibatkan penyakit sekunder lain masuk ke dalam tubuh ayam. Penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus tidak ada obatnya. Oleh karena itu peternak harus lebih sigap dalam hal preventif atau pencegahan dengan cara melakukan vaksinasi dan isolasi jika ada ayam yang telah terkena penyakit yang diakibatkan oleh virus

  2. Resiko harga (naiknya harga pakan dan ayam panen)

    Harga pakan mencapai 80 – 90% dari total biaya pemeliharaan. Pakan menjadi suatu hal yang penting karena kualitas pakan menjadi penentu dalam produktivitas ayam. Adanya kenaikan harga pakan menjadi masalah yang sangat diperhitungkan karena hal tersebut akan berpengaruh langsung terhadap kualitas pakan yang didapatkan serta FCR ayam yang dipelihara. Untuk harga ayam panen, ketika harga ayam melonjak di pasaran, maka akan mengakibatkan menurunnya minat pembeli. Apabila pasokan daging ayam kurang atau lebih rendah dari konsumsi maka akan terjadi kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan daging ayam melebihi kebutuhan maka harga akan turun. Kenaikan harga ini juga biasanya terjadi di waktu menjelang hari raya Idul Fitri.

  3. Resiko sosial (banyaknya pesaing)

    Menjamurnya usaha peternakan ayam broiler ini mengakibatkan persaingan yang cukup ketat antar pelaku usaha. Guna mendapatkan kepercayaan konsumen, sangat penting untuk menunjukkan bahwa produk ayam yang dihasilkan lebih baik kualitasnya daripada ayam pesaing.

Manajemen Resiko Usaha Ayam Broiler

Manajemen resiko sangat penting dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam usaha broiler. Secara tidak langsung, resiko-resiko yang dihadapi oleh pelaku usaha ayam broiler berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh setiap periodenya. Adapun manajemen resiko yang bisa diterapkan oleh pelaku usaha ayam broiler sebagai berikut:

  1. Manajemen resiko produksi (penyakit)

    Manajemen resiko produksi yang diterapkan oleh usaha peternakan broiler bertujuan untuk mengatasi dan meminimalkan tingkat mortalitas akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan akibat adanya penyakit.

    Adapun manajemen untuk meminimalisir resiko ayam terkena penyakit adalah dengan menerapkan program biosecurity yang ketat. Selain itu, perlu diperhatikan pula program vaksinasi dalam farm broiler. Karena untuk program kesehatan, baik vaksinasi maupun medikasi di setiap farm akan berbeda dalam penerapannya, tergantung tantangan lapang di peternakan tersebut.

  2. Manajemen resiko harga (pakan dan ayam)

    Manajemen resiko yang diterapkan oleh pelaku usaha ayam broiler untuk mengatasi resiko harga diantaranya adalah dengan melakukan pemanenan pada saat yang tepat. Pemanenan diwaktu yang tepat adalah pemanenan yang dilakukan setelah menghitung dengan cermat berapa jumlah pakan yang telah digunakan, berapa berat badan rata-rata ayam, berapa nilai FCR yang dihasilkan, dan berapa kisaran harga jual pasar yang berlaku pada saat pemanenan dilaksanakan. Resiko harga juga dapat diatasi dengan melakukan efisiensi penggunaan pakan. Penggunaan pakan yang efisien dapat menghasilkan berat badan ayam yang tinggi dan akan meningkatkan jumlah hasil panen.

  3. Manajemen resiko sosial (pesaing)

    Maraknya usaha ayam broiler mengakibatkan setiap produsen mengalami persaingan dalam pemasaran. Adapun manajemen resiko sosial terhadap persaingan ini dapat di minimalisir dengan pandai melihat situasi pasar. Fluktuasi harga pasar juga akan mempengaruhi tingginya persaingan. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan. Selain itu, pelaku usaha juga dapat memlih lokasi pendistribusian produk yang tepat guna menghindari risiko biaya operasional yang tinggi, serta senantiasa menjaga kualitas ayam yang akan di jual.

Faktor Penentu Laba Usaha Berdasarkan Data Recording

Sistem pencatatan yang baik akan memberikan gambaran kondisi peternakan yang riil. Sebaiknya sistem tersebut melibatkan peran seluruh pegawai dalam peternakan tersebut.

Komponen utama sistem pencatatan ialah tabel pencatatan (recording) yang berisi parameter yang dapat dijadikan tolak ukur evaluasi. Secara teknis, membuat suatu tabel pencatatan tidaklah sulit.

Sesuai fungsi evaluasi dalam manajemen, parameter-parameter dalam recording ditujukan untuk mengawasi dan mengendalikan untuk memastikan jalannya peternakan telah berjalan sesuai perencanaan awal. Beriku faktor-faktor utama yang harus ada dalam recording:

  1. Jumlah ayam

    Jumlah ayam saat pemeliharaan dapat dikontrol dengan adanya pencatatan harian. Selain itu, adanya ayam afkir dan ayam yang mengalami kematian selama pemeliharaan dapat dievaluasi segera penyebabnya. Jika deplesi ayam rendah, maka hasil akhir berupa ayam panen akan lebih banyak, dan hal itu akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh oleh peternak.

  2. Pakan

    Jenis pakan yang dipakai dalam satu periode pemeliharaan ayam broiler disesuaikan dengan fase/umur serta jenis/strain ayam yang di pelihara. Dalam catatan harian atau recording, jenis dan jumlah pakan yang terkonsumsi akan dicatat. Pencatatan konsumsi pakan ini dilihat dari sisa pakan per harinya kemudian ditimbang. Pentingnya mengetahui feed intake/konsumsi pakan ayam saat pemeliharaan berfungsi untuk menyeimbangkan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Semakin tinggi feed intake, maka protein pakan semakin rendah, begitupun sebaliknya. Hal ini dimaksudkan agar keseimbangan antara feed intake dan kebutuhan nutrisi bisa seimbang.

  3. Bobot badan

    Hasil akhir (panen) ayam broiler adalah berupa kg daging yang dihasilkan. Pentingnya pencatatan bobot badan per minggu dijadikan evaluasi apakah bobot badan per minggunya tercapai atau tidak. Jika bobot badan tidak tercapai di minggu-minggu awal pemeliharaan, maka segera lakukan penanganan berupa penambahan jumlah pakan serta frekuensi pemberian pakan yang ditingkatkan. Selain itu, jika bobot badan dalam satu kandang tidak seragam maka ayam yang bobot badannya tidak sesuai standar langsung dipisahkan guna memfokuskan penanganan dan pakan yang dikonsumsi lebih merata. Jika dalam satu kandang terdapat ayam dengan bobot badan yang beragam, maka pakan yang dikonsumsi pun tidak akan merata. Hal itu dikarenakan ayam dengan bobot badan lebih besar akan makan lebih banyak daripada ayam yang bobot badannya lebih kecil. Pencatatan bobot badan ini juga dijadikan tolak ukur waktu panen ayam.

  4. Obat dan vaksin

    Program vaksinasi dan medikasi peternakan ayam broiler akan berbeda antar farm. Adanya pencatatan mengenai program kesehatan ini dapat menjadi tolak ukur dan evaluasi ketahanan ayam terhadap penyakit serta menjadi evaluasi jika ayam mengalami outbreak atau terkena suatu penyakit.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka catatan harian atau recording menjadi suatu hal yang penting sebagai bahan evaluasi dan tolak ukur keberhasilan usaha peternakan.

Laba Usaha Peternakan Broiler

Pendapatan peternak sangat berpengaruh bagi keberlangsungan sebuah usaha peternakan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan peternak untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh peternak tersebut. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi usaha peternakan.

Analisis usaha ternak sangat tergantung pada perhitungan biaya produksi, harga pasar dan pendapatan penjualan, serta perhitungan bonus usaha. Berikut ini dijelaskan mengenai analisis usaha ternak broiler:

  1. Perhitungan biaya produksi

    Besarnya biaya produksi ayam broiler komersial hidup di suatu farm, di suatu negara, atau pada suatu musim sangat bervariasi. Banyak faktor yang mempengaruhi biaya produksi. Namun faktor terbesar yang berpengaruh terhadap biaya produksi adalah pakan, sehingga besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan, bergantung pada biaya pakan yang dikeluarkan. Biaya per ekor atau per kilogram berat hidup ayam akan semakin tinggi jika performa pemeliharaan tidak baik. Performa dapat diukur dari tingkat mortalitasdan penggunaan pakan.

  2. Harga pasar dan pendapatan penjualan ayam

    Harga ayam ketika dijual ditentukan oleh harga pasar yang berlaku pada saat itu. Informasi harga yang berlaku biasanya diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Broiler (PINSAR) atau dari harga posko yang dibentuk oleh para broker ayam. Harga ayam broiler bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada pasokan produksi, daya beli masyarakat, variasi berat 28 ayam, dan kondisi kesehatan ayam. Harga ayam juga sangat dipengaruhi oleh peringatan hari-hari raya.

  3. Perhitungan laba rugi

    Beberapa faktor yang mempengaruhi laba rugi suatu usaha ayam broiler komersial adalah sebagai berikut:

    a. Prestasi produksi

    Semakin tinggi nilai performa, maka biaya produksi makin rendah. Tinggi rendahnya prestasi akan berpengaruh terhadap besar kecilnya laba rugi yang akan diperoleh. Prestasi yang buruk, erat kaitannya dengan adanya masalah di farm yang bersangkutan, misalnya ayam terkena sakit, kualitas DOC rendah, pakan jelek, atau terjadi kesalahan manajemen.Dalam usaha kemitraan, prestasi produksi setiap pemeliharaan ayam broiler dinyatakan dengan IP (Indeks Prestasi). Metode perhitungannya adalah sebagai berikut:

     

Ket :

Daya Hidup = Persentase ayam hidup yang

terpanen (%)

Bobot Badan = Bobot badan panen (kg)

FCR = Jumlah pakan yang dihabiskan

untuk menghasilkan satu kg

bobot ayam hidup

Umur panen = Rata-rata umur panen

(hari)

Untuk menghitung IP dibutuhkan empat parameter lain, yaitu:

  • Bobot badan rata-rata

    Rumus ini digunakan untuk mengukur berat badan baik saat kontrol berat badan maupun saat panen. Berikut rumus tersebut:

Bandingkan hasil perhitungan di atas dengan data dari breeder. Idealnya, bobot badan rata-rata kandang lebih besar atau sama dengan standar. Jika bobot badan rata-rata lebih kecil dari standar lakukan beberapa perbaikan misalnya dalam tata laksana pemberian pakan dan pengaturan kepadatan kandang.

  • Rasio konsumsi pakan terhadap peningkatan bobot badan atau Feed Conversion Ratio (FCR)

    Rumus menghitung FCR ialah:

Dengan kata lain, FCR didefinisikan berapa jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih (FCR ≤ 1). Sayangnya, kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Pada broiler biasanya target FCR = 1 maksimal dapat dicapai sebelum ayam berumur 2 minggu (FCR dua minggu ± 1,047-1,071. Setelahnya, FCR akan meningkat sesuai umur ayam.

  1. Rata-rata umur ayam saat panen (A/U)

    Parameter ini menghitung rata-rata umur ayam yang dipanen. Pemanenan yang termasuk ke dalam parameter ini ialah pemanenan ayam sehat pada bobot badan tertentu. Jadi, ayam afkir tidak masuk ke dalam perhitungan ini. Misalnya ada permintaan 600 ekor ayam broiler berat 1 kg kepada peternak broiler yang memiliki populasi 3.000 ekor. Sehingga peternak memutuskan memanen 600 ekor ayam yang sudah mencapai berat 1 kg sedang yang lainnya (2400 ekor,red) tidak. Rumus menghitung A/U ialah:

  2. Tingkat deplesi populasi

    Deplesi populasi atau penyusutan jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu kematian dan afkir ayam (culling ayam). Rumus menghitung tingkat deplesi (D) ialah sebagai berikut:

b. Harga jual ketika panen

Harga jual di atas biaya produksi menandakan usaha yam broiler komersial menguntungkan. Semakin tinggi selisih jual dan biaya produksi, semakin besar keuntungan yang akan diperoleh. Namun jika harga jual di bawah biaya produksi, maka usaha ayam broiler komersial akan rugi. Sementara itu, saat ini perusahaan inti yang membeli ayam dari peternak plasma lebih banyak menggunakan harga kesepakatan (sistem kontrak) sehingga pendapatan peternak plasma relatif stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh harga jual dipasaran.

c. Harga sarana peternakan (Sapronak)

Tinggi rendahnya harga beli secara langsung berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya produksi, terutama harga beli pakan. Alasannya, pakan merupakan komponen paling besar dalam usaha ayam. Meskipun faktor penentu laba rugi lainnya stabil, seperti performa pemeliharaan tetap baik, atau harga jual stabil, belum tentu usaha beternak ayam memperoleh untung besar, jika harga sapronak tinggi. Tinggi rendahnya harga sapronak secara langsung sangat mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi dan secara otomatis akan mempengaruhi laba rugi yang akan diperoleh

d. Faktor lain

Faktor lain yang berpengaruh pada besarnya laba rugi adalah perbedaan kebijakan perhitungan biaya produksi, yang secara otomatis akan mempengaruhi perhitungan besar kecilnya laba rugi yang akan diperoleh. Kebijakan tersebut meliputi perhitungan sewa kandang, management fee, dan bonus atau insentif karyawan yang dimasukkan dalam perhitungan biaya produksi

Dari seluruh bahasan di atas bisa kita simpulkan bahwa usaha peternakan ayam broiler memiliki prospek yang cukup menjanjikan ditinjau dari permintaan daging yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pelaku usaha broiler ini wajib memperhatikan keseimbangan manajemen pemeliharaan untuk mencapai keuntungan yang optimal. Salam.

Faktor Penentu Laba Usaha Broiler

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin