Indonesia adalah negara kepulauan yang beriklim tropis, memiliki dua musim (musim kemarau dan penghujan), berada di garis katulistiwa, dan diapit oleh dua samudera besar yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Kondisi ini menyebabkan variasi cuaca yang tinggi, variasi waktu perubahan musim, dan meningkatkan risiko cekaman akibat perubahan suhu antara siang dan malam.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa Indonesia akan memasuki musim penghujan pada bulan September hingga November, dan tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Puncak musim penghujan diprediksi akan terjadi pada bulan November hingga Desember 2025 di wilayah Indonesia bagian barat, serta Januari hingga Februari di wilayah Indonesia timur dan selatan. Durasi musim hujan 2025/2026 diprediksi akan terjadi lebih panjang daripada kebiasaan tahunannya. (BMKG, 2 Oktober 2025).
Kondisi ini mengharuskan pelaku usaha peternakan untuk lebih waspada pada tantangan, khususnya yang terpengaruh dengan musim penghujan, salah satunya adalah peningkatan kejadian penyakit. Tingginya curah hujan akan menyebabkan meningkatkan faktor predisposisi penyakit seperti kelembapan udara yang tinggi (>85%), suhu lingkungan rendah, penurunan kualitas pakan oleh jamur dan racun jamur (mikotoksin), litter lembap, penurunan kualitas air, dan meningkatnya populasi serangga sebagai vektor penyakit (lalat, nyamuk, dan serangga vektor lainnya).
Suhu fisiologis tubuh unggas lebih tinggi jika dibandingkan dengan mamalia, sekitar 38,8-40°C. Rendahnya suhu lingkungan saat musim penghujan, akan menciptakan cekaman yang berimbas pada dikeluarkannya hormon stres. Hormon adenocorticotropic (ACTH) yang merupakan hormon stres, akan menyebabkan peningkatan kortisol dalam darah, yang kemudian akan menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi imunosupresi dan perlambatan pertumbuhan (termasuk perlambatan penyerapan kuning telur pada DOC). Kondisi tersebut menambah risiko kejadian penyakit di musim penghujan (Knezevic et al., 2023).
Selain itu, menurut Zhang et al. (2011) kondisi stres oleh suhu rendah pada kondisi akut akan menyebabkan edema dan kerusakan pada sel epitel usus. Apabila cekaman terjadi semakin lama (kronis), maka kerusakan dan pendarahan akan semakin parah. Kerusakan ini kemungkinan diakibatkan oleh respon stres oksidatif, utamanya pada duodenum.
Beberapa penyakit yang sering muncul pada musim penghujan antara lain penyakit bakterial (misalnya korisa, CRD, CRD Kompleks, colibacillosis), penyakit viral (AI, ND, IB, gumboro), juga penyakit parasiter (misalnya cacingan dan koksidiosis). Selain penyakit infeksius di atas, ada juga penyakit non-infeksius seperti mikotoksikosis yang juga menjadi tantangan di musim penghujan. Pada artikel ini akan dibahas lebih dalam mengenai masalah sistem pencernaan yang harus kita antisipasi selama musim penghujan.
Sistem Pencernaan pada Musim Penghujan
Sistem pencernaan ayam terdiri dari mulut, esofagus, tembolok, proventrikulus, gizzard (ventrikulus), usus halus (duodenum, jejunum, ileum), usus buntu (sekum), usus besar, dan kloaka. Makanan masuk melalui paruh, disimpan sementara di tembolok, kemudian dipecah secara kimia di proventrikulus dan secara mekanik (digiling) di gizzard. Penyerapan nutrisi utama terjadi di usus halus, sementara sisa-sisa makanan diolah lebih lanjut di usus besar dan sekum, kemudian dikeluarkan melalui kloaka sebagai feses.
Musim hujan seringkali membawa tantangan bagi peternak ayam, terutama saat masa brooding. Kombinasi cuaca dingin dan lembap bisa menghambat perkembangan saluran pencernaan DOC, yang akhirnya memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ayam secara keseluruhan. Villi usus dan organ lainnya tidak dapat berkembang secara optimal, karena energi akan banyak digunakan untuk menghangatkan tubuh. Hal ini akan menjadi masalah dikemudian hari apabila tidak dikelola dengan baik.
Pada ayam dewasa, perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam di musim penghujan dapat memengaruhi dan berpotensi menurunkan kerja sistem pencernaan. Pada malam hari suhu lingkungan cenderung rendah, bisa mencapai 16-18°C. Hal ini akan menyebabkan stres yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat ayam lebih rentan terhadap infeksi, baik pada saluran pernapasan maupun pencernaan. Selain itu, peningkatan hormon stres dalam tubuh juga akan meningkatkan gerak usus (peristaltik) serta laju penyaringan darah di ginjal. Akibatnya, penyerapan air di usus besar akan menurun, terjadi peradangan, dan produksi urin meningkat (Tellez-Isaias et al., 2023). Diperparah dengan kelembapan lingkungan yang tinggi, menyebabkan litter menjadi sering basah dan lembap. Litter yang basah ini menjadi media yang baik bagi bakteri pemecah sisa protein dalam feses, untuk diubah menjadi amonia (NH₃). Hal ini membuat situasi menjadi semakin buruk jika tidak diikuti dengan pengaturan ventilasi yang baik. Amonia akan menguap dan mengiritasi kaki ayam mengakibatkan terjadinya footpad dermatitis dan pengikisan saluran pernapasan atas ayam. Kondisi litter yang lembap menjadi suasana yang cocok bagi parasit koksidia untuk berkembang biak.
Koksidiosis pada Ayam
Koksidiosis adalah penyakit parasitik saluran pencernaan yang disebabkan oleh Eimeria sp. Penyakit ini sering menyerang ayam yang dipelihara di kandang postal (baik broiler ataupun layer), menyebabkan penurunan laju pertumbuhan, peningkatan FCR, kematian, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit lainnya. Perkembangbiakannya koksidia membutuhkan kelembapan dan suhu yang sesuai untuk pematangan ookistanya. Kondisi ini sangat sesuai pada saat musim penghujan. Berikut siklus hidup dari Eimeria sp.

Siklus hidup Eimeria sp.
Fase penting yang dapat menyebabkan infeksi (fase infektif) pada ayam adalah fase ookista tersporulasi yang keluar bersama kotoran. Proses sporulasi ini membutuhkan suasana lembap dan hangat di lingkungan, yang kemudian akan menginfeksi ayam yang menelan ookista tersebut. Selama proses perkembangannya di dalam saluran pencernaan, koksidia akan bersarang di lapisan mukosa usus, kemudian merusaknya saat proses pengeluaran ookista. Proses ini mengakibatkan gejala berak darah saat terjadi infeksi. Efeknya adalah gangguan penyerapan nutrisi dari pakan, diikuti oleh penurunan barrier saluran pencernaan, sehingga menjadi pintu masuk infeksi lainnya seperti necrotic enteritis (NE), gumboro, atau ND.
Secara umum koksidiosis ditandai dengan gejala klinis berupa ayam lesu, muka pucat dan bulu kusam, disertai dengan adanya diare berdarah. Kotoran bercampur darah ini diakibatkan oleh siklus hidup koksidia yang merusak saluran usus.


Jika dilakukan pembedahan, maka bagian dalam usus akan mengalami peradangan dengan isi usus yang berwarna merah pepaya. Jika infeksi terjadi di sekum, maka sekum akan membesar dengan warna merah tua yang berisi darah.


Koksidiosis menyebabkan kerusakan pada usus serta sistem pertahanan lokal pencernaan (organ limfoid). Dampak dari kerusakan organ limfoid ini menyebabkan penyakit lainnya mudah menginfeksi seperti penyakit nekrotik enteritis. Koksidiosis ini akan semakin buruk jika berada pada kondisi kepadatan yang tinggi, litter basah, dan ventilasi yang buruk. Sehingga, pengobatan harus dilakukan sedini mungkin menggunakan antikoksidia seperti Toltradex atau Amprosid, diikuti dengan pengelolaan litter yang baik.
Komplikasi Koksidiosis dan Nekrotik Enteritis (NE)
Penyakit nekrotik enteritis diakibatkan oleh infeksi bakteri Clostridium perfringens. Bakteri ini menghasilkan racun berupa toksin alfa dan beta yang akan merusak dinding usus. Hal ini membuat proses pencernaan dan penyerapan sari makanan terganggu sehingga menyebabkan kekerdilan dan kegagalan produksi. Nekrotik enteritis ditandai dengan kumpulan gas pada rongga usus diikuti dengan penebalan mukosa dan bentukan usus handuk.


Kondisi koksidiosis yang terjadi berkepanjangan dan belum tertangani dengan tuntas seringkali diikuti dengan infeksi bakteri Clostridium sp. mengakibatkan terjadinya koinfeksi. Infeksi bakteri ini dapat terjadi karena rusaknya mukosa usus akibat perkembangbiakan koksidia, yang juga menurunkan pertahanan lokalnya. Clostridium sp. yang meningkat jumlahnya dalam usus dan menghasikan toksin mengakibatkan lesi berupa kematian jaringan mukosa yang ditandai usus menebal, berwarna pucat, dan menurunnya kemampuan penyerapan nutrisi (Wiedosari dan Sani, 2020).
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan koinfeksi kedua penyakit tersebut dengan antibiotik golongan sulfonamida dan ionofor (Oh et al., 2018). Produk yang dapat digunakan antara lain Therapy atau Fithera. Fithera merupakan herbal yang dapat bekerja sebagai antibakteri (merusak membran sel bakteri) sekaligus antiprotozoa (membentuk barrier pada vili usus sehingga sporozoit tidak dapat masuk ke dinding usus dan akan dikeluarkan bersama feses). Pengendalian dengan cara ini dirasa salah satu yang paling efektif di samping penggunaan antibiotik kimia, dengan keunggulan tanpa adanya residu. Dosis Fithera yang disarankan untuk pengobatan terhadap bakteri yaitu 0,4 ml per kg BB, sedangkan untuk koksidiosis yaitu 0,2 ml per kg BB.
Pengobatan koksidiosis sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan vitamin B, karena vitamin B adalah nutrisi penting bagi parasit Eimeria sp., penyebab koksidiosis. Jika diberikan secara bersamaan, vitamin B dapat mempercepat perkembangan parasit, yang pada akhirnya akan memperparah infeksi dan membuat pengobatan antikoksidia (obat koksidiosis) menjadi tidak efektif. Sebaiknya lakukan pengobatan koksidiosis sesuai dengan dosis dan durasi terlebuh dahulu, baru kemudian terapi supportive dan pemberian vitamin setelah pengobatan selesai. Disarankan untuk menggunakan vitamin A dan K. Vitamin A berfungsi mempercepat persembuhan mukosa usus akibat infeksi koksidia, dan vitamn K berfungsi untuk menghentikan pendarahan dan mempercepat penyembuhan luka pada mukosa usus yang rusak. Multivitamin yang dapat digunakan antara lain Fortevit atau Broiler Vita.
Colibacillosis di Musim Penghujan
antangan yang juga meningkat jumlahnya saat musim penghujan adalah colibacillosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Escherecia coli yang merupakan mikroflora normal yang ada di saluran pencernaan, Gram negatif, tidak tahan asam, dan tidak berspora. Pada kondisi abnormal, misalnya adanya penurunan imun tubuh serta terlalu tingginya cemaran E. coli di dalam tubuh, bakteri ini akan berubah menjadi patogen. Kejadian infeksi E. coli pada ayam umumnya diakibatkan oleh strain Avian Pathogenic E. coli (APEC) yang menginfeksi melalui cemaran air, litter, udara, dan kotoran. Tingginya amonia dan iritasi saluran pernapasan menjadi faktor predisposisi yang mendukung kejadian colibacillosis.
Colibacillosis bisa terjadi dalam bentuk infeksi primer (infeksi tunggal E. coli saja) dan infeksi sekunder mengikuti penyakit lain seperti CRD, korisa, IB, ILT, SHS, atau penyakit lainnya. Faktor predisposisi colibacillosis adalah kepadatan kandang yang terlalu tinggi, ventilasi udara yang buruk, kualitas litter yang buruk, dan kualitas air minum yang rendah. Hal inilah yang membuat prevalensi kejadian colibacillosis tinggi pada musim penghujan.
Infeksi colibacillosis pada saluran pencernaan ditandai dengan diare dan adanya peradangan berupa kemerahan pada mukosa usus. Kondisi ini apabila tidak ditangani akan mengganggu proses pencernaan makanan, dan menjadi penyakit sistemik.

Dysbacteriosis
Dysbacteriosis adalah kondisi ketidakseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan, yang umumnya ditandai dengan peningkatan jumlah bakteri oportunistik dan menurunnya bakteri yang bermanfaat. Kondisi ini dapat memunculkan berbagai kerugian, antara lain penurunan fungsi pencernaan, kesehatan secara umum, performa produksi, dan kesejahteraan unggas itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan dysbacteriosis ini sangat bervariasi, mulai dari faktor ransum, pemberian antibiotik yang tidak sesuai, racun jamur atau mikotoksin, dan jumlah bakteri itu sendiri.
Faktor predisposisi kejadian dysbacteriosis antara lain kondisi stres, kerusakan jaringan saluran pencernaan oleh infeksi parasit, serta cekaman lingkungan. Pada musim penghujan ketiga faktor tersebut dapat memengaruhi secara bersamaan. Sebagai contoh, cekaman suhu saat malam hari pada ayam kecil dengan kemampuan termoregulasi yang belum sempurna, dapat menurunkan kekebalan ayam. Hal ini dapat penurunan jumlah bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium, serta meningkatkan jumlah bakteri coliform dan clostridium (Fathima et al. 2022).
Gejala dysbacteriosis ditunjukkan dengan diare dan kotoran berbau busuk. Bau yang tidak sedap ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang tidak terserap (misalnya protein), kerusakan jaringan usus, dan gas hasil metabolisme bakteri. Selain itu, dysbacteriosis juga meningkatkan motilitas usus dan produksi lendir saluran pencernaan.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi dysbacteriosis sangat berkaitan dengan penyakit koksidiosis, necrotic enteritis, dan colibacillosis. Ketiga penyakit ini paling sering terjadi menjelang dan selama musim penghujan. Hal ini menjadi penting karena kerugian yang diakibatkan, yaitu berupa penurunan produksi (baik daging maupun telur) dan tingginya nilai FCR. Sehingga diperlukan upaya yang menyeluruh untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan ini. Berikut faktor penting yang dapat dikendalikan untuk menghindari kondisi dysbacteriosis pada unggas.
1. Menjaga kualitas air minum
Kualitas air minum yang baik ditunjukkan dengan karakter fisik yang baik (jernih, tidak berbau), karakter kimia yang baik (pH netral, tidak sadah), dan kondisi biologis yang baik (bebas dari cemaran bakteri patogen seperti E. coli dan Salmonella sp.). Berdasarkan data yang dikumpulkan, cemaran E. coli cenderung meningkat pada musim penghujan. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya pemeriksaan kualitas sumber air dilakukan secara berkala, khususnya pada saat pergantian musim atau pemindahan sumber air baru. Selain itu, pembersihan instalasi air minum secara rutin juga diperlukan dalam upaya pencegahan terbentuknya biofilm. Pengujian kualitas air dapat dilakukan di Laboratorium Medion atau di laboratorium tersertifikasi lainnya. Jika diperlukan, sterilisasi air minum dapat dilakukan dengan Medisep, Zaldes, atau Neo Antisep.
2. Meminimalkan stres akibat cuaca
Mengurangi stres pada saat pergantian musim dan perubahan cuaca secara tiba-tiba, perlu dilakukan untuk mempertahankan imunitas tetap baik. Hindari dan minimalkan faktor penyebab stres seperti pindah kandang, perlakuan vaksinasi atau lingkungan kandang yang tidak nyaman. Jika memang hal-hal tersebut harus dilakukan, sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar minim stres. Penerapan sistem closed house akan sangat membantu dalam menciptakan suasana nyaman di dalam kandang. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi stres maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Vita Stress atau Fortevit.
3. Menjaga kualitas pakan
Ransum yang baik harus diberikan sesuai dengan nilai standar nutrisi yang dibutuhkan. Selain itu, hindari penggunaan pakan yang sudah berjamur. Jika dalam penyimpanannya pakan terkontaminasi oleh jamur, maka dapat diberikan mold inhibitor misalnya Fungitox untuk membatasi pertumbuhan jamur. Pada saat musim hujan sebaiknya tambahkan toxin binder Freetox untuk mengikat racun jamur pada pakan. Akumulasi mikotoksin ini dalam jangka panjang akan menyebabkan imunosupresi, gangguan metabolisme di hati, dan kerusakan ginjal. Jika hal tersebut lebih lanjut terjadi, berikan Freetox-G yang mengandung toxin binder dan hepatoprotektor untuk menjaga fungsi hati. Kombinasi dengan pemberian vitamin dosis tinggi seperti Fortevit dan Top Mix HC akan mempercepat perbaikan jaringan pada saat terjadi mikotoksikosis.
4. Menjaga harmonisasi mikroba dalam saluran pencernaan
Keseimbangan mikrobiota usus yang sehat sangat penting untuk mencegah penyakit, mengoptimalkan penyerapan nutrisi, dan meningkatkan performa ayam secara keseluruhan. Hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemberian probiotik: menambahkan mikroba baik seperti Lactobacillus dan Bacillus ke dalam pakan atau air minum ayam. Pemberian ini membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus, terutama setelah pengobatan antibiotik atau saat ayam mengalami stres.
Penggunaan prebiotik: Prebiotik adalah senyawa yang berfungsi sebagai “makanan” bagi bakteri baik, seperti mannan-oligosaccharides (MOS) dan inulin. Senyawa ini merangsang pertumbuhan mikroba menguntungkan dan menghambat kolonisasi patogen.
Penambahan asam organik: Pemberian asam organik ke dalam pakan atau air minum membantu membunuh bakteri patogen, meningkatkan pertumbuhan bakteri baik, dan memperbaiki kecernaan pakan. Asiges mengandung kombinasi asam organik yang bermanfaat untuk membunuh bakteri patogen, menjaga kesehatan usus dan meningkatkan kecernaan pakan.
Enzim pakan: Tambahkan enzim pakan, seperti xilanase dan β-glukanase, untuk membantu ayam mencerna nutrisi lebih efisien. Enzim ini dapat mengurangi jumlah bakteri patogen dan meningkatkan populasi bakteri baik. Produk yang dapat digunakan antara lain Entrozim. Entrozim merupakan sediaan serbuk mengandung lysozyme yang berperan sebagai growth promoter (dosis: 0,025 g/kg BB) dapat diberikan via air minum maupun pakan.
Perubahan pakan bertahap: Jangan mengganti formulasi pakan secara tiba-tiba. Lakukan transisi pakan secara perlahan agar mikrobiota usus dapat beradaptasi.
Adanya pelarangan penggunaan Antibiotic growth promoter (AGP) dalam pakan untuk mengendalikan mikroba yang tidak diinginkan, mendorong Medion untuk terus berinovasi untuk menciptakan produk herbal yang memiliki fungsi serupa dengan penggunaan AGP, yaitu Natural Growth Promoter (NGP). NGP yaitu bahan tambahan alami untuk membantu pertumbuhan hewan, contohnya probiotik, prebiotik, enzim, dan fitobiotik (herbal) yang fungsinya untuk meningkatkan produksi dan menjaga kesehatan ternak tanpa memberikan efek negatif bagi tanah maupun manusia.
Salah satu produk NGP Medion adalah Intesfit, yang merupakan antibakteri herbal untuk pencernaan yang dapat mempercepat penyembuhan kolera dan nekrotik enteritis. Kandungan bahan aktif andrografolid dalam produk Intesfit akan bekerja dengan menghambat pembentukan DNA bakteri serta mencegah pembentukan koloni bakteri patogen. Selain itu, bahan aktif lainnya akan menempel pada membran sel bakteri, kemudian merusak membran sel, sehingga bakteri akan mati karena kerusakan tersebut. Intesfit berupa sediaan cair, sehingga sangat mudah larut dan ramah digunakan pada dosing pump serta nipple drinker. Dosis yang disarankan adalah 1 mL/L air minum, diberikan selama 5-7 hari.

Strategi Menghadapi Musim Penghujan
Strategi menghadapi musim hujan yang dapat dilakukan meliputi manajemen kandang yang baik, kebersihan dan sanitasi rutin, manajemen pakan dan air yang tepat, serta peningkatan imunitas ayam melalui vaksinasi dan pemberian vitamin.
– Manajemen kandang
- Perbaiki atap atau dinding yang bocor agar kandang tetap kering.
- Jaga sirkulasi udara yang baik untuk mengendalikan kadar amonia dan menjaga suhu kandang.
- Perbaiki drainase dengan membuat selokan kecil di sekitar kandang dan pastikan saluran pembuangan air berfungsi baik untuk mencegah genangan.
- Lakukan sistem buka tutup tirai kandang untuk mengontrol aliran udara dan suhu saat dibutuhkan.
– Kebersihan dan sanitasi
- Lakukan pembersihan dan desinfeksi kandang secara berkala untuk mengurangi cemaran bakteri dan virus dalam kandang. Semprot kandang dapat dilakukan 2x seminggu menggunakan desinfektan yang aman jika terkena ayam, seperti Desinsep, Antisep, Neo Antisep atau Medisep.
- Bersihkan tempat minum setiap hari dan tempat pakan secara rutin untuk mencegah kontaminasi bakteri dan jamur.
- Lakukan pengendalian serangga seperti lalat dan nyamuk yang cenderung meningkat saat musim hujan.
– Pakan dan air
- Perhatikan tempat penyimpanan pakan di tempat yang kering dan sirkulasi udaranya baik. Tambahkan Fungitox jika diperlukan untuk mencegah jamur tumbuh pada pakan.
- Sediakan air minum bersih dan bebas kontaminasi. Lakukan sanitasi air minum jika perlu, misalnya dengan menambahkan desinfektan rutin.
- Hindari sisa pakan berlebih di tempat pakan agar tidak menjadi sumber amonia.
– Kesehatan ayam
- Perhatikan program vaksinasi secara rutin sesuai jadwal dan pertimbangkan pemberian multivitamin serta elektrolit untuk membantu ayam mengatasi stres akibat cuaca ekstrem. Pemberian asam amino seperti Aminovit dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan menciptakan rasa hangat dari dalam.
- Amati kondisi ayam secara berkala untuk mendeteksi gejala penyakit lebih dini.
- Pada pemeliharaan ayam kecil, tambahkan pemanas atau naikkan suhu kandang jika anak ayam (DOC) menunjukkan tanda kedinginan.
