Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh dunia perunggasan adalah ancaman bibit penyakit. Penyakit bisa berasal dari mana saja dan siap menginfeksi kapanpun. Apalagi jika didukung oleh penerapan manajemen dan biosecurity yang buruk. Salah satunya adalah penyakit cacingan atau helminthiasis yang meresahkan para peternak khususnya ayam layer. Penyakit ini banyak merugikan peternak ayam, karena dapat menyebabkan kehilangan bobot badan hingga kematian pada ayam. Bukan hanya itu saja, penyakit ini juga dapat mempengaruhi produksi telur pada ayam layer dan membuat kesehatan ayam terus turun hingga produktivitas yang semakin berkurang. Selain itu, penyakit ini juga mudah menyerang dan menyebar terutama pada musim penghujan.

Penyakit cacingan merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Pembahasan kali ini akan mengupas tuntas terkait dengan cacingan yang menyerang organ pencernaan. Penyakit cacingan dapat menyebabkan disfungsi organ pencernaan, dimana organ ini berfungsi dalam proses penyerapan nutrisi di dalam tubuh ayam. Berbagai macam nutrisi yang berasal dari ransum akan diproses di dalam organ pencernaan untuk diserap dan dimetabolisme oleh tubuh untuk digunakan dalam proses tumbuh kembang dan produktivitas ayam layer. Organ yang sering menjadi target infestasi cacing adalah usus halus dimana fungsi utamanya dalam proses penyerapan nutrisi yang nantinya nutrisi tersebut akan diambil oleh cacing sebagai sumber makanannya. Jika organ pencernaan ini terjadi masalah, tentu hal ini dapat menyebabkan terganggunya supply nutrisi yang dibutuhkan ayam dalam proses produksi telur.

Selain itu ditambah dengan pengaruh perubahan cuaca, keberadaan vektor penyakit dan masalah lingkungan, gangguan penyakit ini menjadi sulit untuk diminimalisir. Sehingga hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para peternak khususnya ayam layer. Penerapan manajemen dan biosecurity harus ditingkatkan serta evaluasi program kesehatan menjadi hal wajib agar kita sebagai peternak dapat meningkatkan lagi kewaspadaan terhadap risiko penyakit cacingan yang bisa mengancam di peternakan layer.

Problematika Penyakit Cacingan pada Ayam Layer

Angka kejadian kasus cacingan pada ayam layer masih cukup tinggi di lapangan. Tren penyakit cacingan yang menyerang ayam layer baik sebelum masa produksi dan pada masa produksi di sepanjang tahun 2022 cenderung sama dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh Tim Technical Education and Consultation Medion selama 3 tahun terakhir, penyakit cacingan masuk ke dalam 10 besar ranking penyakit pada ayam layer sebelum masa produksi (Grafik 1). Sedangkan pada ayam layer masa produksi, penyakit cacingan menempati ranking ke 2 setelah penyakit Coryza (Grafik 2). Hal ini tentu menjadi perhatian bersama akan kejadian penyakit cacingan yang masih tinggi di peternakan layer Indonesia.

Penyakit cacingan biasanya sering terjadi pada musim penghujan, hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis ayam yang rentan mengalami stres saat musim penghujan ditambah adanya faktor predisposisi lain seperti kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan vektor penyakit cacingan yang semakin sulit dikendalikan. Selain itu, didukung pula dengan kondisi peternakan layer di Indonesia saat ini yang masih sederhana dan sebagian besar merupakan kandang terbuka (open house) dengan penerapan biosecurity yang masih rendah dan terbatas. Perlu digarisbawahi bahwa penyakit cacingan ini akan terus mengancam peternakan layer selama penerapan manajemen dan biosecurity yang masih rendah serta keberadaan inang perantara atau vektor penyakit seperti lalat yang semakin bertambah.

Manajemen litter yang baik harus selalu diperhatikan oleh peternak, karena litter yang lembap akan memberikan peluang ideal terhadap suburnya perkembangan telur cacing dan vektornya. Telur cacing bisa bertahan lama di lingkungan. Oleh karena itu, jika suatu flok sudah terinfeksi oleh cacing, maka seluruh lingkungan farm akan mudah terkontaminasi oleh telur cacing yang infektif. Apalagi jika kesadaran dari peternak yang masih kurang akan pentingnya pemberian obat cacing secara rutin dan perlu pengulangan secara berkala. Maka penyakit cacingan akan semakin sulit dikendalikan.

Jenis Cacing yang Sering Menyerang Ayam Layer

Cacing adalah parasit internal atau yang berada di dalam tubuh ayam khususnya saluran pencernaan yang akan selalu mengambil keuntungan dengan mencuri nutrisi yang ada di dalam tubuh ayam. Cacing yang sering menyerang ayam layer dan ditemukan pada saluran pencernaan ayam adalah cacing gilig (nematoda) dan cacing pita (cestoda), selain itu ada juga jenis cacing yang lain yaitu acanthocephala. Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis cacing tersebut :

a. Cacing gilig (nematoda)

Cacing gilig memiliki bentuk seperti gelang yaitu tubuhnya bulat, tidak bersegmen dan memiliki alat penghisap. Jenis cacing gilig yang sering ditemukan pada ayam layer yaitu dari spesies Ascaridia galli. Cacing Ascaridia galli merupakan cacing nematoda terbesar pada ayam. Cacing dewasa terlihat semi-transparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan. Sedangkan telur Ascaridia galli berbentuk oval dan berdinding tebal yang terdiri dari 3 lapis dan tahan terhadap pengaruh luar.

Siklus hidup cacing gilig terjadi secara langsung yaitu ketika ayam yang terinfeksi cacing mengeluarkan telur cacing bersama feses, kemudian telur cacing akan berkembang selama ±14 hari menjadi telur infektif di lingkungan, lalu telur tersebut akan termakan oleh ayam lain dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam selama ±45 hari.

b. Cacing pita (cestoda)

Cacing pita memiliki ciri yaitu bentuk tubuhnya pipih dan bersegmen (proglotida) serta memiliki alat penghisap dan kait. Adanya kait tersebut memungkinkan cacing pita dapat merusak dinding dan mukosa usus yang lebih parah. Jenis cacing pita yang sering ditemukan pada ayam layer yaitu dari spesies Raillietina cesticellus dan Raillietina tetragona. Bentuk tubuh Raillietina sp. sangat panjang, pipih seperti pita dan terdiri dari 3 bagian tubuh yaitu kepala (scolex), leher dan badan (strobila). Telur cacing pita tidak keluar tapi ditempelkan di dalam proglotida. Apabila telur dalam proglotida sudah penuh dan matang, baru kemudian pecah dan keluar dari tubuh bersama feses.

Siklus hidup cacing pita terjadi secara tidak langsung atau memerlukan inang perantara seperti lalat, kumbang ataupun serangga lainnya. Penularan terjadi ketika ayam yang terinfeksi cacing mengeluarkan telur cacing bersama feses, kemudian telur cacing akan berkembang menjadi telur dewasa selama ±5 hari, lalu telur termakan oleh inang perantara dan berkembang menjadi telur infektif selama 12-18 hari, setelah itu akan termakan oleh ayam lain dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam selama ±20 hari.

c. Acanthocephala

Akhir-akhir ini perunggasan sempat mengalami kasus helminthiasis yang terlihat berbeda. Perbedaan secara bentuk tubuh (morfologi) dari cacing yang menyerang ayam pada umumnya yakni ditemukannya kasus acanthocephala. Cacing acanthocephala merupakan salah satu kelompok aschelminthes dan bukan termasuk kelompok cacing gilig maupun cacing pita (Panchani, 2021). Pada acanthocephala dewasa tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu probosis, leher dan badan. Tubuh cacing ini berbentuk bilateral simetris seperti ulat.

Acanthocephala memiliki karakteristik dengan adanya probosis di bagian anterior sebagai pengait untuk menempelkan dirinya pada bagian dinding mukosa usus dari inang, karena cacing ini tidak memiliki saluran pencernaan. Acanthocephala menyerap semua nutrisi melalui dinding tubuh mereka secara langsung. Studi mengenai morfologi dan ukuran cacing acanthocephala pada unggas telah banyak dilakukan di beberapa negara di dunia namun belum begitu banyak dilakukan di Indonesia. Menurut Astuti dan Sahara dari FKH UGM (2015), spesies acanthocephala yang teridentifikasi di Indonesia yakni Mediorhynchus gallinarum.

Secara umum cacing acanthocephala hidup sebagai endoparasit yang memerlukan dua inang dalam siklus hidupnya. Ayam yang terinfeksi akan mengeluarkan telur cacing di lingkungan. Kemudian tanpa sengaja hewan yang berperan sebagai inang perantara akan memakan telur cacing tersebut. Stadium muda dari cacing hidup sebagai parasit pada crustasea dan insekta. Sedangkan stadium dewasanya hidup di dalam saluran pencernaan hewan vertebrata seperti unggas. Siklus hidup cacing ini hampir sama seperti cacing pita dimana memerlukan inang perantara atau terjadi secara tidak langsung dalam proses penyebarannya.

Gejala Klinis pada Ayam Layer yang Terserang Penyakit Cacingan

Penyakit cacingan sering menyerang ayam layer karena terkait dengan siklus hidup dari parasit cacing itu sendiri yang membutuhkan waktu relatif lama. Serangan penyakit ini umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang khas dan tidak menimbulkan kematian, sehingga sering dianggap sepele. Namun, jika dilihat dari sisi ekonomis kasus cacingan ternyata menimbulkan kerugian yang cukup nyata karena secara perlahan tapi pasti penyakit ini dapat menyebabkan penurunan berat badan atau keterlambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur 5-20%, penurunan kondisi tubuh dan diakhiri dengan kematian jika tidak segera diobati (kasus parah).

Umumnya gejala klinis pada ayam layer yang terserang penyakit cacingan dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu :

a. Tingkat keparahan ringan

Hal ini terjadi ketika infestasi cacing di dalam tubuh tepatnya di usus halus ayam layer masih dalam jumlah sedikit. Gejala klinis yang terlihat yaitu :

  • Ayam tampak relatif sehat
  • Terjadi penurunan produksi

b. Tingkat keparahan berat

Sedangkan pada saat infestasi cacing di dalam usus halus ayam layer dalam jumlah yang banyak, maka gejala klinis yang terlihat yaitu :

  • Nafsu makan menurun
  • Pertumbuhan terhambat
  • Bulu kasar, pucat dan kurus
  • Penurunan produksi yang signifikan
  • Diare
  • Kadang ditemukan cacing di fesesnya

Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua kasus cacingan menunjukkan gejala klinis yang nyata. Hanya ayam yang menderita cacingan dengan infestasi berat yang akan menunjukkan gejala cacingan.

Perubahan Patologi Anatomi pada Ayam Layer yang Terserang Penyakit Cacingan

Pada saat dilakukan nekropsi atau bedah bangkai akan ditemukan cacing pada usus. Infestasi cacing yang berat (terutama yang disebabkan oleh cacing pita maupun acanthocephala) biasanya menyebabkan enteritis (peradangan pada usus) yang ditandai dengan terjadinya penebalan pada dinding usus, adanya nodul-nodul pada dinding usus dan usus mengalami haemorhagi (perdarahan). Selain itu, dapat pula terjadi penyumbatan usus terutama pada kasus cacingan yang disebabkan oleh cacing gilig.

Monitoring Kasus Cacingan dengan Uji Laboratorium

Monitoring awal terhadap kasus cacingan sangat penting dilakukan, terutama untuk mengetahui adanya infestasi agen penyebab di dalam tubuh ayam. Salah satunya dapat dilakukan uji parasit di MediLab (Laboratorium Medion) secara berkala untuk mengidentifikasi telur cacing. Identifikasi ini dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Metode yang dilakukan dengan cara memeriksa feses ayam yang diduga menderita cacingan. Sampel feses harus diambil langsung dari kloaka ayam atau feses segar yang baru dikeluarkan dan jika tidak langsung diperiksa perlu diawetkan terlebih dahulu dalam formalin 10%. Metode ini bertujuan untuk menemukan telur cacing baik secara kualitatif (jenis telur cacing) maupun kuantitatif (jumlah telur tiap 1 gram feses).

Strategi Pengendalian Penyakit Cacingan

Upaya pengendalian kasus cacingan harus dilakukan secara komprehensif dalam tindakan pencegahan maupun penanganannya. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan dalam mencegah kasus cacingan :

  • Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam. Jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat dan pastikan kondisi litter jangan terlalu lembap. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem all in all out.
  • Pemberian obat cacing secara berkala. Cacingan yang parah dapat berarti bahwa usus ayam penuh dengan cacing. Obat cacing diberikan meskipun belum tampak tanda-tanda serangan cacing. Untuk ayam layer yang dipelihara dalam kandang postal saat pullet, obat cacing diberikan pada umur 1 bulan dan diulang pemberiannya 1-2 bulan kemudian. Ayam pullet yang dipelihara dalam kandang baterai diberi obat cacing pada saat pindah ke kandang produksi dan diulang setiap 3-4 bulan sekali.
  • Meminimalkan populasi lalat di sekitar kandang dengan menggunakan Larvatox untuk membasmi larva lalat dan Flytox untuk membasmi lalat dewasa
  • Pemeriksaan feses secara rutin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing secara kualitatif (jenis telur cacingnya) dan secara kuantitatif (jumlah telur cacing tiap gram feses). Pemeriksaan feses dilakukan secara rutin, yaitu setiap bulan sekali untuk mendeteksi infestasi cacing stadium awal yang seringkali tidak menunjukkan gejala klinis.
  • Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan, membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang.
  • Lakukan pengapuran dan optimalkan masa istirahat kandang untuk memutus siklus hidup bibit penyakit.

Sedangkan penanganan kasus cacingan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing seperti Vermixon/Triworm/Vermizyn yang dapat digunakan untuk membasmi Ascaridia galli dalam tubuh ayam. Pemberian Levamid efektif membasmi cacing pita (Raillietina sp.) dan cacing gilig (Ascaridia sp.) bentuk larva dan dewasa. Sedangkan untuk membasmi penyakit cacingan yang disebabkan oleh acanthocephala dapat diberikan Levamid dengan dosis 0,2 gram/kg BB atau Wormzol-K dengan dosis 0,1 gram/kg BB melalui ransum selama 3 hari berturut-turut dan dapat diulang 2 minggu kemudian sampai tuntas atau 1-2 bulan sekali tergantung tingkat keparahan penyakit. Wormzol-K adalah produk dengan sediaan kaplet, sehingga dalam penggunaannya pada ayam, maka harus digerus terlebih dahulu dan setelah berbentuk serbuk kemudian bisa dicampur dengan ransum dan diberikan ke ayam.

Pemberian obat cacing pada ayam dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu melalui air minum, ransum dan langsung dimasukkan ke mulut ayam (cekok). Dari beberapa uraian di atas, contoh produk yang dapat diberikan melalui air minum yaitu Vermixon, melalui ransum yaitu Levamid dan Wormzol-K, melalui air minum atau ransum yaitu Vermizyn dan secara cekok langsung ke mulut ayam yaitu Triworm.

Cacingan merupakan penyakit parasiter yang perlahan tapi pasti menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternakan ayam. Sehingga diperlukan strategi yang komprehensif dalam mengendalikan kasus cacingan tersebut. Pengendalian dengan penerapan manajemen yang baik, sanitasi dan biosecurity yang ketat, pemberantasan lalat atau vektor penyakit serta pemberian obat cacing saat terjadi kasus dan secara berkala sesuai histori kejadian penyakit.

Menangkis Penyakit Cacingan pada Ayam Layer
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin