Pada praktik pemeliharaan ayam broiler, kekerdilan menjadi masalah yang sangat penting. Keluhan lapangan sering muncul mengenai kasus ini, ditandai dengan bobot badan yang kurang dari standar dengn tingkat keseragaman yang rendah. Waktu pemeliharaan broiler memang relatif singkat, sekitar 4-5 minggu ayam sudah dapat dipanen. Meskipun begitu permasalahan kekerdilan ini seringkali menjadi momok bagi peternak.

Dampak yang muncul dari kekerdilan dapat menimbulkan kerugian ekonomi sehubungan dengan gangguan pertumbuhan dan pencapaian bobot panen yang rendah, peningkatan konversi ransum, serta peningkatan jumlah ayam afkir.

Sindrom kekerdilan (slow growth syndrome) atau yang disebut dengan runting stunting syndrome (RSS) adalah salah satu sindrom yang dialami oleh sekelompok ayam (terutama ayam broiler) yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan di umur sekitar 21 hari. Hasil penelitian Hidayat (2014), menyebutkan bahwa sindrom ini dibagi menjadi beberapa kategori :

  • 5-10% dari populasi, termasuk kategori ringan

  • > 10-30% dari populasi termasuk kategori buruk

  • > 30% dari populasi termasuk dalam kategori bencana besar

Kejadian kekerdilan ini di lapangan seringkali terbagi menjadi 2 kategori kasus, yaitu : jika dalam waktu 5 minggu bobot ayam kurang dari 200 gram setiap ekornya, maka dikategorikan sebagai kasus “runting”. Namun jika kekurangan bobotnya antara 200 g – 1 kg, maka dikategorikan sebagai kasus “stunting”. Dari laporan kasus yang ada, kasus stunting angkanya mencapai 50% (dalam rataan 5-50%), sedangkan kasus runting berkisar sekitar 3-5%.

Faktor Penyebab Kekerdilan

Kasus kekerdilan ini disebabkan oleh beberapa faktor :

  1. Faktor non infeksius

    Faktor non infeksius merupakan faktor yang berasal dari hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dan kualitas DOC, berikut penjelasannya :

  • Kualitas DOC

Kualitas DOC dipengaruhi dari pembibitan maupun hatchery (penetasan). Permasalahan ini bisanya disebabkan oleh genetik induk, telur tetas berukuran kecil (berasal dari induk yang berumur muda atau berumur < 25 minggu), antibodi maternal terhadap Reovirus yang rendah, dan induk yang positif terhadap Salmonella sp.

  • Faktor manajemen

Faktor manajemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam adalah masa brooding. Pada masa ini sering disebut dengan masa kritis karena terjadi pertumbuhan yang pesat dimana terjadi pembelahan (hiperplasia) dan pembesaran (hipertropi) sel-sel tubuh ayam. Perkembangan organ yang terjadi meliputi sistem kekebalan, pencernaan, pernapasan maupun thermoregulasi.

Kesediaan ransum saat chick in dan tercapainya feed intake berpengaruh terhadap besar dan panjangnya usus, pengaturan suhu tubuh anak ayam dan tingkat kepadatan akan sangat berpengaruh. Penanganan DOC yang kurang optimal pada periode ini akan mempengaruhi pertumbuhan bobot ayam pada periode berikutnya.

  • Ransum

Pertumbuhan ayam sangat dipengaruhi oleh kecukupan dan kandungan nutrisi ransum. Hal yang kadang terlewat dari pantauan adalah adanya jamur pada ransum. Kualitas ransum dapat berkurang akibat adanya jamur dan mikotoksin. Jamur di ransum dapat menurunkan nutrisi ransum sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal.

Selain itu jamur juga akan menghasilkan metabolit sekunder yakni mikotoksin yang akan mengiritasi saluran pencernaan sehingga penyerapan nutrisi terganggu. Lama penyimpanan ransum juga akan berpengaruh pada kandungan nutrisi. Vitamin dalam ransum jadi akan menurun seiring masa penyimpanan.

Selain kualitas ransum, kuantitas/kecukupan asupan ransum dan minum juga berpengaruh pada pertumbuhan ayam. Kekurangan ransum dan air minum akan menyebabkan kompetisi antar ayam. Dampaknya jumlah ransum yang masuk ke tubuh ayam kurang sehingga pertumbuhan bobot badannya tidak seragam.

  • Faktor stres

Pencapaian bobot badan tidak akan mencapai standar jika ayam berada dalam cekaman stres. Dalam kondisi stress ayam akan memproduksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dalam jumlah yang berlebihan, sehingga akan menghambat proses metabolisme tubuh dan penurunan penyerapan nutrisi ransum. Dalam hal ini, ayam akan tetap banyak makan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan bobot badan yang optimal.

  1. Faktor infeksius

Beberapa agen infeksius juga diduga memegang peranan penting dalam kasus kekerdilan ini, antara lain : Reovirus, Entero-like virus, dan Picornavirus. Sementara agen bakterial yang terlibat dalam kasus ini umumnya yang menginfeksi saluran pencernaan, seperti E. coli (colibacillosis) maupun Clostridium perfringens (Necrotic Enteritis).

Keberagaman dan kompleksitas agen penyebab sindrom kekerdilan ini menyebabkan kesulitan dalam melakukan diagnosis secara pasti, ditambah lagi dengan gejala klinis yang diperparah oleh faktor eksternal misalnya stres akibat brooding yang kurang optimal.

Reovirus (penyakitnya sering disebut helicopter disease) akan menginfeksi vili-vili sel epitel usus halus yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan penyerapan nutrisi sehingga target bobot badan tidak tercapai. Helicopter disease dominan ditemukan di ayam broiler, meskipun data juga ditemukan di ayam petelur maupun pembibit. Gejala yang nampak dari penyakit ini adalah pertumbuhan yang tidak seragam yang dapat teramati sejak ayam berumur 4-6 hari. Gangguan pertumbuhan ini tentunya disebabkan oleh penurunan penyerapan nutrisi dan proses pencernaan makanan. Menurunnya kemampuan usus dalam menyerap nutrisi tersebut berdampak pada pertumbuhan yang lambah (slow growth). Bobot badan dapat hanya mencapai 40% di bawah standar. 

Tanda-tanda spesifik lainnya yang sering ditemui adalah pertumbuhan bulu yang tidak normal pada bulu sayap primer. Pertumbuhan bulu yang tidak teratur juga terjadi, sehingga menyebabkan bulu-bulu nampak berdiri seperti baling-baling sehingga sering disebut dengan helicopter disease.

Secara klinis, perut ayam yang sakit akan mengembang dan mengeras. Kondisi ini biasanya akan nampak pada ayam yang berumur sekitar 3-4 minggu, karena adanya ransum yang tidak tercerna. Perubahan patologi yang terjadi saat dilakukan nekropsi antara lain terjadi pembesaran proventrikulus yang disertai dengan kematian jaringan, perdarahan serta radang usus ringan.

Pada beberapa kasus, ayam yang mengalami kekerdilan akan dijumpai ventrikulus yang kecil dan lembek. Selain itu ditemukan juga usus yang tidak berkembang (seperti karet). Daging pada ayam yang terinfeksi Reovirus terkadang menunjukkan perubahan warna menjadi lebih pucat.

Bagaimana Cara Mangantisipasi Kekerdilan?

Jika RSS sudah menyerang peternakan broiler maka kerugian tidak dapat dihindari. Kesulitan mengejar bobot badan standar menjadi faktor utama kerugian ekonomi yang ditanggung oleh peternak. Selain disebabkan oleh faktor non infeksius, kekerdilan dapat disebabkan oleh faktor infeksi virus yang tidak dapat diobati dan bersifat mudah menular. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan antisipasi antara lain dengan cara berikut :

  1. Memilih DOC yang berkualitas

Pemilihan kualitas DOC menjadi hal penting. DOC yang berkualitas akan berbanding lurus dengan hasil panen yang didapatkan. Ciri-ciri DOC berkualitas antara lain : keseragaman baik (> 80%), bobot DOC antara 37-42 gram, aktif, mata cerah, bebas dari infeksi pusar, kloaka bersih, kaki tidak kering, dan tidak terdapat cacat fisik.

  1. Melaksanakan manajemen brooding dengan optimal

Manajemen brooding hendaknya dilakukan secara maksimal karena pada fase awal pemeliharaan (umur 0-2 minggu) merupakan masa kritis pertumbuhan broiler. Hasil dari pemeliharaan awal ini nantinya akan mempengaruhi perkembangan tubuh ayam pada fase pemeliharaan berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat fase brooding yaitu saat sebelum chick in, saat chick in dan setelah chick in. Sebelum chick in harus dipastikan pemanas sudah menyala, chick guard telah terpasang, lampu, tirai, ransum dan air minum sudah tersedia.

Saat DOC tiba DOC segera ditebar, kemudian diberikan air gula 2-5% sebagai pengganti energi setelah perjalanan. Ransum dan air minum segera diberikan dengan jumlah sedikit demi sedikit namun frekuensinya sering. Ketersediaan ransum dan tercapainya feed intake akan sangat berpengaruh terhadap besar dan panjangnya usus.

Dua jam setelah chick in perlu dilakukan pengecekan DOC, antara lain pengecekan tembolok dan kondisi kaki. Minimal 75% sampel DOC yang diperiksa, tembolok teraba penuh, kenyal dan lunak, serta kaki terasa hangat. Kondisi ini menandakan kondisi kandang nyaman (pemanas, litter, dan udara) dan nutrisi tercukupi.

  1. Pemberian vitamin, imunostimulan dan cleaning program

Pemberian vitamin (misal Vita Stress, Fortevit, atau Neobro) maupun imunostimulan (Imustim) bertujuan untuk menjaga daya tahan tubuh ayam. Sedangkan cleaning program menggunakan antibiotik (Doctril, Neo Meditril, atau Amoxitin) bertujuan untuk mencegah infeksi penyakit bakterial.

  1. Melakukan praktik biosecurity secara ketat

Praktik biosecurity antara lain dengan mengendalikan lalu lintas kencaraan dan sarana peternakan yang keluar/masuk kandang. Pengaturan kunjungan operator maupun manajer kandang juga penting dilakukan, contohnya kunjungan dilakukan dari ayam sehat kemudian ke ayam yang sakit. Sanitasi dan desinfeksi peralatan kandang juga perlu dilakukan misalnya menggunakan Medisep, Neo Antisep atau Zaldes.

Lalu, bagaimana jika ayam terlanjur mengalami kekerdilan ? Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan :

  1. Lakukan pengelompokan ayam menjadi 3 kelompok bobot badan, yaitu :

    1. Kelompok ayam normal, 80-100% dari standar

    2. Kelompok ayam > 40% dari standar perlu dilakukan perlakuan khusus dan kelompok.

    3. Kelompok dengan bobot < 40% dari standar dilakukan afkir.

  2. Pemberian premiks yang mengandung multivitamin, asam amino dan mineral

  3. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder (Amoxitin, Colimezyn)

  4. Pemberian multivitamin (Fortevit, Neobro) atau imunostimulan (Imustim)

  5. Sanitasi dan desinfeksi peralatan dan kandang secara rutin.

    Salam.

Mengatasi Kekerdilan pada Broiler

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin