Tentu sebagai peternak kita tahu bahwa komponen penyusun terbesar tubuh ayam baik pedaging dan petelur adalah air, yaitu mencapai 60 – 85 % dari seluruh bagian tubuhnya. Dari angka dan persentase ini bisa kita ketahui bahwa air mempunyai fungsi dan peranan yang begitu besar dan signifikan. Ayam mampu bertahan 15 – 20 hari tanpa ransum, namun tanpa air 2 – 3 hari saja ayam bisa mati. Begitu pentingnya air, maka kita perlu memperhatikan baik kuantitas maupun kualitas yang diberikan ke ayam.

Konsumsi Air Minum Ayam

Seringkali pasti kita bertanya berapa banyak air yang diperlukan ternak kita ? Berapa banyak air yang minum ayam tiap hari ?. Namun satu hal yang pasti bahwa konsumsi pakan dan minum saling berkaitan erat. Pada kisaran suhu 21 OC, ayam modern saat ini akan minum 1,8 – 2 kali lebih banyak dibanding makan. Konsumsi air minum ini akan meningkat seiring perubahan kondisi lingkungan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air minum yaitu suhu lingkungan (konsumsi air minum meningkat 7% untuk setiap kenaikan suhu 1OC suhu lingkungan diatas 21 OC ), kesegaran air minum, suhu air (ideal 22 – 24 OC), rasio tempat minum dan populasi ayam, kualitas air dan status kesehatan ayam.

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan ayam atau baik/buruknya praktek manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum ayam turun, maka kita harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Beberapa diantaranya yaitu ayam sedang terinfeksi suatu penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum yang tidak merata, tempat minum ayam kotor, kualitas air jelek terutama terlihat dari fisik air (kejernihan dan warna air), dll.

Permasalahan Kualitas Air di Peternakan

Pada bab awal telah dibahas bahwa konsumsi air minum berkolerasi erat dengan konsumsi ransum, ketika ayam sedikit minum maka ayam juga akan sedikit makan. Dan akhirnya akan mempengaruhi produktivitas ayam. Begitu pentingnya air dalam mendukung pencapaian performa ayam, maka kita perlu memperhatikan kualitas air yang diberikan ke ayam. Jangan sampai karena kualitas air minum yang buruk menyebabkan ayam menjadi sedikit minum.

Air yang terlihat jernih, masih mempunyai kemungkinan mengandung bahan-bahan kimia dan mikroorganisme yang berbahaya bagi ayam. Belum lagi dengan perubahan musim yang tidak menentu di Indonesia, sangat memungkinkan kualitas air akan berubah-ubah. Kuncinya, kita sebagai peternak harus rajin memeriksa kualitas air yang ada di peternakan.

Merujuk dari data tim Technical Education and Consultation Medion terhadap hasil uji kualitas air di peternakan selama 3 tahun terakhir (2015 – 2017) ini, diketahui lebih dari 90% sampel air di areal peternakan bermasalah atau tidak sesuai dengan persyaratan mutu yang berlaku. Dari 90% tersebut, masalah utama yang mendominasi yaitu kontaminasi Escherichia coli. Namun tidak hanya itu, masalah yang juga cukup banyak ditemukanialah dari segi kualitas fisik (kejernihan, bau, rasa) serta kimia (pH, kandungan klorida, nitrat-nitrit dan kesadahan diatas standar) (lihat grafik 1).

 

  • Kualitas fisik air

Tolak ukur fisik air yang berkualitas antara lain air jernih, tidak berasa, dan tidak berbau. Air juga harus terbebas dari partikel-partikel tersuspensi alias tidak keruh, dari lumpur kasar, lumpur halus maupun koloid. Kondisi fisik air minum yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat konsumsi air minum ayam. Sebagai tambahan, kualitas fisik air dapat dipengaruhi karena adanya kandungan kimia berlebih dalam air contohnya air yang berwarna coklat kemerahan mengindikasikan kadar besi yang tinggi, atau warna biru yang meng-

indikasikan adanya kandungan tembaga. Kandungan hidrogen sulfida dapat tercium dari adanya bau telur busuk pada air. Air yang berasa asin dapat disebabkan karena kadar garam (NaCl) dan rasa pahit biasanya karena kadar besi dan mangan sulfat.

Treatment yang bisa dilakukan untuk mengatasi kualitas fisik air tersebut (namun belum tentu bisa mengatasi kandungan logam, untuk menghilangkan logam perlu treatment khusus), antara lain:

  1. Pengendapan atau penyaringan bertingkat dengan menggunakan media batu kerikil, pasir, ijuk, karbon aktif.

  2. Penambahan tawas sebanyak 2,5 gram tiap 20 liter air minum, yang berperan sebagai pengikat dan koagulan (bahan pengendap) partikel dalam air.

  3. Penambahan sediaan yang berperan sebagai penjernih. Contohnya PAC (polyaluminium chloride) sebanyak 80 ppm (80 mg/liter air). Air yang telah ditambahkan PAC sebelumnya harus didiamkan selama 30 menit, baru kemudian digunakan. Jangan mencampur PAC bersamaan dengan kaporit karena akan menyebabkan air berwarna putih keruh.

  • Cemaran E. coli

Dari grafik 1, diketahui hampir 50% dari total sampel air di peternakan positif tercemar E. coli. Dari data tersebut, tim penulis mencoba melihat lebih dalam bagaimana cemaran E. coli tersebut di berbagai wilayah di Indonesia, hasilnya hampir di semua wilayah air peternakan tercemar bakteri E. coli (lihat grafik 2). Cemaran E. coli ini kemungkinan besar berasal dari cemaran materi organik seperti feses/kotoran ayam. Dalam tiap gram feses bisa terkandung sekitar 106 bakteri E. coli. Bakteri ini sangat mudah hidup dan konsentrasinya banyak di air permukaan.

 

Sumber air yang terlalu dangkal, dekat dengan sumber tumpukan feses, dekat sawah, sungai/rawa, atau septic tank, memiliki risiko besar terkontaminasi E. coli, baik itu dimusim hujan maupun kemarau. Adanya kontaminasi bakteri E. coli pada air minum yang diberikan ke ayam dapat menyebabkan resiko ayam mudah terinfeksi penyakit colibacillosis ataupun tingkat penyembuhan penyakit kecil. Untuk mengatasi cemaran bakteri maka air perlu disanitasi, dengan cara pemberian antiseptik (Desinsep/ Antisep/ Neo Antisep/ Medisep) atau kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air) pada air yang akan dikonsumsi ayam. Perhatikan dosis desinfektan yang digunakan. Khusus untuk penggunaan Desinsep/ kaporit, saat pelarutan dengan air perhatikan waktu kontaknya yaitu minimal didiamkan 15-30 menit baru kemudian diberikan ke ayam. Program desinfeksi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian desinfektan, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian desinfektan lagi, demikian seterusnya berselang-seling. Hentikan program sanitasi air minum minimal dua hari sebelum dan sesudah jadwal vaksinasi via air minum/tetes mulut.

Sedangkan saat outbreak penyakit (misal colibacillosis), pemberian antiseptik seperti Antisep/Neo Antisep/MediSep bisa dilakukan malam hari setelah pengobatan selesai dilakukan. Khusus air minum yang ditreatment dengan Desinsep/kaporit, setelah diendapkan minimal 8 jam baru dapat digunakan untuk melarutkan obat/vitamin.

Cara lain untuk mengatasi bakteri E. coli dengan menggunakan instalasi lampu ultraviolet (UV). Caranya yaitu dengan mengalirkan air melalui pipa yang disinari lampu UV dengan intensitas minimal 30.000 mikro Watt detik/cm3. Agar efektif, air harus disaring terlebih dahulu agar partikel besar dan suspensi mengendap. Lampu UV ini perlu dibersihkan secara teratur dan diganti paling lama 1 tahun.

  • Derajat keasaman (pH)

Rekomendasi pH air yang baik untuk ayam yaitu berkisar 6.5 – 8,5 (Ross Manual Guide, 2014). Air dengan pH terlalu asam (< 6) dapat mempengaruhi performa ayam, merusak peralatan peternakan, dan berpengaruh terhadap pelarutan obat dan vaksin. Sedangkan air yang terlalu basa mengindikasikan tingginya kadar kalsium dan magnesium dalam air, pH yang terlalu basa bisa menganggu pencernaan, menyebabkan diare, menurunkan feed intake, dan dapat menimbulkan kerak pada saluran air.

Nilai pH banyak dipengaruhi oleh komposisi kimia tanah. Dari data pada grafik 1 bisa dilihat bahwa masalah pH asam lebih tinggi kejadiannya dibanding dengan pH basa. Umumnya air dengan pH asam banyak berasal dari daerah lahan gambut dan rawa-rawa karena tingginya proses pembusukan dan fermentasi bahan-bahan organik yang ada. Sedangkan air dengan pH basa biasa ditemukan di daerah pegunungan kapur.

Cara mengatasi air minum dengan pH asam bisa ditingkatkan pH-nya dengan menambahkan kapur soda (NaHCO3). Sebaliknya, air dengan pH basa bisa diatasi dengan penambahan senyawa asam, seperti asam cuka, asam sitrat atau asam organik (asam asetat, propionat). Cara lain dapat dengan memberikan produk penetral pH air baik yang sebelumnya asam maupun basa, seperti Netrabil. Setelah menambahkan bahan penetral air, perlu dipastikan bahwa pH air telah sesuai, dengan melakukan pemeriksaan pH akhir menggunkan kertas indikator universal (kertas lakmus) atau pH meter.

  • Kesadahan

Air sadah merupakan air yang memiliki kandungan ion Ca2+ (kalsium) atau Mg2+ (magnesium) yang berikatan dengan bikarbonat atau sulfat berlebih. Kadar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan konsumsi air meningkat, feses menjadi lebih encer, dan menganggu penyerapan nutrisi yang berdampak pada penurunan produktivitas ayam. Air yang sangat sadah (kadar > 180 ppm) bisa mengurangi tingkat kelarutan sediaan obat golongan tetrasiklin atau fluoroquinolon. Desinfektan yang zat aktifnya iodine dan QUATS, seperti Antisep, Neo Antisep dan Medisep, daya kerjanya akan menurun jika dilarutkan dalam air sadah. Selain itu vaksin aktif pun akan rusak oleh air sadah ini.

Daerah berkapur atau air payau biasanya memiliki tingkat kesadahan tinggi. Cara sederhana untuk mendeteksi air sadah atau tidak, dapat dengan melarutkan detergen ke dalam air. Jika sadah maka air tidak akan berbusa. Untuk mengatasi air sadah, peternak bisa mengatasinya dengan penambahan bahan-bahan seperti:

  1. Medimilk (20 gram tiap 10 liter air). Dengan kandungan 100% skim milk nya mampu mengikat logam Ca2+ dan Mg2+

  2. Netrabil sebanyak 5 gram tiap 1 liter air

  3. Ethylen diamin tetra acetic acid (EDTA) dengan dosis 0,02-0,1%

  • Nitrat-Nitrit

Nitrit merupakan suatu senyawa kimia turunan nitrat. Senyawa nitrat sendiri dihasilkan pada proses akhir dekomposisi materi organik seperti feses. Sebenarnya nitrat tidak bersifat racun (toksik) terhadap ayam. Namun, konsumsi dalam jumlah berlebihan baru bisa menyebabkan keracunan. Dengan bantuan bakteri pengikat N (Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium), nitrat bisa diubah menjadi nitrit yang 10 kali lebih beracun daripada nitrat. Nitrit akan mengikat hemoglobin dan menurunkan kadar oksigen dalam darah, akibatnya ayam dapat mengalami kematian (Jurnal Litbang Pertanian, 2007).

Nitrat merupakan senyawa yang mudah larut. Jika sumur (sumber air) dekat dengan tumpukan feses, septik tank, air danau atau berdekatan dengan lahan pertanian (sawah) yang dipupuk N (nitrogen) dengan takaran yang tinggi. Maka senyawa nitrat tersebut akan mudah merembes ke tanah dan masuk ke dalam sumur. Kandungan nitrat-nitrit sangat sulit untuk dihilangkan, untuk menurunkan kadarnya bisa dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke dalam tabung yang berisi karbon aktif. Ukuran tabung disesuaikan dengan jumlah dan kecepatan aliran air. Jumlah karbon aktif minimal 50% dari volume tabung. Cara lainnya dapat menggunakan sistem reverse osmosis yaitu dengan mengalirkan air pada alat RO yang dilengkapi dengan membrane semipermeable, sehingga adanya perbedaan tekanan akan menyebabkan bahan (nitrat) terpisah dengan air.

  • Logam berat/mineral lainnya

Beberapa senyawa lain yang juga patut diwaspadai diantaranya kandungan besi, sulfat, magnesium, timbal, dll. Secara umum, senyawa logam/mineral tersebut akan mempengaruhi bau, rasa dan warna air, menimbulkan kerak yang dapat menyumbat saluran pipa, dapat merusak virus vaksin, terutama saat vaksinasi melalui air minum, mempercepat pembentukan biofilm di sepanjang instalasi air karena adanya peningkatan populasi bakteri patogen di dalam air. Biofilm pada saluran air dapat menghambat laju aliran air di nipple/tempat minum ayam otomatis sehingga menganggu dosis vaksin/obat yang masuk ke ayam.

Karena umumnya senyawa logam/mineral mudah larut dalam air, untuk mengatasinya dapat dengan melakukan penyaringan dengan menggunakan alat penyaring (filter) yang dilengkapi dengan cartridge berisi active carbon. Selain itu, jika air akan digunakan untuk vaksinasi melalui air minum, sebelum dilarutkan dengan vaksin berikan Medimilk 10 gram tiap 5 liter air atau Netrabil 5 gram tiap 1 liter air.

Menjaga Kualitas Air

Mengingat kualitas air yang diminum ayam sangat penting bagi kesehatan dan pencapaian performa ayam, maka peternak perlu menjaga kualitas air secara menyeluruh:

  1. Lakukan uji kualitas air

Agar penanganan permasalahan kualitas air bisa dilakukan dengan tepat, tentunya peternak harus mengetahui terlebih dahulu kualitas air di peternakannya. Apalagi kualitas air dapat berubah baik pada musim hujan maupun musim kemarau (Scholar, 2016). Sebaiknya pemeriksaan kualitas air tanah/sumur dilakukan secara periodik terutama saat terjadi pergantian musim, atau minimal 1 tahun sekali untuk mengetahui kandungan kimianya (seperti mineral, kesadahan) (World Poultry Vol. 25 No.3, 2009).

  1. Treatment air sesuai masalah yang terjadi

Setelah mengetahui kualitas air dari hasil uji laboratorium, lakukan treatment air sesuai permasalahan yang terjadi. Jika permasalahan yang terjadi sifatnya kompleks misal ada masalah terhadap kualitas fisik, kimia maupun bakteri. Maka dapat dipertimbangkan untuk membuat sistem treatment air modern seperti pada treatment air minum isi ulang untuk konsumsi manusia, sebagai contoh penggunaan mesin filter untuk menjernihkan air, pemasangan sistem RO untuk meminimalkan kandungan logam/mineral dan penggunaan lampu UV untuk membunuh bakteri E. coli. Namun pengadaan peralatan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit, serta perlu adanya perawatan rutin agar alatnya awet.

  1. Bersihkan peralatan terkait suplai air (pipa saluran, bak penampung, tempat minum ayam)

Tempat minum ayam yang kotor/jarang dibersihkan, akan menjadi tempat yang baik untuk berkembang biak bakteri coliform atau E. coli. Seperti hasil penelitian Eggy et al (2017), terhadap sampel air yang diambil dari sumber air (sumur), bak penampung dan tempat minum ayam. Jumlah kedua bakteri tersebut paling banyak terkandung pada tempat minum ternak.

 

Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka lakukan pembersihan tempat minum ayam minimal sehari 2 x, dilakukan dengan mencuci TMA sebelum mengganti air minum ayam. Sedangkan untuk tempat minum ayam otomatis dengan membersihkan piringan TMAO menggunakan lap kain bersih yang dicelupkan pada Medisep. Secara periodik minimal 1 minggu sekali, lepas dan bersihkan filter yang terdapat pada TMAO dengan cara diflushing (semprot dengan air bertekanan) untuk menghilangkan endapan/lendir yang mungkin ada di filter TMAO.

Kuras torn air dan flushing pipa air untuk menghilangkan biofilm yang menempel di sepanjang saluran instalasi air. Agar lebih optimal, gunakan water cleaner/hidrogen perioksida (H2O2) dengan dosis 15-20 mg/liter air atau 10-15 ml/100 liter air. Caranya larutkan water cleaner tersebut dalam air kemudian alirkan pada sepanjang pipa saluran air. Diamkan selama minimal 2-3 jam kemudian semprot menggunakan air bersih bertekanan tinggi (www.edstrom.com).

 

Sebaiknya flushing dilakukan secara rutin minimal 1 bulan sekali. Karena lamanya perendaman H2O2, maka khusus pada peternakan yang pemberian air minumnya menggunakan tempat minum sistem semi otomatis atau otomatis, program penggunaan H2O2 ini hanya bisa dilakukan saat kosong kandang. Atau jika tidak, bisa menggunakan bahan lain seperti asam sitrat dengan dosis 1,5-2 gram/liter, kemudian didiamkan dahulu selama 1 jam (Tsai, 2003). Namun karena pembentukan biofilm juga diperparah oleh efek samping pemberian vitamin, obat dan vaksin, maka flushing harus tetap dilakukan setelah pemberian obat/vitamin/vaksin.

  1. Hindari adanya cemaran materi organik

    Agar penanganan permasalahan kualitas air bisa dilakukan dengan tepat, tentunya peternak harus mengetahui terlebih dahulu kualitas air di peternakannya. Apalagi kualitas air dapat berubah baik pada musim hujan maupun musim kemarau (Scholar, 2016). Sebaiknya pemeriksaan kualitas air tanah/sumur dilakukan secara periodik terutama saat terjadi pergantian musim, atau minimal 1 tahun sekali untuk mengetahui kandungan kimianya (seperti mineral, kesadahan) (World Poultry Vol. 25 No.3, 2009).

Dengan melihat data hasil uji kualitas air di peternakan (grafik 1 dan 2) serta arti penting air bagi pencapaian performa ayam, sudah saatnya kita sebagai peternak mulai menyadari bahwa kualitas air perlu diperhatikan dengan baik. Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan air secara rutin untuk mencegah timbulnya masalah yang lebih besar di peternakan. Serta lebih memperhatikan kebersihan peralatan pendukung suplai air minum ayam. Dengan kedua hal tersebut, didukung dengan treatment air sesuai permasalahan yang terjadi semoga harapan kita dalam pemeliharaan ayam dapat terwujud. Salam.


Info Medion Edisi Oktober 2017

Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Menjaga Kualitas Air di Peternakan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin