Tujuan konsumsi ransum oleh ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, maupun produksi. Feed intake atau konsumsi ransum yang optimal berdampak pada produktivitas yang optimal pula. Namun, kasus penurunan konsumsi ransum yang berakibat ayam tidak mau bertelur masih sering terjadi. Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab dan cara mengatasinya.

Mengapa Konsumsi Ayam Rendah?

Adapun faktor-faktor penyebab rendahnya konsumsi ransum ayam di antaranya adalah:

  • Kualitas ransum

Kualitas ransum, baik dari segi fisik maupun kandungan nutrisinya harus sesuai dan memenuhi kebutuhan ayam. Adanya perubahan kondisi fisik (aroma, rasa, warna, dll.) pada ransum biasanya mengindikasikan adanya perubahan dari kandungan nutrisinya. Pada dasarnya ayam menyukai ransum yang masih segar, warnanya menarik, tidak berbau, dan tidak berjamur. Ayam juga cenderung memilih ransum yang memiliki ukuran yang sama atau lebih kecil dari ukuran paruhnya.

Tingginya kandungan serat kasar bisa mengakibatkan penurunan konsumsi ayam karena palatabilitas (tingkat kesukaan) pada ransum menurun. Selain itu, bila dilihat dari kandungan energi metabolisme (EM). Dari hasil riset diketahui bahwa ransum yang memiliki kandungan energi tinggi mengakibatkan ayam cepat kenyang sehingga cenderung mengurangi konsumsi.

  • Manajemen pemberian ransum

Pendistribusian ransum harus tepat dan merata. Hal ini berkaitan dengan kemudahan ayam untuk mengakses ransum dan cara pemberiannya. Ketersediaan tempat ransum ayam yang rata juga berpengaruh terhadap tingkat keseragaman ayam. Pengaturan jumlah, distribusi, serta ketinggian tempat ransum ayam (TRA) yang tidak disesuaikan dengan umur bisa mempengaruhi asupan konsumsi ayam.

Pergantian ransum secara tiba-tiba serta pemberian lighting (pencahayaan) yang tidak terprogram bisa menyebabkan ayam stres sehingga mengakibatkan penurunan konsumsi ransum. Pengaturan pencahayaan secara berkala (intermitten lighting) terutama di malam hari bisa mengurangi stres pada ayam pedaging dan sangat berguna untuk merangsang aktivitas makan. Namun khusus pada peternakan ayam petelur, pemberian cahaya ini harus dikontrol secara ketat terkait pencapaian target performa ayam dan kualitas telur di masa produksi.

  • Kondisi lingkungan tidak nyaman

Suhu kandang yang terlalu tinggi bisa menyebabkan ayam mengalami heat stress dan sering melakukan panting (megap-megap) untuk menstabilkan panas tubuhnya. Suhu kandang selayaknya dipertahankan tetap dalam comfort zone (zona nyaman) yaitu suhu 25-28oC dan kelembapan 60-70%.

Saat heat stress, respon ayam pertama kali adalah fokus meningkatkan laju metabolisme cadangan energi tubuh, laju pergerakan dan penyerapan usus akan melambat. Akibatnya ayam cenderung malas makan dan justru akan banyak minum sehingga kotoran yang dihasilkan lebih basah. Dampaknya amonia meningkat dan memicu penyebaran bibit penyakit. Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen dan makanan.

  • Kualitas ayam

Sejak awal pemeliharaan, tembolok dan gizzard ayam harus berkembang dengan baik, apabila terganggu maka konsumsi ransumnya juga akan menurun dan tidak sesuai dengan standar.

  • Faktor infeksius (penyakit)

Penurunan konsumsi yang terjadi akibat serangan penyakit merupakan kasus yang paling umum ditemukan. Ketika ayam sakit, organ kekebalan akan bekerja ekstra untuk menghasilkan antibodi. Semakin banyak antibodi yang diproduksi, maka akan semakin banyak pula energi yang dibutuhkan. Akibatnya ayam akan terlihat lesu, lemah, mengantuk dan lebih memilih untuk tidak melakukan aktivitas makan.

Akibat Rendahnya Konsumsi Ayam

Komponen nutrisi seperti karbohidrat dan lemak dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Kekurangan asupan energi menyebabkan pertumbuhan dan aktivitas ayam terhambat atau lambat, serta produksi telur dan daging rendah. Sehingga, protein yang fungsi awalnya untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan akan berubah fungsi untuk menghasilkan energi. Kurangnya asupan nutrisi lain seperti vitamin dan mineral, juga mengakibatkan jumlah produksi dan kualitas telur pun akan menurun pada ayam petelur.

Konsumsi kembali Normal, Produksi Optimal

Adapun cara mengembalikan konsumsi ransum agar kembali normal diantaranya:

  • Memperbaiki kualitas ransum

Lakukan kontrol kualitas ransum sejak penerimaan, penyimpanan, dan proses pencampuran bahan baku serta penyimpanan ransum. Berkaitan dengan uji kualitas ransum, sebaiknya dilakukan secara periodik. Guna memudahkan hal tersebut Medion telah menyediakan fasilitas uji kualitas ransum (MediLab) dan jasa formulasi ransum.

Terapkan sistem FIFO (First In First Out) dan pastikan kualitas fisik ransum masih bagus. Ransum yang sudah berjamur maupun berbau tengik jangan diberikan karena dapat menimbulkan efek imunosupresi. Tambahkan anti jamur (mold inhibitor) atau toxin binder (pengikat racun jamur) yang banyak digunakan di lapangan, seperti Freetox, karena aplikasinya mudah dan efektif mengikat racun jamur.

Atur waktu pemberian dan lakukan bolak-balik ransum sesering mungkin untuk mencegah ransum lembap dan menggumpal sehingga menghindari tumbuhnya jamur. Guna memenuhi ketersediaan nutrisi mikro essensial di dalamnya, seperti asam amino, vitamin maupun mineral bisa menambahkan Top Mix, Mix Plus atau Mineral Feed Supplement A ke dalam ransum.

  • Memperbaiki tata laksana pemeliharaan

Sediakan tempat ransum ayam (TRA) yang kapasitasnya disesuaikan dengan populasi ayam. TRA harus berkualitas, terbuat dari bahan tidak beracun, warnanya menarik, tahan lama/awet, mudah dibersihkan dan tidak mudah pecah. Ketinggian TRA yang baik ialah ujung piringan TRA setinggi punggung ayam sehingga setiap ekor ayam memiliki akses yang sama untuk makan.

Pastikan feed intake (asupan ransum) tercapai pada saat awal sampai puncak produksi. Target pencapaian feed intake bisa mengacu pada Tabel 1 dan 2. Lakukan pergantian kualitas ransum secara bertahap agar ayam dapat beradaptasi dengan kualitas ransum yang baru. Sebelum dan selama pergantian ransum berikan multivitamin seperti Vita Stress untuk meminimalkan efek stres. Perlu dilakukan pencucian tempat ransum dan air minum minimal 2 kali seminggu dan desinfeksi dengan cara direndam dalam larutan Medisep.

Atur penempatan lampu untuk pencahayaan secara merata. Untuk ayam pedaging, berikan cahaya dengan intensitas 30-40 lux selama 23-24 jam pada minggu pertama. Setelah itu, intensitas cahaya bisa dikurangi secara bertahap hingga menjadi 5-10 lux selama 16-18 jam (Broiler Signals, 2016). Pada masa produksi ayam petelur, cahaya diberikan selama 17 jam dengan intensitas 10-15 lux (Lohhman Management Guide, 2015).

  • Merangsang fungsi kerja saluran pencernaan

    Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merangsang fungsi kerja saluran pencernaan ayam antara lain memberikan ransum dengan kandungan serat kasar sesuai standar, menyediakan bentuk dan ukuran ransum yang sesuai, serta melakukan pemuasaan makan di siang hari.

  • Meningkatkan nafsu makan ayam

    Penggunaan Aminovit dan Kumavit dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki konversi ransum sehingga efisiensi ransum juga bertambah. Multivitamin herbal Kumavit mengandung zat aktif dalam ekstrak Curcuma yang dapat mempercepat proses metabolisme (pencernaan) nutrisi. Efeknya, lambung lebih cepat kosong dan nafsu makan ayam akan meningkat.

  • Minimalkan faktor stres

    Kurangi faktor penyebab stres dengan menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam. Perhatikan dalam pengaturan suhu dan kelembapan, jika terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur. Atur sistem buka tutup tirai kandang dan jika perlu tambahkan kipas (fan) untuk membantu sirkulasi udara. Jangan lupa pula untuk mengatur kepadatan kandang agar ayam lebih leluasa untuk mengakses ransum.

  • Tangani penyakit infeksius

    Untuk memperbaiki konsumsi ayam yang menurun akibat infeksi penyakit, tangani terlebih dahulu sesuai kasus penyakit yang menyerang. Sebagai terapi supportif (pendukung), pemberian multivitamin (Fortevit, Vita Stress) akan sangat membantu meningkatkan kondisi tubuh ayam. Lakukan pula sanitasi dan penyemprotan desinfektan (Antisep atau Medisep) dalam kandang dan lingkungannya untuk menurunkan tantangan bibit penyakit.

Jadi, turunnya konsumsi ransum ayam merupakan hal kritis yang patut diwaspadai sehingga perlu dilakukan evaluasi penyebabnya agar kita bisa memperbaiki konsumsi ayam secara tepat. Salam.

Tingkatkan Konsumsi Ransum, Produksi Optimal
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin