Gumboro atau Infectious Bursal Disease (IBD) adalah salah satu penyakit viral yang hobi kunjungi kandang dan merupakan ancaman penting bagi industri peternakan ayam karena menyebabkan kerugian yang cukup tinggi di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia.

Penyakit Infectious Bursal Disease (IBD) awalnya dilaporkan oleh Cosgrove pada tahun 1962 di daerah Gumboro, Delaware, Amerika Serikat, oleh karena itulah penyakit ini sering disebut Gumboro, penyakit ini dapat bersifat klinis maupun subklinis pada ayam, sehingga ayam yang terserang namun tidak memperlihatkan tanda-tanda klinis pun juga dapat menularkan penyakit tersebut tanpa diketahui.

Update Gumboro di Indonesia

Jika melihat dari rangking penyakit selama 2019 hingga November 2021, penyakit Gumboro pada ayam pedaging menempati rangking pertama untuk penyakit viral kemudian diikuti oleh ND di rangking ke 2 (Grafik 1). Pada ayam petelur sebelum produksi, Gumboro masih konsisten menempati rangking pertama kasus penyakit viral (Grafik 2), sehingga hal ini tentunya perlu menjadi kewaspadaan kita bersama. Kita ketahui bahwa Gumboro memiliki sifat imunosupresif yang artinya dapat menekan sistem kekebalan tubuh ayam. Apabila Gumboro menginfeksi ayam maka hal ini menjadi gerbang untuk penyakit lain ikut menginfeksi. Beberapa penyakit viral seperti ND dan IBH yang saat ini marak menyerang pada ayam muda bisa muncul bersama dengan infeksi Gumboro.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh tim lapangan, tertampil grafik umur serangan Gumboro pada ayam pedaging dan petelur, terlihat bahwa serangan Gumboro paling sering muncul di umur 22 – 28 hari. Hal ini berhubungan dengan bursa Fabricius yang merupakan organ utama yang diserang oleh virus Gumboro. Bursa Fabricius berkembang aktif pada umur 3-4 minggu sehingga di umur tersebut merupakan waktu yang paling berisiko terjadi serangan Gumboro, namun perlu diwaspadai bahwa Gumboro juga bisa menyerang ayam umur 15-21 hari dan menyebabkan kerugian yang cukup besar dari mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka kesakitan) yang tinggi. Serangan Gumboro pada ayam di bawah 3 minggu biasanya bersifat subklinis (tanpa gejala klinis) dan memiliki efek imunosupresif lebih besar sehingga dapat menggagalkan program vaksinasi. Akan tetapi pada umur tersebut, serangan Gumboro juga dapat bersifat klinis dengan gejala yang tampak.

Mengenal Lebih Dekat Virus Gumboro

Gumboro adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Avibirnavirus yang merupakan virus double stranded RNA dan tidak beramplop. Struktur dari virus yang tidak beramplop ini menyebabkan tidak sensitif terhadap desinfektan dari golongan ammonium quartener, oleh karena itu pemilihan desinfektan sangat penting untuk membasmi virus penyebab Gumboro di kandang. Virus Avibirnavirus stabil dan tahan hidup lama di lingkungan hingga lebih dari 3 bulan. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan proses pembersihan dan istirahat kandang untuk meminimalisir populasi virus di lingkungan kandang. Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 2 – 3 hari dan ditularkan secara horizontal yaitu dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat. Tidak ada penularan secara vertikal atau dari induk ke anak pada penyakit Gumboro. Penyakit ini menular dari ayam yang sakit melalui leleran tubuh atau kotoran ayam yang terinfeksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara tidak langsung dapat melalui media seperti litter, tempat air minum dan pakan, perlengkapan peternakan, alat transportasi atau pekerja yang terkontaminasi feses mengandung virus Gumboro.

Berdasarkan patotype atau tingkat keganasannya, virus Gumboro dikelompokkan menjadi tiga grup yaitu classical, variant dan vvIBD (very virulent IBD). Saat ini virus Gumboro yang ditemukan di Indonesia adalah dari patotype classical dan vvIBD. Sepanjang 2018 hingga 2021, diketahui bahwa virus Gumboro dari strain vvIBD menjadi strain yang dominan atau paling banyak ditemukan menyerang ayam. Perlu diketahui bahwa vvIBD dapat menyebabkan kematian yang tinggi yaitu mencapai 20% pada ayam pedaging dan mencapai 80% pada ayam petelur, serta dapat menembus antibodi maternal yang tinggi. Padahal kita ketahui bersama bahwa antibodi maternal adalah antibodi yang berasal dari induk untuk memberikan perlindungan pada anak ayam dari virus Gumboro. Apabila angka antibodi maternal tinggi namun dapat ditembus oleh vvIBD, maka virus tidak akan ternetralisasi oleh antibodi maternal sehingga anak ayam akan sakit. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengandalkan antibodi maternal saja sebagai perlindungan terhadap virus Gumboro, ayam juga perlu dibekali dengan vaksinasi. Pemberian vaksinasi yang homolog atau sesuai dengan virus yang ada dilapangan merupakan salah satu upaya untuk mencegah infeksi Gumboro.

Sifat Imunosupresif Gumboro

Penyakit Gumboro merupakan salah satu penyakit yang bersifat imunosupresif. Hal ini dikarenakan virus Gumboro menyerang sistem kekebalan tubuh ayam khususnya bursa Fabricius yang terletak di bagian atas lubang dubur (kloaka) ayam. Secara normal, organ bursa Fabricius mengalami regresi (penyusutan) pada awal dewasa kelamin di 16 – 18 minggu. Proses menghilangnya organ ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Sebagai pabrik penghasil antibodi, sebenarnya organ bursa Fabricius sudah bekerja aktif menghasilkan sel limfosit B sejak ayam di fase embrio yaitu di masa inkubasi telur 14 hari. Bursa Fabricius merupakan tempat diproduksinya sel limfosit B. Awalnya limfosit B belum matang (immature) kemudian mengalami pematangan. Proses ini akan terjadi apabila limfosit B terpapar oleh antigen yang berasal dari virus lapang atau virus vaksin. Limfosit B akan teraktivasi dan menghasilkan antibodi sebagai respon tubuh terhadap paparan antigen tersebut. Ketika virus Gumboro masuk ke organ bursa Fabricius, maka virus ini akan menyerang sel limfosit B yang belum matang sehingga menyebabkan penurunan jumlah limfosit B matang. Hal ini berdampak terhadap penurunan jumlah antibodi yang terbentuk sehingga ini yang menjadi alasan Gumboro bersifat imunosupresif.

Ayam yang terinfeksi penyakit Gumboro akan mengalami beberapa gejala klinis yang tampak yaitu terlihat gemetar, dehidrasi, bulu kusam dan berdiri. Selain itu kita bisa melakukan pengamatan pada bagian lubang dubur (kloaka) akan ditemukan feses atau kotoran yang menempel, disertai feses yang encer dan berwarna putih. Pada kasus Gumboro subklinis, gejala ini tidak muncul secara signifikan sehingga perlu kita amati tidak hanya dari gejala namun juga dari perubahan organ dalam tubuh ayam.

Telah kita ketahui bahwa bursa Fabricius menjadi organ utama dari serangan Gumboro. Apabila kita lakukan pembedahan, akan ditemukan adanya bursa Fabricius yang mengalami peradangan disertai dengan bengkak. Selain itu ditemukan perubahan pada organ urinaria yaitu pada ginjal mengalami kebengkakakan. Pada otot akan ditemukan adanya perdarahan dengan tipe yang khas yaitu bentuk striae (garis) di otot dada dan paha. Sementara itu, organ saluran pencernaan yaitu tepatnya di proventrikulus akan dijumpai peradangan di batas bawah, yaitu antara proventrikulus dengan ventrikulus atau gizzard.

Alasan Mengapa Gumboro masih Menyerang dan Cara Mengontrolnya

Beberapa faktor yang menyebabkan Gumboro masih sering menyerang ternak di kandang diantaranya:

  • Faktor imunosupresan terhadap keberhasilan vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu langkah pencegahan, waktu vaksinasi Gumboro menggunakan vaksin Gumboro aktif konvensional yaitu di umur akhir minggu pertama atau memasuki minggu kedua. Umur ini merupakan waktu kritis terhadap pertumbuhan ayam terutama yang dipengaruhi oleh manajemen. Kesalahan manajemen pemeliharaan yakni keterlambatan pelebaran kandang sehingga berpengaruh terhadap kepadatan kandang. Pembukaan tirai kandang sebagai ventilasi dan sirkulasi udara atau penambahan bahan litter yang terlambat akan menyebabkan kualitas udara dalam kandang tidak segar diikuti oleh bau amonia mulai muncul. Hal ini menjadi salah satu predisposisi dari timbulnya penyakit pernapasan seperti CRD atau penyakit pencernaan (koksidiosis). Kedua penyakit ini bersifat imunosupresif sehingga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi yang dilakukan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur manajemen terutama waktu pelebaran kandang, kepadatan kandang, waktu buka tirai, dan penambahan litter sesuai kondisi di dalam kandang. Perlu dipastikan sirkulasi udara lancar sehingga amonia dapat diminimalisir dan mengurangi resiko penyakit CRD dan koksidiosis sebagai faktor imunosupresif.

Selain itu, periode umur satu sampai dua minggu terutama pada ayam petelur merupakan masa padat vaksinasi menggunakan vaksin aktif dan inaktif. Tidak hanya vaksin Gumboro, ayam juga perlu dibekali dengan vaksin ND, IB, dan AI. Ayam akan mengalami stres akibat perlakuan yang tidak tepat saat vaksinasi dan ditambah dengan manajemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan kandang yang tidak memadai. Hal ini juga menimbulkan risiko kegagalan vaksinasi karena stres juga bersifat imunosupresif. Handling yang tepat juga diperlukan untuk memastikan ayam tidak mengalami stres. Pemberian vitamin seperti Vita Stress dan produk herbal sebagai imunostimulant yaitu Imustim dapat dilakukan untuk mendukung dan menjaga kondisi tubuh ayam

  • Keberadaan vektor terutama kumbang Franky

Kumbang Franky yang juga dikenal dengan nama Alphitobius diaperinus merupakan serangga yang berperan dalam mentransimisikan beberapa virus diantaranya adalah Gumboro, ND, dan juga AI. Vektor ini sering bersembunyi pada tempat – tempat yang lembab dalam area kandang dengan berkelompok dan jumlah yang banyak. Lokasi yang disukai kumbang Franky adalah di litter atau kotoran ayam termasuk yang menempel pada pakan ayam. Selain itu serangga ini juga seringkali bersembunyi pada lantai kandang yang berlubang atau pada tiang kandang yang sudah mengalami pengeroposan. Biasanya Franky akan keluar utamanya di malam hari. Pemberantasan kumbang Franky di kandang menjadi salah satu langkah pendukung terhadap pencegahan penyebaran virus Gumboro. Salah satunya dengan pemberian Delatrin dan didukung dengan pembersihan terutama saat masa kosong kandang sehingga tidak ada tempat bagi vektor tersebut untuk bersembunyi

  • Minimnya sanitasi dan desinfeksi kandang serta masa kosong kandang yang kurang optimal

Penyebaran virus Gumboro seringkali disebabkan kurangnya sanitasi dan desinfeksi di kandang. Pemilihan jenis desinfektan juga perlu diperhatikan mengingat virus ini tidak beramplop. Virus yang tidak beramplop sensitif terhadap desinfektan golongan oxidizing agent (kompleks iodium) dan golongan aldehyde (formalin). Produk yang dapat digunakan yaitu Antisep, Neo Antisep atau Formades. Pencucian kandang saat kosong kandang juga memperhatikan dari sisa materi organik yang menempel utamanya di tempat yang sulit dijangkau seperti sela- sela kandang dan bagian bawah kandang. Karena materi organik seperti feses merupakan media yang disukai agen penyakit termasuk virus Gumboro untuk bersembunyi. Virus Gumboro di dalam feses masih infektif hingga 122 hari setelah diekskresikan (dikeluarkan). Oleh karena itulah mengapa virus Gumboro dapat bertahan bahkan lebih dari tiga bulan di kandang.

Hindari adanya sisa-sisa kotoran/ tumpukan karung yang berisi feses di sekitar lokasi kandang. Hal yang terkadang terlewat dan sering diabaikan adalah lama istirahat kandang setelah proses pencucian dan desinfeksi kandang yang tidak sesuai atau kurang dari 14 hari. Lama istirahat kandang yang tidak optimal menyebabkan agen infeksi masih muncul dan berpotensi menginfeksi ternak kembali. Waktu istirahat kandang yang disarankan adalah 14 hari terhitung sejak kandang bersih untuk memutus siklus hidup agen infeksi.

  • Manajemen brooding yang kurang optimal

Masa brooding adalah masa kritis dari periode pemeliharaan ayam dimana mulai DOC hingga 14 atau 21 hari ayam dipelihara dengan bantuan pemanas. Masa pemeliharaan ini ikut menentukan baik tidaknya performa ayam di masa berikutnya karena pada masa ini terjadi perkembangan pesat organ kekebalan tubuh ayam.

Pada umur satu minggu perkembangan organ limfoid sudah mencapai 70%. Perkembangan optimal dari organ limfoid ini berperan dalam pembentukan kekebalan aktif yang menggantikan kekebalan pasif yang diturunkan dari induk ke anak ayam atau disebut dengan antibodi maternal. Apabila kebutuhan utama pada masa brooding seperti suhu, udara, air, dan pakan tidak terpenuhi dengan baik, maka pertumbuhan organ tubuh termasuk organ kekebalan tidak akan optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring terhadap manajemen di masa brooding untuk memastikan kebutuhan utama ayam tersebut terpenuhi. Tanda dari perkembangan organ tubuh ayam dapat dilihat dari bobot badan ayam yang dapat dievaluasi dengan melakukan penimbangan setiap minggunya.

  • Program dan aplikasi vaksinasi yang kurang tepat

Vaksin Gumboro aktif konvensional yang diberikan ketika antibodi maternal masih tinggi dapat mengakibatkan virus vaksin akan dinetralkan oleh antibodi maternal. Sehingga vaksin yang diberikan tidak mampu memberikan perlindungan optimal. Ketepatan jadwal vaksinasi serta ketepatan pemilihan jenis vaksin merupakan titik kritis yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Pengambilan sampel serum di umur 1-3 hari dapat dilakukan untuk pemeriksaan antibodi maternal dan membantu memperkirakaan umur vaksinasi Gumboro pertama menggunakan vaksin aktif konvensional. Selain itu waktu vaksinasi bisa mempertimbangkan dari riwayat kasus Gumboro di periode sebelumnya dengan jarak 14 hari sebelum umur serangan.

Aplikasi vaksin Gumboro aktif dilakukan secara per oral baik tetes mulut/ cekok maupun air minum. Hal yang perlu diperhatikan adalah dosis yang diterima oleh setiap individu ayam seragam yaitu masing-masing mendapatkan 1 dosis penuh. Berdasarkan pemilihan aplikasi, cara tetes mulut/ cekok lebih direkomendasikan karena lebih akurat dalam pemberian 1 dosis pada setiap ekor ayam. Meskpun cara ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan aplikasi air minum yang terkenal lebih efisien dan praktis di lapangan.

Jumlah virus dalam 1 dosis vaksin Gumboro aktif minimal hanya 100 virus, jauh lebih kecil dibandingkan dengan vaksin ND yang 1 dosis vaksin minimal mengandung 10 juta virus. Apabila handling dan aplikasi vaksinasi Gumboro tidak tepat maka jumlah virus yang sampai ke target organ tidak sesuai lagi dengan minimal dosis. Akibatnya pembentukan antibodi menjadi tidak optimal dan tidak bisa protektif. Hal ini karena dosis vaksin yang diterima ayam tergantung pada jumlah konsumsi air minum serta terkendala oleh batas waktu vaksinasi dimana 2 jam harus habis terkonsumsi. Selain itu, apabila vaksin diberikan via air minum maka kualitasnya perlu diperhatikan terutama kandungan logam berat, kesadahan, pH, dan kontaminasi bahan kimia seperti desinfektan/ klorin. Hindari vaksin dari paparan sinar ultraviolet dari sinar matahari dan terlalu dekat dengan brooder karena dapat menyebabkan kerusakan vaksin.

Langkah Tepat Vaksinasi Gumboro

Mencegah lebih baik dalam mnegobati, begitu juga dengan penyakit Gumboro. Vaksinasi merupakan langkah pencegahan yang dilakukan dari dalam tubuh ayam. Prinsip vaksinasi adalah memberikan infeksi buatan untuk merangsang pembentukan kekebalan dalam tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan vaksinasi Gumboro antara lain:

  • Tepat waktu

Program vaksinasi Gumboro menggunakan vaksin aktif umumnya dilakukan satu kali pada ayam pedaging dan dua kali pada ayam petelur. Penentuan umur vaksinasi Gumboro pertama dapat dilakukan berdasarkan status antibodi maternal dengan pengambilan sampel serum umur 0-4 hari atau dengan mempertimbangkan riwayat penyakit Gumboro di periode sebelumnya.

  • Tepat vaksin

Pemilihan vaksin Gumboro harus disesuaikan dengan kasus yang terjadi di lapangan. Gunakan Medivac Gumboro A jika kasus Gumboro muncul pada ayam umur <21 hari atau >21 hari dengan tingkat kematian tinggi (>5%) atau gunakan Medivac Gumboro B jika kasus Gumboro muncul pada ayam umur >21 hari dengan tingkat kematian rendah (<5%). Berikan juga Imustim 3 hari sebelum dan setelah vaksinasi untuk membantu pembentukan antibodi lebih optimal. Sedangkan pemberian vaksin inaktif menggunakan Medivac ND T Gumboro L Emulsion di umur 4 hari dapat diberikan. Tujuaanya untuk memberikan perlindungan lebih optimal mengingat vaksin tersebut mengandung virus vvIBD isolat lokal sehingga homolog dengan virus lapang

  • Tepat aplikasi

Aplikasi vaksinasi Gumboro yaitu secara per oral melalui cekok/tetes mulut atau air minum. Aplikasi melalui metode cekok atau tetes mulut dapat diberikan pada umur ≤ 10 hari. Sedangkan jika melalui air minum dapat diberikan pada umur > 10 hari. Sebelum diberikan air minum yang berisi vaksin, ayam sebaiknya puasa minum terlebih dahulu selama 2-3 jam, tergantung cuaca. Apabila kondisi lingkungan kandang sangat panas, puasa minum cukup selama 1 jam. Agar hasil vaksinasi melalui air minum optimal sebaiknya vaksinasi dilakukan pada pagi hari. Hal ini karena waktu tersebut merupakan waktu puncak ayam beraktivitas dan mengonsumsi air minum serta kondisi cuaca lingkungan yang relatif masih nyaman dan suhu lingkungan belum tinggi

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan pencegahan yang perlu diimbangi dengan tindakan lainnya. Memperketat biosecurity merupakan kombinasi tepat yang mendukung keberhasilan vaksinasi. Biosecurity memiliki peranan penting sebagai pagar pelindung utama sebelum penyakiti masuk dan menginfeksi ke dalam peternakan. Kita ketahui bahwa Gumboro menyerang ayam terutama ketika bursa Fabricius sedang bekerja aktif untuk menghasilkan kekebalan. Serangan Gumboro muncul pada usia 22-28 hari atau 3-4 minggu, namun juga bisa muncul pada usia 14 -21 hari. Sedangkan vaksin aktif pertama yang diberikan saat umur 1 minggu memerlukan waktu untuk membentuk kekebalan di level protektif pada 2-3 minggu post vaksinasi. Perlu diwaspadai masih ada resiko untuk ayam terserang Gumboro apabila jumlah maternal antibodi dalam tubuh ayam rendah atau tidak seragam sehingga antar individu ayam memiliki tingkat kekebalan yang bervariasi. Hal yang tidak kalah utama adalah memastikan challenge virus Gumboro di lapangan dapat ditekan. Hal ini tentu saja tidak lepas oleh peran biosecurity. Kita mengenal 3 konsep dasar dalam biosecurity. Konsep pertama adalah biosecurity konseptual meliputi pemilihan lokasi peternakan yang tepat seperti jauh dari pemukiman dan tidak bercampur dengan jenis ternak lain. Berikutnya adalah biosecurity struktural meliputi bentuk bangunan kandang yang sesuai seperti arah kandang yang baik yakni membujur dari barat ke timur. Konsep terakhir adalah biosecurity operational meliputi kegiatan rutin yang dilakukan dalam manajemen pemeliharaan ternak. Semprot kandang secara rutin, manajemen litter, desinfeksi transportasi sebelum memasuki area kandang, dan desinfeksi operator ataupun pengunjung yang akan masuk ke dalam kandang perlu dilakukan. Hal-hal tersebut untuk mencegah masuk dan berkembangnya virus Gumboro ke dalam peternakan.

Kombinasi vaksinasi dan biosecurity secara tepat merupakan tindakan pencegahan dari serangan penyakit termasuk Gumboro. Diharapkan dengan melakukan kedua strategi tersebut, kasus Gumboro dapat dihindari sehingga ayam selamat. Semoga bermanfaat

Waspada Hadapi Gumboro di Kandang
Tagged on:         
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin