Mengenal Dysbacteriosis Pada Unggas

Daftar isi

Tantangan dalam beternak unggas yang sering ditemui salah satunya adalah gangguan kesehatan. Penyakit pada unggas menjadi masalah yang merugikan bagi peternak. Penyakit unggas dapat menyerang berbagai sistem organ pada ayam dan sistem pencernaan menjadi target organ yang disenangi oleh agen penyakit. Gangguan pencernaan pada ayam dapat berdampak buruk baik jangka pendek maupun jangka panjang dan dapat berkaitan pula dengan gangguan pertumbuhan serta gangguan reproduksi.

Sistem pencernaan unggas merupakan sistem kerja yang kompleks dan berperan penting dalam menunjangkehidupan unggas. Setiap organ di sistem pencernaan memiliki fungsinya masing-masing dan jika terdapat gangguan pada hanya salah satu dari fungsi organ tersebut, dampak yang ditimbulkan akan mempengaruhi kerja organ pencernaan lainnya. Intestinum atau dikenal sebagai usus, memiliki fungsi penting dalam tubuh makhluk hidup termasuk unggas. Usus terbagi menjadi beberapa bagian (Gambar 1), dan salah satu fungsi krusial usus adalah penyerapan nutrisi (bagian jejenum dan ileum). Selain itu, terjadi pula pembusukan makanan oleh mikroba normal usus pada bagian sekum Pada kondisi ayam sehat, terjadi keseimbangan mikroba dalam usus. Namun dalam kondisi tertentu dapat terjadi ketidakseimbangan mikroba khususnya bakteri dalam usus yang disebut Dysbacteriosis atau Dysbiosis.

Pengertian dan Etiologi Dysbacteriosis

Mikroba pada saluran pencernaan atau gastrointestinal unggas terdiri oleh lebih dari 900 spesies bakteri dan metabolitnya. Mikroba ini berfungsi sebagai indikator kesehatan unggas dan dipengaruhi oleh nutrisi, pengobatan, dan faktor-faktor lainnya. Dysbacteriosis adalah kondisi berkurangnya keragaman mikroba, yang ditandai dengan hilangnya mikroba yang bermanfaat serta bertambahnya mikroba oportunistik (dapat menjadi patogen saat kondisi lingkungannya mendukung). Dysbacteriosis terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hilangnya bakteri yang bermanfaat, hilangnya keragaman bakteri secara keseluruhan, dan pertumbuhan berlebih bakteri patogen. Dysbacteriosis pada unggas berdampak negatif pada pertumbuhan, kinerja, kesehatan, keseragaman flock, dan kesejahteraan unggas itu sendiri.

Dysbacteriosis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:

a) Ransum

Ransum yang tidak seimbang dapat menyebabkan dysbacteriosis usus secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, ransum yang mengandung rasio protein kasar/energi metabolisme yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan protein yang tidak tercerna di dalam sekum, dan akibatnya terjadi pertumbuhan berlebih dari mikroba proteolitik (pemecah protein), yang menghasilkan hidrogen sulfida dan amonia. Ransum dengan kandungan protein yang tidak seimbang juga memiliki efek yang merugikan pada mikroba usus karena kandungan protein yang tinggi mengakibatkan produksi metabolit toksik dan produk gas yang menekan sistem imun unggas. Serat dan lemak dalam pakan juga memengaruhi keseimbangan mikroba usus dengan meningkatkan jumlah bakteri penghasil butirat (Blautia, E. rectale, Roseburia, F. prausnitzii, dan Faecalibacterium spp. dan lainnya), Lactobacilli, dan Bifidobacteria. Efek lemak terhadap keragaman mikrobiota usus bersifat tidak langsung. Peningkatan jumlah lemak makanan merangsang produksi garam empedu (asam empedu/bile acid) dan akibatnya mempercepat pertumbuhan spesies bakteri yang dapat memetabolisme garam empedu, yaitu bakteri yang toleran terhadap garam empedu, seperti Alisitpes, Bacteroides, dan Bilophila. Sedangkan diet tinggi karbohidrat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri yang terlibat dalam fermentasi, seperti Clostridium cluster XVIII, Lachnosporaceae (Clostridium colostridioforme), Ruminococcaceae (F. prausnitzii), dan Prevotella.

b) Pemberian antibiotik yang tidak sesuai

Masalah penting mengenai antibiotik adalah durasi penggunaannya. Penggunaan jangka panjang menyebabkan turunnya keragaman mikroba dalam saluran cerna. Pemberian gabungan antibiotik spektrum luas (seperti neomycin, ampicilin, dan lainnya) selama 7-14 hari meningkatkan spesies bakteri yang resisten terhadap antibiotik, menyebabkan dysbacteriosis pada saluran cerna, memperlambat perkembangan usus, mengganggu fungsi barier usus, dan menurunkan kekebalan tubuh. Pemberian koktail/gabungan antibiotik selama dua minggu juga secara signifikan menurunkan jumlah Firmicutes, Lactobacillus, dan Bacillus, yaitu bakteri baik dalam pencernaan dan meningkatkan kelimpahan Bacteroidetes, Proteobacteria, Cyanobacteria, dan Enterococcus dalam usus.

c) Mycotoxin atau racun jamur

Mikotoksin adalah metabolit yang diproduksi oleh jamur Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium. Mikotoksin berdampak negatif pada komposisi mikroba usus. Efek utama yang merusak dari mikotoksin pada kesehatan usus ayam adalah menyebabkan perubahan homeostasis mikroba usus, perubahan komposisi mikroba di sekum, peningkatan keanekaragaman dan kekayaan mikroba, kerusakan dan peradangan usus. Mikotoksin kebanyakan memiliki target organ di sel epithelial usus dan mikroba usus berperan penting dalam detoksifikasi mikotoksin. Masing-masing jenis mikotoksin dapat mempengaruhi mikroba usus (Tabel 1).

AU2 e1746183602970

d) Agen Penyakit

  • Clostridium perfingens
    Clostridium perfringens adalah bakteri Gram-positif, anaerobik (tidak membutuhkan oksigen untuk tumbuh), pembentuk spora yang dapat menyebabkan Nekrotik Enteritis (NE) pada unggas. Bakteri ini menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan karena pertumbuhan unggas terhambat dan peningkatan kematian. C. perfringens dapat menyebabkan dysbacteriosis dengan memproduksi racun yang merusak lapisan usus (Gambar 2) dan mengalahkan bakteri baik. Faktor virulensinya, termasuk racun seperti CPE dan CPA, mengganggu keseimbangan mikroba normal usus, yang menyebabkan penurunan bakteri baik dan peningkatan bakteri patogen.
  • Escherichia coli
    Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri anaerob fakultatif (dapat tumbuh dengan maupun tidak adanya oksigen), berbentuk batang, Gram-negatif. Bakteri ini biasanya motil dan memiliki flagela. E. coli adalah bakteri komensal usus unggas, tetapi beberapa strain nya, seperti APEC (Avian Pathogenic E. Coli) dapat menyebabkan penyakit dan dysbacteriosis pada unggas dengan mengganggu keseimbangan alami mikroba usus, menyebabkan penurunan jumlah bakteri baik dan peningkatan jumlah bakteri patogen. Ketidakseimbangan ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kerentanan unggas terhadap infeksi lain.
AU5
Diare dan peradangan mukosa usus oleh E. Coli

Faktor predisposisi terjadinya Dysbacteriosis

Heat Stress

Pada unggas, beberapa penelitian telah menunjukkan efek signifikan heat stress pada komposisi dan struktur mikroba usus, baik pada ayam pedaging maupun ayam petelur. Beberapa perubahan spesifik yang dilaporkan meliputi kadar Lactobacillus dan Bifidobacterium yang lebih rendah, dan kadar Clostridium dan total bakteri coliform yang lebih tinggi. Mekanisme heat stress dapat mempengaruhi mikroba usus secara tidak langsung. Misalnya berkurangnya asupan pakan dan meningkatnya konsumsi air akan mempengaruhi ketersediaan nutrisi di saluran usus untuk digunakan sebagai substrat oleh mikroba, serta memicu berbagai perubahan lain di lingkungan usus seperti pola aktivitas sekresi dan motilitas, serta viskositas saluran cerna.

Kerusakan organ pencernaan oleh infestasi parasit

Koksisiosis, yang disebabkan oleh berbagai spesies Eimeria, adalah infeksi parasit protozoa yang berdampak serius pada kesehatan usus unggas. Parasit menyerang dan merusak lapisan usus, menyebabkan lesi dan peradangan. Kerusakan ini mengganggu mikrobiota usus normal, yang menyebabkan disbakteriosis. Infeksi ini juga melemahkan sistem kekebalan burung, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi bakteri sekunder. Disbakteriosis yang disebabkan oleh koksidiosis dapat mengakibatkan diare, konversi pakan yang buruk, dan penurunan tingkat pertumbuhan.

AU6
Kerusakan mukosa usus akibat infestasi koksidiosis

Umur

Ayam muda memiliki mikrobiota usus yang sedang berkembang, dan selama periode ini, keseimbangan dapat dengan mudah terganggu, yang berpotensi menyebabkan disbakteriosis. Seiring bertambahnya usia ayam pedaging (misalnya, sekitar 20-30 hari), mikrobiota usus biasanya stabil, tetapi jika praktik manajemen tidak optimal, disbakteriosis masih dapat terjadi. Pada ayam petelur yang lebih tua, mikroba usus juga dapat berubah. Pada beberapa penelitian menunjukkan penurunan bakteri yang bermanfaat seperti Lactobacillus.

Millieu/Lingkungan

  • Kepadatan
    Efek kepadatan yang tinggi mempengaruhi keseimbangan pada mikroba usus Kepadatan yang tinggi meningkatkan kelembapan litter dan load mikroorganisme di lingkungan. Litter tidak sengaja termakan oleh ayam dan memengaruhi komposisi mikroba pencernaan. Selain itu, kepadatan yang tinggi juga menurunkan feed intake ayam, yang dapat memengaruhi mikroba usus ayam. Kepadatan kandang yang tinggi dapat menurunkan jumlah Lactobacillus di sekum dan usus halus, serta meningkatkan jumlah Escherichia coli di sekum.
AU7
Isi kandang yang terlalu padat
  • Manajemen brooding
    Manajemen brooding yang optimal sangat penting untuk perkembangan mikroba usus pada unggas. Unggas yang menerima brooding yang tepat dapat mengembangkan usus yang kuat terhadap tantang di kandang ayam dengan lebih baik. Akses awal terhadap pakan dan air (early feeding system) sangat penting, karena kekurangan pakan pun dapat menyebabkan dysbacteriosis. Mikroba usus dapat mengalami perubahan signifikan dalam hitungan jam jika nutrisi tidak ada. Selain itu, kualitas air sangat penting untuk menjaga fungsi usus normal dan pH saluran cerna yang tepat. Memastikan kondisi ini membantu meningkatkan kesehatan usus dan kesejahteraan unggas secara keseluruhan.
AU8
Kondisi usus ayam umur 2 hari; (A) Langsung diberi pakan saat chick in (terlihat lebih berkembang); (B) Dipuasakan 8 jam terlebih dahulu; (C) Tidak diberikan pakan
  • Biosecurity yang kurang baik
    Biosecurty yang kurang baik, khususnya yang terkait dengan prosedur pembersihan dan disinfeksi, dapat berdampak buruk pada kesehatan unggas. Jika prosedur ini tidak dilakukan dengan benar, patogen dapat masuk ke dalam kandang unggas. Paparan patogen ini secara signifikan memengaruhi kesehatan dan perkembangan usus. Praktik pengelolaan litter yang tidak tepat telah terbukti berdampak signifikan pada saluran pencernaan (GIT) dan mikroba usus ayam. Penelitian telah mengungkapkan bahwa pengelolaan litter dapat memengaruhi keragaman mikroba di udara dan sistem pernapasan ayam, dengan perubahan yang berbeda diamati dari waktu ke waktu. Biosecurty yang efektif, termasuk pembersihan dan disinfeksi menyeluruh, sangat penting untuk mencegah masuknya patogen berbahaya dan untuk mendukung perkembangan mikroba usus unggas yang sehat.
AU9
Kualitas litter yang buruk (banyak penggumpalan)

Gejala Dysbacteriosis

Tanda-tanda dysbacteriosis pada unggas dapat mencakup perubahan konsistensi feses, seperti diare atau peningkatan kadar air, disertai bau busuk. Unggas yang terkena disbiosis juga dapat menunjukkan berkurangnya nafsu pakan, pertumbuhan yang buruk, dan rentan terhadap penyakit. Gangguan keseimbangan mikrobiota usus ini dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi, gangguan fungsi kekebalan tubuh, dan perubahan dalam proses metabolisme.

Dysbacteriosis mengganggu lingkungan saluran gastrointestinal (GIT), mendorong proliferasi/perkembangbiakan bakteri patogen. Bakteri patogen ini mengeluarkan racun yang meningkatkan motilitas usus dan menyebabkan perubahan dalam jumlah dan komposisi lendir saluran cerna. Selain itu, dysbacteriosis menyebabkan perubahan keasaman lambung, penurunan produksi peptida bakteriostatik oleh pankreas, dan penurunan sekresi imunoglobulin. Sindrom ini biasanya bermanifestasi antara usia 20 dan 30 hari.

AU10
Diare pada ayam
AU11
Ayam lesu dan bulu berdiri

Kondisi lapangan dan dampak Dysbacteriosis pada ayam broiler dan layer

Dysbacteriosis berkaitan erat dengan penyakit infeksius seperti Nekrotik Enteritis (NE), Colibasillosis, Koksidiosis, dan penyakit non-infeksius seperti Mikotoksikosis. Berikut adalah data kejadian penyakit yang dikumpulkan oleh tim Medion secara nasional dalam 3 tahun terakhir (Grafik 1-3) yang menggambarkan munculnya penyakit-penyakit berkaitkan dengan Dysbacteriosis. Baik di ayam broiler, layer sebelum produksi dan pada masa produksi, penyakit berkaitkan dengan Dysbacteriosis cukup sering ditemukan di Indonesia dan perlu diwaspadai.

AU19
AU20
AU21

Kerugian peternak biasanya terjadi jika kondisi dysbacteriosis terus berjalan tanpa penanganan yang menyebabkan turun atau tidak tercapainya berat badan dan nilai FCR meningkat. Litter yang lembab akibat diare berpengaruh pada tingginya kadar amonia di kandang dan akan menyebabkan iritasi bahkan ruptur (rontok) nya cilia yang terdapat di saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan mikroorganisme patogen akan lebih mudah menginfeksi saluran pernapasan unggas.

Pencegahan Dysbacteriosis

Faktor terpenting untuk mencegah Dysbacteriosis adalah :

Meminimalkan stres lingkungan

Hindari dan minimalisir faktor penyebab stres pada ayam seperti saat transportasi, pengaruh cuaca, perlakuan vaksinasi atau suara gaduh atau saat pergantian pakan. Penerapan sistem closed house dengan penggunaan ventilasi otomatis sangat berperan dalam menciptakan kondisi kandang yang lebih nyaman. Perhatikan suhu, kelembapan, ventilasi dan kepadatan kandang supaya ternak merasa nyaman dan terhindar dari stres. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi stres maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Vita Stress atau Fortevit.

Menjaga kualitas air yang baik

Tolok ukur kualitas air minum meliputi fisik (jernih, tidak berwarna dan berbau), kimia (pH netral dan tidak sadah) serta biologi (bebas dari cemaran E.coli, Salmonella sp. dll). Cek kualitas air minum peternakan secara berkala, terutama saat pergantian musim, di laboratorium seperti Laboratorium Medion untuk mengetahui ada tidaknya cemaran bakteri coliform atau E.coli di dalam air minum.

Meningkatkan kecernaan pakan

Efek positif penambahan asam organik di dalam saluran pencernaan salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan bakteri menguntungkan. Semakin banyak bakteri menguntungkan penyerapan nutrisi semakin optimal. Asam organik juga memicu produksi enzim pepsin semakin meningkat sehingga kecernaan protein juga meningkat. Asiges mengandung kombinasi asam organik yang bermanfaat untuk membunuh bakteri patogen, menjaga kesehatan usus dan meningkatkan kecernaan pakan.

Menjaga kualitas pakan

Ransum yang diberikan kepada ayam harus sesuai dengan nilai nutrisi yang dibutuhkan. Kualitas dari ransum pun harus memenuhi standar dan hindari pemberian ransum yang sudah menggumpal atau berjamur. Jamur pada pakan dapat menghasilkan mikotoksin yang memicu terjadinya disbakteriosis. Jika perlu tambahkan mold inhibitor seperti Fungitox untuk menghambat pertumbuhan jamur. Dan yang tak kalah penting saat kondisi lembap, terutama saat musim hujan, sebaiknya gunakan toxin binder (Freetox) untuk mengikat mikotoksin dalam pakan. Penggantian ransum juga perlu dilakukan bertahap untuk meminimalisir stres pada ayam.

Menambah Aditif Pakan

Menambahkan aditif pakan yang dapat memodulasi komponen mikroba dan menghindari Dysbacteriosis, seperti probiotik prebiotik, enzim, asam organik, minyak atsiri dan fitomolekul. Seperti salah satunya Optigrin sebagai feed additive herbal dapat digunakan sebagai alternatif AGP yang mampu memunuh mikroba patogen serta melapisi vili usus untuk menghalangi Eimeria sp. menginfeksi sel usus. Selain itu Optigrin juga memiliki aktivitas imunomodulator yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh.

Antibiotic Growth Promotor (AGP) dikenal baik untuk menghambat mikroba yang tidak diinginkan. Namun, dampak merugikannya adalah AGP tersebut mengurangi keragaman alami mikroba usus. Penggunaan AGP juga dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Produk lain telah diusulkan sebagai alternatif untuk peningkatan pertumbuhan, dengan mempertimbangkan meningkatnya resistensi bakteri terhadap beberapa kategori antibiotik. Entrozim merupakan sediaan serbuk mengandung lysozyme yang berperan sebagai growth promoter (dosis: 0.025 g/kg BB) dapat diberikan via air minum maupun pakan. Lyzozyme dapat memperbaiki kondisi saluran cerna dan meningkatkan performa unggas, sehingga bisa menjadi salah satu feed additive yang aman digunakan sebagai pencegahan terjadinya Dysbacteriosis pada saluran cerna unggas.

Dengan mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh dysbacteriosis pada sistem pencernaan, baiknya kita tetap waspada dan melakukan pencegahan secara integratif baik dari segi perbaikan biosecurity, manajemen yang baik dan sesuai, serta kualitas pakan dan air yang baik agar ternak kita tetap sehat dan produksi mencapai pucak optimalnya.

Artikel Terpopuler

Bagikan Berita:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.

Artikel Terkait

Cari Informasi yang Anda Butuhkan