Persoalan jamur tidak hanya dialami manusia. Jamur pun ikut menyerang ayam komersial di peternakan. Dampak kerugian yang akan dialami peternak tidak sedikit. Kasus jamur juga tidak hanya terjadi saat musim penghujan. Disaat musim kemarau pun kasus ini bisa ditemukan, terlebih seperti saat ini dikategorikan sebagai kemarau basah (musim kemarau yang masih disertai hujan). Oleh karena itu, kita perlu mewaspadai masalah ini. Pengendalian cemaran jamur melalui deteksi dini dengan inspeksi visual pada ransum dan bahan baku ransum, penambahan mold inhibitor (anti jamur)danmanajemen yang baik adalah pilihan terbaik.

Aspergillosis

Aspergillosis di lapangan dikenal dengan sebutan mycotic pneumonia, brooder pneumonia atau fungal pneumonia. Disebut pneumonia karena penyakit ini utamanya menyerang sistem pernapasan ayam. Aspergillosis disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Spesies yang paling sering menyerang ayam adalah Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigatus. A. fumigatus sering ditemukan pada material organik seperti telur, sekam, pakan, serta peralatan (mesin inkubator). Sedangkan A. flavus lebih sering ditemukan pada bahan baku pakan. Aspergillus akan menghasilkan banyak spora. Spora tersebut berukuran sangat kecil dan ringan sehingga mudah menyebar di udara dan mencemari pakan, sekam, jerami, biji-bijian, kandang, dsb.

Berdasarkan data evaluasi 3 tahun terakhir oleh tim Technical Education and Consutation Medion diketahui trend kasus aspergillosis pada ayam (broiler) dari tahun ke tahun naik perlahan-lahan (lihat Grafik 1).

Di Indonesia, aspergillosis pada ayam pedaging (broiler) lebih sering ditemukan di umur muda dibandingkan umur tua. Sedangkan pada ayam petelur (layer), selain umur muda, juga pernah ditemukan kasusnya pada ayam tua.

Lalu apa saja bahaya yang ditimbulkan dari serangan aspergillosis? Selain bersifat patogen, aspergillosis pada ayam bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan terganggunya sistem kekebalan. Tumbuhnya jamur pada ransum juga akan mengambil sebagian nutrisi yang terkandung di dalamnya sehingga asupan nutrisi untuk ayam tidak mencukupi. Belum lagi, dengan mikotoksin (racun jamur) yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus sp. yang sangat sulit dihilangkan dan bisa menyebabkan imunosupresi bahkan kematian.

Adapun gejala klinis dari aspergillosis bentuk akut yang menyerang anak ayam di antaranya :

  • Ayam tidak mau makan atau minum
  • Mengantuk
  • Malas bergerak
  • Bernapas dengan susah payah
  • Kepala kebiru-biruan
  • Spora Aspergillus sp. yang memasuki selaput lendir mata akan berkembang membentuk plak di bawah membran niktitan sehingga mengalami peradangan dan mata tertutup cairan kental berwarna kuning. Gejala ini biasa disebut aspergillosis bentuk ocular.

Sedangkan gejala klinis aspergillosis bentuk kronis yang biasa menyerang ayam dewasa yaitu :

  • Nafsu makan menurun
  • Feses berwarna kuning
  • Suara napas kasar dengan menguap, menciap, dan paruh terbuka
  • Ascites (akumulasi cairan di rongga perut)
  • Lama kelamaan ayam menjadi kurus

Setelah ditemukan gejala klinis seperti di atas, ketika dilakukan bedah ayam yang sakit, bisa ditemukan perubahan-perubahan patologi anatomi seperti berikut ini :

  • Pada percabangan trakea ditemukan adanya eksudat caseosa (putih kekuningan)
  • Bungkul-bungkul perkejuan pada kantung udara
  • Terdapat nodul caseosa (bungkul-bungkul putih kekuningan) di paru-paru
  • Nodul pada otak
  • Nodul pada hati

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Keberadaan jamur pada ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

  1. Iklim

Kondisi cuaca selama masa panen hingga penyimpanan bahan baku ransum berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan jamur. Di negara tropis seperti Indonesia, kontaminasi jamur sangat sulit untuk dihindari karena kondisi iklim dengan tingkat kelembapan, curah hujan dan suhu yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan jamur. Indonesia berisiko tinggi terhadap ancaman jamur karena jamur ini tumbuh dan berkembang subur pada suhu 25-32°C dan kelembapan udara 65-85%.

2. Kadar air dan kelembapan

Bahan baku ransum dengan kadar air di atas 14% dan sangat potensial untuk ditumbuhi jamur.Selain itu, semakin tinggi kandungan kadar air, maka potensi pertumbuhan jamur selama masa penyimpanan semakin banyak.

3. Kondisi bijian dan lama penyimpanan

Pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh kondisi bijian yang sudah rusak, baik karena pemanasan yang berlebih, penggilingan maupun karena dirusak serangga. Jamur akan semakin banyak saat biji pecah dan disimpan lama. Selain itu kondisi lama penyimpanan yang buruk berpotensi menimbulkan kontaminasi sehingga mengakibatnya kadar nutrisi ransum menurun. Daya simpan ransum ayam yang baik umumnya berlangsung selama 21-30 hari sejak tanggal produksi (batch). Sedangkan penyimpanan ransum dalam gudang yang lembap dipastikan akan menyebabkan ransum rusak dalam waktu 2-3 hari saja. Semakin lama penyimpanan bahan baku ransum dapat meningkatkan intensitas cemaran jamur (Grafik 5. dan Tabel 2.)

Kesalahan penyimpanan bahan baku atau ransum pada umumnya seperti tidak cukup ventilasi dan tempat penyimpanan yang lembap. Selain itu, kurangnya penggunaan pallet di bawah tumpukan ransum dan terlihat ransum menempel pada dinding. Meskipun kadar air ransum yang berasal dari pabrikan atau bahan baku ransum dari supplier sudah memenuhi standar, tidak menjamin bahwa ransum yang akan diberikan pada ayam akan tetap baik kualitasnya jika penyimpanannya tidak tepat.

Penyimpanan Ransum yang Baik

Penyimpanan ransum yang baik harus mampu mempertahankan kandungan nutrisi dalam ransum. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyimpanan ransum adalah :

  1. Gudang memiliki kapasitas penyimpanan yang sesuai dengan kebutuhan ransum dari ayam yang kita pelihara. Gudang yang baik hendaknya tidak bocor, terhindar dari matahari langsung, suhu berkisar 25-32°C dengan kelembaban tidak lebih dari 70%, posisi lantai lebih tinggi dari tanah dan bebas dari tikus maupun kutu. Selain itu, gudang harus memiliki desain dan layout yang baik, sehingga dapat mengaplikasikan sistem first in first out (FIFO : disimpan berdasarkan tanggal kedatangan bahan baku ransum) atau first exipired first out (FEFO : disimpan berdasarkan tanggal kadaluarsa). Hal ini sangat penting agar ransum yang disimpan memiliki kualitas yang baik.

2. Ransum jangan disimpan terlalu lama. Rata-rata peternak memiliki stok ransum selama 1 bulan. Jika ransum disimpan terlalu lama, maka kandungan nutrisinya akan berkurang.

3. Kebersihan gudang harus dijaga. Gudang yang kotor akan menyebabkan tikus maupun serangga nyaman untuk berkembang biak di dalam gudang. Dan jika ini terjadi, maka akan timbul masalah yang fatal, seperti penurunan kualitas ransum yang disimpan.

4. Tumpukan ransum harus rapi dan ada jarak yang cukup (minimal 50 cm) antara dinding dengan tumpukan ransum. Hal ini bertujuan agar ransum tidak mudah menggumpal dan meminimalisir keberadaan tikus.

5. Hindari penggunaan kemasan yang rusak, seperti berlubang atau berjamur. Kemasan yang rusak akan menyebabkan ransum tercecer, dan ini akan mengurangi jatah ransum yang diberikan ke ayam. Dan ceceran ransum yang jatuh akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan serangga maupun tikus. Pada peternakan ayam layer, seringkali digunakan kemasan yang berulang. Alangkah lebih baiknya jika kemasan ini diberi kode sesuai dengan kandangnya. Hal ini untuk meminimalkan kasus penularan penyakit melalui kemasan. Dan sebaiknya ada masa pakai dari kemasan ini.

6. Perhatikan kadar air dari ransum. Ransum yang baik hendaknya memiliki kadar air tidak lebih dari 14%. Kadar air yang tinggi dalam ransum akan menyebabkan peningkatan kontaminasi jamur dalam ransum.

7. Ransum hendaknya diletakkan di atas pallet. Hal ini bertujuan agar ransum tidak kontak langsung dengan lantai kandang. Ransum yang disimpan langsung di atas lantai, tanpa menggunakan pallet, akan menyerap air yang ada di lantai sehingga mudah mengalami penggumpalan. Dan kondisi ini akan menyebabkan ransum mudah ditumbuhi jamur.

Penanganan dan Pengendalian Kasus Aspergillosis

Secara umum terapi yang efektif untuk menangani aspergillosis pada ayam tidak ada. Oleh karena itu, saat Aspergillus sp. menyerang, usaha yang dapat kita berikan adalah :

  • Lakukan culling pada ayam yang kondisinya parah.
  • Tingkatkan stamina tubuh ayam dengan memberikan vitamin dosis tinggi (vitamin high concentrate) seperti Fortevit.
  • Terapi efektif untuk penyakit aspergillosis sebenarnya sampai saat ini masih belum berkembang. Meski demikian, untuk membantu meringankan aspergillosis bisa diberikan anti jamur cupri sulfat 1 gram/5 liter air minum selama 3 hari serta nistatin 100 g/ton pakan.
  • Berikan antibiotik untuk menekan infeksi sekunder (bakterial). Misalnya dengan memberikan Neo Meditril selama 5 hari berturut-turut.

Kerugian yang cukup besar akibat kontaminasi jamur ini menyadarkan kita bahwa upaya pencegahan penting untuk dilakukan. Untuk itu, beberapa langkah pencegahan yang bisa kita lakukan ialah :

  • Sanitasi dan desinfeksi gudang ransum, egg tray, peti telur, keranjang ayam, dll., sebelum digunakan.
  • Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku ransum secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku.
  • Selama penyimpanan bahan baku atau ransum, hendaknya dilakukan pengecekan secara rutin dan jika teridentifikasi ada jamur yang tumbuh, segera panaskan (>71-100°C) atau jemur ransum agar jamurnya mati.
  • Berikan bahan penghambat pertumbuhan jamur (mold inhibitor), terutama musim penghujan. Fungitox merupakan sediaan serbuk mengandung asam organik (organic acid) dan kompleks mineral silikat. Pemberian asam organik ini berperan dalam menghambat pertumbuhan jamur dan mengoptimalkan kesehatan saluran pencernaan sehingga kesehatan ayam meningkat. Sedangkan kompleks mineral silikat akan mengikat mikotoksin dan mencegah efek negatifnya.
  • Selain itu, bisa ditambahkan dengan penggunaan obat herbal yang dapat mencegah kerusakan hati seperti Heprofit. Heprofit merupakan sediaan cair yang mengandung ekstrak nimba melindungi sel hati dari kerusakan dan mengoptimalkan performa ayam.
  • Aspergillosis tidak hanya mengontaminasi ransum, namun bisa juga tumbuh di sekam maupun peralatan kandang yang terbuat dari kayu atau bambu. Oleh karena itu, kebersihan dan kelembapannya harus diperhatikan. Jika sistem kandang postal, gunakan sekam yang kering, tambah ketebalan sekam (8-12 cm) dan segera ambil dan ganti sekam yang basah.
  • Bersihkan tempat ransum dan tempat minum. Setelah disikat dan dicuci, tempat ransum dan tempat minum direndam dalam Medisep. Apabila menggunakan tempat minum talang (pipa PVC), disikat dan dibilas dengan air bersih.
  • Sisa ransum yang basah dan menggumpal di tempat ransum harus segera dibersihkan agar tidak ditumbuhi jamur.
  • Hindari aktivitas pengocoran ransum dengan air untuk merangsang nafsu makan ayam secara berlebihan karena dapat meningkatkan risiko tumbuhnya jamur.
  • Bagi peternak self mixing, tingkatkan periode pembersihan mesin grinder maupun mixer, misalnya 2-7 hari sekali. Sisa ransum, terutama yang berupa serbuk yang terdapat pada kedua alat itu akan menjadi sumber kontaminasi jamur pada bahan baku ransum lainnya.
  • Pastikan penyimpanan ransum dilakukan dengan baik.

Pentingnya Memilih Bahan Baku Berkualitas

Ransum sangat menentukan produktivitas ternak sehingga kontrol kualitas bahan baku ransum maupun ransum jadi sangat penting dilakukan oleh peternak. Kita tahu bahwa kualitas bahan baku di lapangan selalu berubah-ubah tergantung wilayah, cuaca, musim, penanganan pasca panen, tempat penyimpanan, dll. Jika tidak dikontrol kualitasnya, maka akan merugikan peternak. Terlebih biaya ransum mengambil porsi terbesar dalam biaya produksi yaitu sekitar 70-85%.

Beberapa hal yang harus dilakukan dan diperhatikan ketika memilih bahan baku, di antaranya :

  • Mengetahui waktu simpan bahan baku di supplier.
  • Sebaiknya peternak memiliki beberapa alternatif supplier bahan baku ransum sebagai pembanding kualitas maupun harga. Hal ini juga bermanfaat jika tiba-tiba ada supplier yang tidak bisa/berhenti memasok bahan baku ransum ke peternakan kita.
  • Sebaiknya jangan terima bahan baku ransum yang kualitasnya tidak sesuai standar.
  • Ketika bahan baku datang ke peternakan, segera catat no. batch, nama supplier, tanggal, dan jumlah muatan bahan baku. Setelah itu, lakukan pemeriksaan kualitas fisik dan kualitas kimia (jika perlu) terhadap bahan baku yang diterima. Setelah diperiksa, selanjutnya bahan baku disimpan pada gudang ransum, dan diurutkan berdasarkan no. batch serta tanggal kedatangan. Adapun beberapa contoh pemeriksaan awal ketika kedatangan bahan baku ransum antara lain:
    • Cek kadar air (KA) bahan baku ransum (misalnya jagung) menggunakan alat ukur digital. Kadar yang baik adalah ≤14%. Jika tidak ada pilihan bahan baku lain dengan KA rendah, maka bahan baku dengan KA >14% tersebut harus dijemur terlebih dahulu sebelum disimpan di gudang penyimpanan.
    • Tidak boleh ada butiran jagung yang pangkalnya menghitam/berubah warna akibat serangan jamur atau serangga.
    • Tidak boleh ada remah janggel (tongkol jagung) pada bahan baku jagung yang diterima.
    • Warna jagung harus kuning. Jika berwarna pucat, sebaiknya tidak diterima.
    • Untuk bekatul/dedak, pilih yang teksturnya halus. Ketika dikepal kemudian dilepas, bekatul/dedak yang bagus tidak langsung “ambyar” tapi tertahan dengan bentuk kepalan. Namun jika hasil kepalan langsung berantakan, berarti lebih banyak kandungan gilingan sekam daripada bekatul/sekamnya. Baunya pun tidak boleh tengik, harus bau khas bekatul/dedak.
    • Selain dari segi fisik, pemeriksaan bahan baku ransum juga bisa dilakukan dengan melihat kualitas kimianya. Hanya saja untuk kualitas kimia ini harus diuji di laboratorium, meskipun beberapa kadar nutrisi ada pula yang bisa diuji melalui uji cepat (test kit).

Meski terbilang jarang ditemukan di peternakan, penyakit ini tetap tidak boleh kita anggap sepele. Jangan sampai jamur lebih dulu mengontaminasi hingga menyebabkan kerugian yang tidak sebanding dengan performa ayam yang didapatkan. Semoga bermanfaat.

Jangan Anggap Enteng Penyakit Jamur Aspergillosis

Produk Unggulan

x
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin